Share

Bab 2

Author: Hibatillah S.
last update Last Updated: 2024-03-17 14:29:29

"Hooaammm..." Bella mengeliat. Saat ia hendak bangun ia merasa sesuatu menumpang di atas perutnya.

"Apaan nih?" Bella membuka selimut dan mendapati tangan Gara berada di atas perutnya. Entah Gara sadar atau tidak jika melakukan hal ini.

Bella menoleh pada Gara. Dalam keadaan tidur seperti ini wajahnya terlihat sangat tenang. Gara adalah laki-laki tampan yang populer di sekolah. Dengan adanya kejadian kemarin sudah pasti semua citra Gara hancur.

"Ra... Bangun Ra." Bella menusuk pipi Gara sampai laki-laki itu kaget.

"Ngapain sih Bel?" Gerutu Gara. Ia tidak terima dibangunkan dengan cara seperti itu.

"Bangun. Pindahin tanganmu nih. Aku jadi nggak bisa bangun."

"Tangan apa?" Rupanya Gara masih tidak sadar.

"Tanganmu. Kamu semalam tidur sambil meluk aku ya? Cieee... Ciee..."

Seketika Gara menarik tangannya. Ia tidak mau dianggap tidur sambil memeluk Bella.

"Mana ada. Namanya orang tidur bisa aja nggak sadar kan tangannya kemana. Lagian aku ngiranya kamu pasti guling. Jangan sok kepedean kamu."

"Emang pede wekkk..." Bella mengejek Gara sesaat sebelum ia turun dari ranjang.

"Wastaga jam tujuh!!!" Seru Bella kaget begitu melihat jam di gawai miliknya. Bella buru-buru menyambar handuk, masuk ke kamar mandi untuk mandi bebek. Setelahnya ia keluar dengan handuk melilit tubuhnya. Ia masih terlihat panik dan buru-buru. Bahkan ia tak sabaran saat mengambil seragam dari dalam lemari.

Gara hanya bisa melongo menyaksikan tingkah istrinya. Sepagi ini ia sudah disuguhkan pemandangan seperti ini.

"Mau kemana?" Tanya Gara curiga saat melihat Bella mulai mengenakan seragam sekolah.

"Sekolahlah. Ini dah hampir telat. Kamu nggak siap-siap?"

Sagara mendekat.

Cletak!

Ia menyentil jidat Bella.

"Oucchh! Sakit Ra!" Bella mengusap jidatnya.

"Sekolah kemana? Kita udah dikeluarkan dari sekolah tahu." Gara mengingatkan.

"Ohhh, iya! Bilang kek dari tadi Ra. Jangan buat orang panik kelabakan."

"Harus banget aku bilang ke kamu?" Tanya Gara dengan nada seperti tidak sudi untuk mengingatkan istrinya.

"Harus. Soalnya aku ini orangnya pelupa. Mungkin kita memang berjodoh supaya kamu bisa selalu jadi pengingat buat aku."

"Aku nikahin kamu bukan buat jadi pengingat. Kalo mau diingatkan setiap saat nikah aja sama alarm."

"Terus kamu nikah buat apa?"

"Ya, kita nikah kan udah jelas untuk menjaga nama baik kedua keluarga. Pake ditanya lagi. Kalau bukan karena difitnah hari ini aku masih jadi bujangan Bel."

"Jahat!" Bella mendengus.

"Bodo amat! Kamu tuh yang jahat. Difitnah ngajak-ngajak."

"Tapi kamu suka kan nikah sama aku?" Sergah Bella.

"Yang bilang suka siapa? Aneh!"

"Lihat aja. Nanti lama-lama kamu juga suka sama aku."

"Oh, ya? Percaya diri sekali kau Tuan Putri?" Gara meledek istrinya.

"Hei, Tuan Muda, aku ini cantik. Kamu nggak normal kalau nggak suka sama aku."

"Iya, karena kamu merasa cantik, kamu jadi berpikir semua laki-laki akan menyukaimu. Padahal nggak semua laki-laki menyukai gadis dari kecantikannya. Percuma cantik kalau otaknya kosong. Itulah kamu jadi kena fitnah hamil di luar nikah."

"Yang penting aku nggak hamil kok." Tukas Bella.

"Mana aku tahu kamu hamil apa nggak."

"Hihhh... Nyebelin!"

Drttt... Drrrtttt...

Lagi-lagi gawai Gara berdering menampilkan panggilan masuk dari Sabia.

"Ciiee sepagi ini pacarnya dah nelpon. Angkat tuh."

Gara mengambil gawainya tapi langsung menolak panggilan dari Sabia.

"Kenapa nggak diangkat?" Selidik Bella.

"Males. Ntar jadi perkara."

Bella tertawa karena teringat kejadian semalam. Mungkin Gara tidak mau lagi jika pacarnya dibuat cemburu oleh Bella. Terlebih pagi hari seperti ini mereka sudah bersama. Sabia bisa berpikiran yang tidak-tidak.

"Nggak usah ketawa!" Gara merengut kesal.

"Ngapa sih. Orang ketawa nggak dilarang kamu sok ngelarang."

"Nggak lucu ya Bella bikin suamimu kesel terus. Kamu mau mau ngajak berumah tangga apa ngajak gelut sih?"

Bella seketika terdiam. Ia memperbaiki air mukanya agar terlihat tidak sedang menahan tawa. Padahal sebenarnya ia masih ingin tertawa. Terlebih saat melihat wajah kesal Gara.

"Yaudah sih. Aku minta maaf kalo udah bikin kamu kesel."

Bella berjinjit sambil menangkup wajah Gara.

Cup!

Ia mendaratkan satu ciuman di pipi Gara dengan maksud meredam amarah suaminya. Setelahnya Bella bermaksud hendak ganti pakaian.

"Heh, mau kemana?" Gara menahan tangan Bella.

"Ganti baju. Kan nggak jadi sekolah."

"Kau dari semalam seenaknya saja ciam cium pipiku." Protes Gara.

"Apa yang salah? Kita gini-gini suami istri lo Ra. Nggak ada larangan buat cium kamu. Apalagi cuma sekedar cium pipi."

"Sekedar ciuman pipi? Sini aku kasih tahu caranya ciuman yang bener."

Gara menarik tubuh Bella ke dalam dekapannya. Setelahnya ia mengajari Bella bagaimana ciuman yang sesungguhnya. Bukan sekedar kecupan dipipi.

***

Setelah keributan tadi pagi yang ditutup dengan adegan ciuman mesra, Gara tidak tampak di rumah seharian. Entah ia kemana Bella tidak tahu. Yang jelas Gara baru kembali saat malam sudah tiba.

Dor! Dor! Dor!

Gara menggedor pintu tidak sabaran. Bi Ina tergopoh-gopoh menuju pintu.

"Siapa Bi?" Tanya Bella.

"Sepertinya Tuan Muda Gara, Non."

"Biarin aja. Bibi kembali saja. Biar aku yang buka pintunya."

"Baik Nona."

Dor! Dor! Dor!

Bella mendengus. Ia sengaja berlama-lama membukakan pintu.

Drrtttt... Dddrrrttt...

Kali ini Gara menelpon Bella. Tapi dasar Bella saja tidak mau mengangkat telepon dari Gara.

Ceklek!

Akhirnya Bella membukakan pintu. Terlihat Gara masih menempelkan gawainya di telinga.

"Sialan! Lama amat bukain pintu." Gara langsung mengumpat kesal.

"Enak aja datang-datang ngumpat ke orang. Nggak usah masuk lah sekalian. Pergi lagi sana!"

Bella benar-benar akan menutup pintu kalau saja Gara tidak menahan pintu itu dengan kakinya.

"Lagian buka pintu lama amat."

"Siapa suruh pulang malam banget. Dari mana? Mana pergi nggak ngabarin."

"Posesif banget sih Bel?"

"Wajib itu," tukas Bella. "Jangan bilang ya kamu pergi seharian sama Sab..."

Bella tidak melanjutkan kalimatnya. Ia merasa kesal sendiri kalau saja Gara benar-benar pergi seharian untuk bertemu dengan Sabia.

"Tauklah. Terserah kamu!" Bella berbalik dengan cepat meninggalkan Gara. Sepanjang jalannya menuju ke lantai dua terdengar langkah kakinya dihentak-hentakkan. Sepertinya ia sedang kesal.

Blam!

Gara menutup pintu di belakangnya. Ia segera menyusul Bella ke kamar.

"Ngapain sih Bel, marah-marah?"

Bella bergelung di dalam selimut. Ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sampai ke kepala.

"Bel," Gara menowel lengan Bella karena gadis itu tak kunjung menjawab.

Bella membuka selimutnya dengan kesal.

"Ya, kamu sih kelayapan dengan gadis sampai malam."

"Maksudmu apa?" Tanya Gara tak paham.

"Pake nanya. Kamu abis ketemuan sama Sabia kan? Di depanku sok-sokan reject teleponnya. Ternyata diam-diam ketemuan."

"Iya... Aku memang pergi Bel."

Jawaban Gara cukup membuat hati Bella hancur.

"Tapi..."

"Nggak ada tapi-tapi. Aku nggak mau denger penjelasan kamu lagi!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 103

    "Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 102

    SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 101

    "Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 100

    "CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 99

    Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 98

    Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status