Amisha hanya bisa menangis dalam diam. Keputusannya menikah dengan pria yang belum dikenalnya mungkin salah besar, tetapi jika mengingat pernikahan itu bisa menyelamatkan pernikahan kakaknya, dia rela berkorban.
Raisya, kakak ipar yang sangat disayanginya itu ketahuan berselingkuh oleh Amisha. Berkali-kali dia melihat kakak iparnya jalan berdua dengan pria lain dengan bergandeng tangan. Bahkan Amisha pernah melihat mereka keluar dari kamar hotel."Ngapain nangis? Bukankah ini yang kamu inginkan, Wanita Jalang?" Mendengar pria yang sudah sah menjadi suaminya memanggil dengan sebutan hina seperti itu, Amisha berdiri dan menatap Anggara dengan penuh amarah. Dia mengepalkan tangannya dan menghampiri pria itu."Jaga ucapanmu! Aku bukan wanita seperti itu!" bantah Amisha. Anggara hanya tersenyum kecut.Tidak ingin terus berdebat, Anggara meninggalkan Amisha sendirian di kamar apartemen. Dia butuh udara segar.Amisha mengabaikan kepergian Anggara. Dia mengunci pintu kamar dan masuk ke kamar mandi. Badannya terasa lengket dengan keringat karena terus berdebat dengan pria itu.Amisha memutuskan untuk berendam agar suasana hatinya sedikit membaik. Sengaja matanya dipejamkan supaya lebih rileks. Bukannya rileks, Amisha malah terbayang kejadian tadi siang. Di mana dia tertangkap basah berduaan dengan Anggara di kamar hotel.Amisha sebenarnya sengaja menjebak Anggara supaya datang ke kamar itu. Dia ingin terlihat Anggara mengkhianati kakak iparnya supaya hubungan mereka renggang dan berakhir. Siapa sangka, jebakan Amisha malah membuat dirinya terjebak sangat dalam. Saat Anggara masuk ke kamar hotel, pria itu langsung memeluk Amisha yang tengah berdiri membelakangi pintu kamar.Tanpa kata, Anggara langsung memeluk Amisha yang dikira Raisya. Pria itu tidak tahu kalau itu bukan kekasihnya. Sepintas Amisha dan Raisya memang terlihat sama jika dilihat dari belakang.Dobrakan di pintu kamar yang membuat mereka harus melangsungkan pernikahan hari itu juga. Tanpa Amisha tahu, Dito juga ada di hotel yang sama. Dia sedang menemui rekan bisnisnya. Dito sendiri adalah suami Raisya, yang berarti kakaknya Amisha."Maafkan aku, Kak," gumam Amisha dengan suara lirih. Dia menyesal sudah mengecewakan kakaknya.Anggara sendiri tidak tahu siapa Dito. Senadainya dia tahu pria itu adalah suami Raisya, entah apa jadinya. Selama berhubungan dengan Raisya, Anggara belum pernah melihat wajah Dito. Padahal bisa saja dia melihat di internet, wajah Dito sering muncul sebagai pengusaha muda yang sukses.Amisha langsung tertidur selesai membersihkan tubuhnya. Saking nyenyaknya, dia tidak mendengar Anggara yang menggedor pintu kamar."Dia tidur atau mati?" gerutu Anggara.Apartemen miliknya hanya memiliki satu kamar. Dia enggan jika harus tidur di ruang televisi. Apalagi Anggara tidak terbiasa tidur tanpa selimut, sementara semua selimutnya berada di lemari kamarnya."Dasar Wanita Jalang! Akan kubuat kamu menyesal sudah menjadi istriku." Anggara masih terlihat kesal. Dia terus menyalahkan Amisha atas pernikahan dadakannya.Seumur hidupnya, Anggara tidak berniat untuk menikah. Baginya hidup hanya untuk bersenang-senang tanpa harus terikat dengan yang namanya pernikahan. Dia terbiasa hidup bebas tanpa beban.Anggara terbangun karena suara berisik dari dapur. Matanya yang masih ingin tertutup terpaksa dibukanya. Dia menajamkan penglihatannya, seorang wanita dengan rambut yang masih basah berdiri membelakanginya tengah sibuk dengan penggorengan.Anggara baru ingat kalau dia sudah menikah. Dia menghampiri Amisha dan langsung meraih gelas dan mengisinya dengan air mineral."Siapa yang menyuruhmu untuk memasak? Kamu terlalu lancang!" cibir Anggara. Amisha mengabaikan perkataan pria itu. Dia fokus dengan masakannya."Hei, Wanita Jalang! Aku sedang bicara padamu!" teriak Anggara saat dirinya diabaikan.Plaak!Spatula yang Amisha pakai untuk memasak mendarat mulus di tangan pria itu. Amisha kesal dengan panggilan Anggara untuknya. Entah harus menjelaskan dengan cara apa supaya priq itu berhenti menyebutnya seperti itu."Kamu? Awas saja!" Anggara menatap tajam mata Amisha. Sebelah tangannya mengusap bagian yang tadi Amisha pukul. Terasa panas dan sakit.Amisha tidak menyesal sudah melakukannya. Dia kembali fokus dengan masakannya. Baginya, Anggara pantas mendapatkannya bahkan yang jauh lebih dari itu.Kekesalan Anggara bertambah saat di meja makan hanya ada satu piring nasi goreng, itupun tengah dimakan Amisha. Dia mengepalkan tangannya dan berlalu. Suara pintu apartemen yang dibanting menandakan pria itu sudah keluar dengan membawa kemarahan. Amisha hanya tersenyum puas."Akan kubuat kamu menyesal sudah mengganggu rumah tangga kakakku," gumam Amisha.Hari ini Amisha akan menemui sahabatnya. Dia juga harus masuk kuliah karena ada tugas yang harus diserahkan. Kemungkinan dia akan pulang larut malam.Mata Amisha berbinar saat melihat sahabatnya terlihat duduk di taman kampus. Dia melambaikan tangannya saat mata mereka bertemu pandang."Cepetan cerita! Aku penasaran dengan ceritanya." Sahabat Amisha yang bernama Lastri tidak sabar mendengar cerita pernikahan dadakan yang terjadi kemarin."Lu gak hamil di luar nikah, 'kan?" Lastri menatap Amisha dengan tatapan yang sangat tajam."Ya, enggak. Mana mungkin aku melakukan yang begituan sebelum menikah," bantah Amisha.Amisha mulai bercerita saat dia melihat kakak iparnya tengah jalan berdua dengan pria lain. Lastri menutup mulutnya saking kaget. Dia tidak menyangka kalau Raisya bisa mengkhianati kakak sahabatnya.Amisha juga menceritakan bagaimana bisa dia terjebak saat hendak menjebak Anggara. Dengan sengaja Amisha menyadap W******p milik kakak iparnya dan melakukan chatting dengan pria itu. Dia juga menjebak Anggara supaya menemuinya sebagai Raisya dan datang ke kamar hotel.Siapa sangka, jebakan Amisha malah membuat dirinya yang terjebak. Kakaknya sendiri yang menciduk dirinya tengah dipeluk seorang pria.Dito meminta keduanya untuk menikah. Dia tidak mau sampai kehidupan adiknya rusak akibat kejadian itu."Ya, ampun, Sha. Kamu berani sekali melakukannya sendiri. Kenapa gak minta bantuan aku?" Lastri prihatin dengan kejadian yang menimpa sahabatnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Amisha selanjutnya."Jika pernikahan ini bisa membuat hubungan mereka putus, aku ikhlas." Lastri hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kasih sayangnya pada Dito tidak bisa diragukan lagi. Bagi Amisha, Dito adalah segalanya."Tapi gak harus mengorbankan masa depan kamu, Sha. Apalagi mengingat siapa pria itu. Kamu yakin bisa melewati semuanya?" Lastri benar-benar khawatir dengan Amisha."Aku tahu itu, Las. Aku juga takut, tapi cuma itu yang terlintas dalam pikiranku. Awalnya aku cuma mau jebak dia dengan foto-foto yang kubuat semesra mungkin supaya Kak Raisya memutuskan hubungan mereka." Amisha menangis dalam pelukan sahabatnya."Lalu, apa rencanamu selanjutnya, Sha?" Laras meregangkan pelukannya. Dia ingin tahu bagaimana jawaban wanita itu."Aku akan membuat Kak Raisya putus dulu. Jika perlu, aku akan berpura-pura mencintai pria itu atau apalah. Yang terpenting mereka putus dan pernikahan Kak Dito selamat."Nasi sudah menjadi bubur, Amisha tidak mungkin mundur. Dia akan melanjutkan rencananya supaya hubungan terlarang kakak iparnya dengan selingkuhannya benar-benar berakhir. Setelah semuanya selesai, dia bisa mengakhiri pernikahannya itu. Tidak masalah jika dia harus hidup menjanda di usia muda. Dia bisa memulainya kembali, menata masa depan yang sudah direncanakan. Mungkin rencana untuk pergi ke luar negeri akan dia lakukan jika pernikahannya sudah berakhir."Bagaimana dengan Kak Raisya? Apa dia sudah tahu?" tanya Lastri. Amisha hanya terdiam dengan kepala menggeleng pelan."Dia belum tahu, besok dia akan kembali dari luarkota, entah bagaimana reaksinya nanti." Amisha tersenyum mencibir.Namun kedatangan seseorang tiba-tiba membuat mereka sangat terkejut."Apa ada yang bisa kamu jelaskan, Sha!"Sudah cukup lama mereka berdua terdiam. Lastri memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Amisha dengan pria itu. Mereka butuh waktu untuk menyelesaikan masalah yang sudah terjadi. Ternyata yang membuat keduanya terkejut adalah kedatangan lelaki itu.Salman, salah satu senior Amisha di kampus. Mereka baru saja menjalin hubungan satu bulan yang lalu. Pagi-pagi sekali, Amisha memutuskan hubungan mereka lewat pesan singkat tanpa memberitahu apa alasannya."Apa kamu akan diam saja?" Salman memilih untuk memecah keheningan Dia ingin kejelasan dari keputusan Amisha yang tiba-tiba."Maaf." Hanya satu kata yang keluar dari mulut Amisha. Dia semakin menundukkan wajahnya dan menangis."Itu bukan jawaban yang kuinginkan, Sha!" Salman berlalu. Dia pergi dengan membawa amarahnya.Salman pria yang baik, karena itu pula Amisha mau menerimanya. Hubungan mereka baru satu bulan berjalan, tetapi dia terpaksa mengakhirinya karena tidak mau menyakiti Salman terlalu dalam.Amisha masih merahasiakan pernikahan
Keringat membasahi kemeja yang Amisha pakai. Dari apartemen Anggara hingga kampus dia harus berjalan kaki. Padahal jaraknya lumayan jauh. Amisha sampai terlambat masuk jam kuliah pertama.Wanita itu kini tengah duduk di taman kampus sendirian. Matanya terpejam dengan menyelonjorkan kakinya. Napasnya masih terdengar tidak beraturan. Dia tengah merasakan lelahnya berjalan jauh."Hai, Sha! Tumben gak masuk?" Lastri menghampiri sahabatnya. Dia menatap Amisha dengan tatapan heran."Kamu habis ngapain, Sha? Keringetan gini?" Lastri mengeluarkan tisu dari dalam tas dan memberikannya pada Amisha."Aku habis nyari kerjaan, Las," jawab Amisha."Lah, kok, kerja? Emang Kak Dito gak ngasih uang? Suami ka–?" Amisha membekap mulut Lastri. Matanya celingukan takut ada yang mendengar obrolan mereka."Jangan sebut kata suami di sini, Las. Aku takut Salman denger." Amisha bicara dengan berbisik."Maaf," ucap Lastri tidak enak."Kamu tahu sendiri semua fasilitas dari Kak Dito sudah kukembalikan dan masal
Amisha tidak bisa tidur. Dia takut Anggara tiba-tiba datang dan melakukan hal yang tidak diinginkan padanya. Tatapan mata Anggara padanya tadi membuat Amisha ketakutan. Sebisa mungkin dia terlihat biasa saja. Jangan sampai Anggara tahu kalau dia ketakutan.Sementara pria yang Amisha takuti sudah terlelap. Tidak biasanya Anggara tidur sebelum larut malam. Bahkan kini dia tengah bermimpi indah. Pikiran buruk tentang sesuatu yang ingin dia lakukan pada wanita itu, di tekannya dalam-dalam.Pagi-pagi sekali sebelum Anggara bangun, Amisha sudah keluar dari apartemen. Dia semangat sekali untuk bekerja. Di hari pertamanya, Amisha ingin memberi kesan yang baik dengan tidak membuat si pemilik laundry kecewa.Amisha disambut hangat pemilik laundry. Bu Sari namanya. Dia langsung diberi seragam bertuliskan laundry Jaya Amanah. Hari pertamanya bekerja, dia akan mengantarkan pakaian yang sudah dicuci bersih kepada para pelanggan."Selamat bekerja dan hati-hati," ucap Bu Sari. Amisha pun pamit. Dia
Plaak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Anggara. Tangan Amisha bergetar hebat. Dia bergegas pergi sebelum Anggara membalas perbuatannya. Amisha lari sekencang mungkin tanpa arah dan tujuan. Yang ada dalam pikiran wanita itu, dia harus pergi sejauh mungkin. Memang tidak baik berada dalam satu ruangan dengan Anggara di saat dia tengah marah.Amisha hanya bisa menangis sendirian di bangku taman. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika tidak bisa lepas dari pria itu. Dia bergidik ngeri membayangkannya.Sentuhan tangan di pundaknya membuat Amisha kaget bukan main. Dia langsung menepis tangan itu dan beranjak. Matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Salman berdiri dengan tatapan penuh rasa khawatir."Kamu ngapain menangis sendirian di sini, Sha? Apa ada yang menyakitimu? Katakan padaku!" Salman terlihat sangat khawatir. Masih terlihat di matanya cinta yang begitu besar untuk wanita itu.Amisha menepis tangan Salman saat hendak memegang pundaknya. Dia
Terlalu fokus dengan foto Amisha, Anggara sampai tidak memperhatikan foto lain. Di mana ada foto Dito dan Raisya saat melangsungkan pernikahan mereka. Anggara menyimpan ponselnya kembali saat melihat Amisha melajukan motornya. Dia bergegas mengikuti wanita itu hingga motor yang Amisha pakai berhenti di kampus. Amisha terlihat menuju toilet dan tidak berselang lama, wanita itu sudah berganti pakaian."Jadi kamu bekerja sebelum kuliah? Kenapa harus jadi pengantar pakaian? Bukankah kakakmu punya kafe?" Anggara bicara sendiri. Dia merasa ada yang salah.Ponsel Anggara berdering. Terlihat sebuah pesan masuk ke aplikasi hijaunya. Tertulis nama Raisya di sana."Sayang, kamu di mana?" tulis Raisya."Kemarin kita gagal melakukannya. Apa kamu mau mencobanya lagi?" Kembali Raisya mengirimkan pesan."Aku tunggu di tempat biasa." Pesan terakhir yang Raisya kirimkan.Anggara hanya membacanya saja, enggan untuk membalasnya. Dia ingin sedikit menjauh dari wanita itu. Entah mengapa, Raisya tidak lagi
Cukup lama Amisha duduk sendirian di taman depan apartemen. Hati juga pikirannya sedikit rileks, setidaknya untuk beberapa saat. Dia berharap ini hanya mimpi buruk saja yang suatu saat nanti dia bisa terbangun. Dengan langkah malas, Amisha kembali ke apartemen Anggara. Sebelum masuk ke area apartemen, Amisha membeli roti untuk mengganjal perutnya di minimarket. Wanita itu sudah jarang sekali makan nasi karena terlalu sibuk. Sebisa mungkin dia juga hidup hemat, apalagi mengingat waktu gajian masih sangat jauh."Sha, ngapain kamu di sekitar sini?" Jantung Amisha seakan berhenti berdegup saat mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya."Beli ro–roti," jawab Amisha gugup. Salman menatap Amisha penuh tanya."Beli roti sejauh ini?" Salman memicingkan matanya.Meskipun hatinya merindukan pria itu, Amisha berusaha mengabaikannya. Dia tidak mau melibatkan Salman dalam masalahnya. Cintanya pada pria itu masih tersimpan dengan baik. Berh
Anggara terbangun saat matahari sudah berada di atas kepala. Dia merasakan sakit di dahi sebelah kanan, bekas terkena pukulan dari gelas yang Amisha layangkan. Belum lagi efek dari minuman yang sudah membuatnya mabuk semalam."Apa yang sudah kamu lakukan pada wanita itu?"Anggara terlonjak kaget saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Dia juga merasa asing dengan ruangan tempatnya tertidur."Shiit!" Anggara hanya bisa mengumpat saat dia ingat dengan kejadian semalam. Matanya celingukan mencari wanita yang tinggal bersamanya. Penasaran dengan kondisi wanita itu."Siapa yang kamu cari? Istrimu?" tanya orang itu."Di mana dia, Pa?" Orang yang kini menatap Anggara penuh amarah adalah Subagio, papanya Anggara. Subagio dan Marini sengaja datang ke apartemen Anggara pagi-pagi sekali karena laporan orang suruhan mereka. Dari laporan yang mereka dapat, terdengar suara Amisha berteriak. Kebetulan pintu apartemen tidak tertutup rapat."Apa pedulimu? Dia sudah pergi jauh!" ucap Sub
Raisya baru saja kembali dari perjalanan bisnis. Dia disambut hangat oleh suaminya. Seperti pasangan suami istri lainnya, wanita itu memperlihatkan kerinduannya pada sang suami.Raisya pandai sekali menyembunyikan perselingkuhannya dari sang suami. Semua terlihat baik-baik saja, Dito pun tidak menaruh curiga apa pun."Di mana Misha? Tumben dia tidak menyambutku? Padahal aku udah bawa oleh-oleh untuknya," ucap Raisya. Dia kini tengah dalam balutan selimut bersama Dito."Misha sudah tidak tinggal di sini lagi," jawab Dito. Raisya menatap suaminya dengan rasa penasaran."Maksud kamu apa, Mas? Apa Misha ngekost?" Dito menggelengkan kepalanya, membuat wanita itu semakin penasaran."Saat kamu pergi ke luar kota, aku mendapati Misha berduaan dengan seorang pria di kamar hotel. Hari itu juga aku menikahkan mereka." Penjelasan Dito adalah kabar yang mengagetkan. Raisya tidak percaya kalau Amisha melakukan itu.Raisya sangat mengenal Amisha seperti apa. Dia tidak yakin kalau adik iparnya itu me