Share

Bab 5

Penulis: Hibatillah S.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-18 20:52:04

Tinn!!! Tinnnn!!!

Mobil di belakang Gara sudah mengklakson tidak sabaran. Terpaksa Gara melajukan mobilnya. Ia sampai di depan gerbang. Dilihatnya Bella berdiri di pinggir jalan panas-panasan. Gara semakin bingung menghadapi situasi ini.

Bukan apa-apa sih. Meskipun Gara tidak mencintai Bella tapi ia tetap menghargai Bella sebagai istrinya. Terlebih karena Bella anaknya mafia. Agak riskan jika ingin membuat gara-gara.

"Aduh, gimana nih?" Batin Gara bingung.

Tiba-tiba Revan berlalu di samping mobil Gara dengan mendorong motornya. Aturan sekolah memang mewajibkan untuk mendorong motor hingga ke luar gerbang. Ini demi sopan santun.

"Duluan ya Ra," kata Revan.

Gara langsung mendapatkan ide cemerlang.

"Van, tunggu bentar. Nepi dulu."

"Ada apa?" Tanya Revan dengan kening berkerut. Tapi ia segera melihat ada Sabia yang duduk di kursi samping Gara. Revan pun tidak bertanya lagi. Ia menepi mengikuti permintaan Gara.

Gara buru-buru keluar dari mobil sebelum Bella melihatnya.

"Ada Sabia mau nebeng mobilku. Kamu mau nggak ngaterin dia pake mobilku. Biar aku pake motormu aja."

"Wahh? Serius Ra?" Wajah Revan sumringah.

Gara mengangguk serius.

"Ah, kamu benar-benar temen yang baik Ra. Thanks ya Ra. Nih, ambil helmku."

Dengan senyum tertembang Revan meninggalkan motornya untuk Gara. Tak berapa lama kemudian terlihat mobil Gara sudah berlalu. Revan mengklakson saat melewati Gara.

"Yoi, hati-hati di jalan." Gara melambaikan tangan. Ia segera memakai helm dan menghidupkan mesin motor spor Revan.

BRUUMMMM!!!

Bunyi knalpot motor Revan memang sedikit berisik karena sengaja diganti dengan knalpot brong.

Ckitt!

Gara berhenti tepat di samping Bella.

"Naik Bel," perintahnya.

"Lho, kok naik motor Ra? Mobil kamu kemana?"

"Naik aja. Keburu panas lho nanti."

Bella pun menurut. Ia berpegangan pada puncak Gara ketika naik.

"Pegangan Bel, awas jatuh."

Sambil tersenyum Bella melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Gara.

Gara pun menggeber motornya meninggalkan area sekolah.

"Bel, mampir ke rumah Ibu dulu ya. Tadi beliau kirim pesan kita disuruh mampir."

"Boleh," jawab Bella singkat.

Rumah Gara berbeda arah depan rumah Bella. Di banding dengan rumah Bella, rumah Gara sedikit lebih jauh. Selain itu mereka juga harus menghindari jalan-jalan besar. Mereka berputar mencari jalan tikus karena Bella tidak memakai helm. Tujuannya jelas, menghindari polisi lalulintas.

Cuaca panas berubah dengan cepat. Mendung hitam menggantung tebal bergerak cepat diarak angin. Tak berapa lama angin kencang bertiup bersamaan turunnya rintik-rintik hujan.

"Bel, lanjut aja ya. Bentar lagi sampe kok. Gak papa kan kalo kehujanan?"

"Nggak papa, tenang aja."

Akhirnya saat tiba di rumah Gara mereka berdua benar-benar basah kuyup. Bella menggigil kedinginan.

"Masuk yok. Ganti baju biar nggak dingin."

Bella menurut saat Gara membimbingnya masuk rumah. Di ruang tamu ternyata ada ibunya Gara yang sedang duduk membaca buku.

"Buk, Gara dateng nih," ucap Gara saat melihat ibunya.

"Eh, sudah dateng anak Ibu. Mana menantu Ibu yang cantik?"

"Eh, hai Ma." Bella muncul di belakang Gara.

Melihat tubuh Bella yang basah kuyup Ibunya Gara langsung panik.

"Ya, ampun Gara, kamu apakah menantu Ibu sampai basah kuyup begini?" Ibunya Gara buru-buru mendekat.

"Cuma nggak sengaja kehujanan di jalan kok Ma. Bella nggak papa."

"Nggak papa gimana? Kamu kedinginan loh sayang. Gara, anak orang kok diajak hujan-hujanan sih."

"Loh, kok malah jadi lebih belain menantu sih Buk daripada anak sendiri."

"Udah pasti. Kamu kan cowok. Harusnya bisa melindungi cewek. Apalagi istrimu loh Ra, Bella ini. Ibu nggak pernah ngajarin kayak gini ya sama kamu."

"Iya deh, iya. Gara minta maaf. Nggak ngulangi lagi."

Ibunya Gara tersenyum lembut. Sangat kentara sekali jiwa keibuannya.

"Ajak Bella masuk dan ganti baju. Ibu bakal buatin wedang jahe buat kalian biar anget."

Gara mengangguk singkat. Setelah kepergian Ibunya ke dapur Gara mengajak Bella masuk ke kamarnya.

"Ibu kamu baik banget ya Ra," ujar Bella yang salut dengan kebaikan Ibunya Gara.

"Udah pasti lah. Ibuk kan udah lama banget kepengen anak cewek. Tapi nggak dikasih-kasih sama Tuhan. Pas kita terpaksa nikah kemarin aja beliau kaget tapi beliau keliatan seneng dapet menantu."

Bella hanya tersenyum. Ia tidak dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu jadi merasa beruntung mendapatkan mertua seperti Ibunya Gara.

"Masih dingin nggak?" Tanya Gara begitu melihat Bella sudah keluar dari kamar mandi. Gadis itu sudah menukar seragamnya yang basah dengan baju yang disiapkan Ibunya Gara sebelum mereka tiba. Ibunya Gara memang seperhatian itu dengan Bella.

"Sedikit," jawab Bella sambil meniup telapak tangannya.

Gara mengambil selimut untuk menutupi tubuh Bella. Kemudian Gara mendekap Bella ke dalam pelukannya.

"Eh, Ra..." Bella kaget karena tiba-tiba dipeluk Gara.

"Kenapa?" Tanya Gara.

"Nggak. Kaget aja karena tiba-tiba dipeluk kamu."

"Jangan berpikiran yang nggak-nggak ya Ra. Aku melakukan hal ini biar kamu nggak kedinginan aja. Aku bisa repot kena omel Ibuk kalo beliau liat kamu masih kedinginan."

"Berpikiran yang iya-iya juga nggak papa kok Ra. Sekarang mungkin cuma karena alasan males kena omel Ibuk. Ntar lama-lama kamu juga bakal meluk aku karena cinta."

Gara meniup wajah Bella.

"Bangun woe, dah kesiangan jauh ini buat mimpi."

Bella memamerkan senyumnya yang manis di depan wajah Gara.

"Baru kali ini aku nemu cewek dengan tingkat kepedean yang di atas rata-rata air."

"Yee... Dikira baris berbaris apa Ra pake rata-rata air."

Gara sudah menunduk bersiap memagut bibir istrinya ketika bunyi ketukan pintu membuyarkan semuanya.

Tok! Tok! Tok!

"Ra, Ibuk nih." Teriak Ibunya Gara.

"Iya, Buk," jawab Gara. Ia buru-buru membuka pintu.

"Bella masih kedinginan?" Hal pertama yang langsung ditanyakan Ibunya Gara adalah Bella. Ini sedikit banyak membuat Gara merasa cemburu.

"Udah nggak kok Ma. Gara baik, tadi dipeluk sama dia."

Mendengar jawaban menantunya Ibunya Gara langsung tersenyum. Sementara Gara terlihat merah wajahnya. Ia malu, kenapa Bella harus pake acara bilang dipeluk Gara sih ke Ibunya?

"Gitu dong Ra. Jadi suami tuh yang sayang sama istrinya."

Gara hanya diam saja. Sebisa mungkin ia menyembunyikan wajahnya yang merah. Takut diledek Ibunya.

"Turun yok makan dulu. Ibuk dah masak loh buat kalian. Sekalian tadi Ibu dah bikin wedang jahe spesial untuk menantu Ibuk yang cantik."

"Buat Gara nggak ada Buk?" Sergah Gara terlihat cemburu. Tapi wajahnya justru terlihat menggemaskan.

"Ada kok. Tenang aja." Ibunya Gara mencubit pipi anaknya dengan gemas. "Yaudah yok turun."

Bella melepaskan selimut dari tubuhnya. Ia menyusul keluar paling belakang.

"Ra, nggak usah ngomong ke Ibuk dong kalo aku meluk kamu," bisik Gara saat mereka menuruni tangga.

"Kenapa? Kan bagus. Biar Mama tahu kalau anaknya baik. Berarti kan didikan beliau selama ini berhasil."

"Iya, tapi aku malu."

"Cieee... Malu-malu. Padahal biasanya juga malu-maluin."

"Sialan memang kau Bel. Awas aja nanti."

"Aduh, takut nih ye. Wekkkk...!" Bella mengejek Gara sembari lari menuruni tangga.

"Awas Bel jangan lari, tangganya licin kau bisa jatuh."

Belum sampai Gara mingkem ternyata Bella sudah kepleset.

"BEELLL!!!" Gara berteriak panik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Randy permana
terlalu b♡c1n
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 103

    "Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 102

    SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 101

    "Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 100

    "CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 99

    Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 98

    Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 97

    "Aku mau ngelatih dance anak-anak kelas 11 untuk terakhir kalinya sebelum semua jabatan kita di sekolah di copot besok," pamit Edo pada Sabia.Besok memang sudah dijadwalkan untuk serah terima jabatan seluruh OSIS lama kepada OSIS baru.Sabia mengangguk. Edo sudah mau keluar dari kelas ketika Sabia memanggil."Edo!"Laki-laki yang dipanggil itu menoleh."Ya?""Kalau aku bilang jaga hati dari Bella apa boleh?" Tanya Sabia tampak ragu-ragu. Kemarin mereka memang baru saja melangsungkan pernikahan sederhana sehingga sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.Edo tersenyum singkat."Bella sudah jadi milik Gara. Jadi kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepadaku Bi."Sabia membalas senyuman Edo. Tak berapa lama laki-laki itu benar-benar meninggalkan kelas.Sabia memilih untuk ke ruang OSIS, niatnya semula ingin melihat latihan acara serah terima jabatan ketua OSIS, namun di depan koperasi yang memisahkan gedung A dengan bangunan ruang OSIS Sabia bertemu dengan Gara."Ra!" Panggil Sabi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 96

    Bella tengah tertidur di kursi samping kemudi. Gadis kecil yang cantik jelita itu benar-benar damai sekali dalam tidurnya. Mamanya Bella tersenyum bahagia menyaksikan putri kecilnya."Lelah banget ya sayang mainnya hari ini sampe tidur pules banget," ucap mamanya Bella. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan tenang.Hari ini mereka baru saja bersenang-senang dari sebuah taman hiburan. Saking asyiknya main sampai-sampai mereka kemalaman di jalan saat pulang.Suasana yang tenang dan hati yang tenang seketika berganti panik kala mamanya Bella melihat datangnya sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah depan. Truk itu sepertinya mengalami rem blong."Ini bagaimana? Ya Tuhan selamatkan kami," ucap mamanya Bella ketakutan.Ttttiinnnn!!! Tttiiinnnnnn!!!Truk itu mengklakson dengan keras membuat makanya Bella jauh bertambah panik. Sementara jarak truk itu semakin dekat saja.Demi menghindari tabrakan mamanya Bella membanting setir ke kanan.BBRRRAAAAAKKKKK!!!Sudut depan mobil itu mengha

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 95

    Tok! Tok! Tok!"Bi, kamu lagi apa? Aku masuk ya," kata Edo.Sabia gemetar ketakutan. Ia meletakkan cutter itu di atas meja.Ceklek!Edo muncul di depan pintu tepat saat Sabia baru selesai meletakkan cutter. Edo jelas melihat hal itu. Apalagi sekarang posisi cutternya berpindah dari dalam gelas wadah pensil ke atas meja."Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Edo penuh selidik.Sabia hanya menggeleng kaku. Edo meletakkan makanan dan susu yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian meraih kadua bahu Sabia."Jangan gila Bi. Yang kita lakukan saja sudah gila. Kenapa kamu justru ingin menambah sesuatu yang lebih gila?"Sabia menggeleng. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kehidupannya saat ini benar-benar di titik paling rendah. Ia tidak berdaya."Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Itu bukan solusi.""Tapi... Gara-gara aku orang tuamu."Edo meggeleng."Ini bukan gara-gara kamu saja. Tapi gara-gara kita. Kalau kamu memilih mengakhiri hidup. Bukan saja kamu yang mati tapi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status