Share

BAB 3

Author: Icaica
last update Last Updated: 2025-11-04 07:17:56

Keesokan harinya,

Siang di perumahan yang mewah, Angga dan Angel sedang makan siang bersama dirumah. Tiba tiba, Ting tong… Ting Tong… suara bel berbunyi, Angel tau itu pasti aku yang datang. Angel tidak memberitahu Angga, bahwa aku datang. Angel sudah menyuruh satpam untuk memberi masuk kepada wanita yang bernama Putri. Angel tidak menghabiskan makanan nya, lalu pergi ke ruang tamu.

Angga masih memakan makanan nya, dia terbiasa harus menghabiskan makanannya dari kecil. Diruang tamu, yahh benar dugaan Angel. Yang datang adalah aku. Lalu Angel bergegas ke ruang makan lagi yang masih ada Angga disana dan Angel kembali duduk disebelah Angga. Setelah Angga selesai menghabiskan Makanannya.

“Sayangg, sudah selesai makan nya” Ucap Angel dengan nada manja. “

Iya udah” ucap angga singkat.

“Ayo ke ruang tamu, aku mau kenalin kamu ke calon istri siri kamu” ucap Angel sambil tersenyum.

Angga terkaget matanya membulat, “secepat itu” batin Angga. Angga masih terdiam kaget, lalu Angel menariknya dan Angga hanya menurut saja.

Aku yang sedang duduk diruang tamu dengan gelisah dan jantung yang berdebar debar. Lalu melihat Angel datang menghampiriku dengan seorang lelaki tinggi, wajah yang tampan, dewasa dan berwibawa. Jantungku semakin berdebar, “apakah seorang yang tampan seperti ini mau denganku, yang tidak secantik istrinya” ucap batinku.

Angga menatapku terkejut, seorang wanita yang cantik berpenampilan sederhana dengan rambutnya yang panjang terurai. “Ini bukan nya Putri Anggraini” ucap batin Angga.

“Sayang, ini namanya Putri yang mau aku kenalin ke kamu” Ucap Angel memperkenalkan Aku dengan Angga.

Angga masih terkejut, “Benar ini Putri” ucap batinnya lagi, dan membuat Angga senang

Flashback on

3 tahun yang lalu, Angga di telepon dari rumah sakit bahwa Mamahnya mengalami kecelakaan. Saat dirumah sakit, Angga melihat Mamah nya masih berbaring di ranjang.

Lalu seorang suster Datang, “Ibu Sonya sudah tidak apa apa, semuanya sudah ditangani. Dia masih dalam pengaruh obat bius. Untung Ibu Sonya dibawa cepat ke rumah sakit kalau tidak, kami tidak tau Ibu Sonya bisa selamat atau tidak” Ucap suster menjelaskan.

Angga hanya menatap Mamah nya yang masih berbaring.

lalu suster tersebut melanjutkan penjelasannya. “Tadi yang membawa Ibu Sonya ke sini itu adalah seorang Siswi, dia juga yang membantu mendonorkan Darah kepada Ibu Sonya” Ucap Suster itu.

Angga mendongkakkan kepalanya, “dimana sekarang orang nya??” Ucap Angga bertanya kepada Suster itu.

“Dia ada disebelah, sedang istirahat. Dia lemas setelah mendonorkan darahnya, katanya dia gak pernah mendonorkan darah dan memang takut jarum. Jadi selama pengambilan Darah dia nangis dan setelah selesai dia tertidur” Ucap Suster itu.

“Oke makasih Sus” Lalu Angga berlari kesebelah melihat wanita tersebut yang masih memakai seragam sekolah. Angga menatapnya wajah cantik yang mungil ini dengan bulu mata yang lentik dan kulit yang putih.

“Udah cantik, baik hati pula” batin Angga. Angga melihat seragam yang dikenakan wanita itu.

“Owh namanya Putri Anggraini, sekolahnya di SMK Nusantara” melihat dari seragam yang Putri.

Lalu Angga pergi membelikan makanan untuk Putri dikantin. Setelah kembali dari kantin, Angga ingin menemui siswa itu. Tapi ternyata tidak ada, “kemana dia??” Angga mencari dan menengok kanan kirinya tidak ada.

Lalu Angga mencari suster, “Sus Sus,,, Siswi yang tadi menolong Mamah saya kemana??” Tanya Angga sambil menenteng makanan yang tadi dia beli untuk siswi itu.

“Dia sudah balik Pak Angga, Tadi saya juga sudah menahannya, tapi dia bilang, dia telat bekerja. Terus langsung pergi” jawab suster itu, takut Pak Angga marah dengan nya, karena rumah sakit itu punya keluarganya.

“Oke Sus, terima kasih” Ucap Angga.

“Untung udah liat nama dan sekolah siswi itu jadi saya bisa menemuinya untuk berterima kasih” ucap batin Angga lalu kembali ke ruang rawat Mamahnya.

Setelah beberapa minggu Ibu Sonya sudah membaik, dan Angga ingin bertemu dengan siswi itu. Kebetulan SMK Nusantara itu punya salah satu temannya Angga, jadi Angga pun menghubungi temannya yang bernama Zayn, dan bertemu dengan nya di sekolah. Zayn memberi data siswa atas nama Putri Anggraini kepada Angga.

Angga membacanya dengan seksama.

“Putri itu salah satu anak berprestasi, dia selalu mendapatkan Ranking 1 dikelas nya. Tapi gua diberitahu wali kelasnya, dia anak yatim piatu dan hanya tinggal dengan neneknya. Dia juga bekerja untuk membayar biaya sekolah” ucap Zayn

kepada Angga.

Angga benar benar terkesan kepada Putri.

“Zayn,, Semua biaya sekolahnya Putri , gua yang tanggung. Tapi lu gak usah kasih tau dia kalau gua yang bayar” Ucap Angga kepada Zayn.

“Siap Nga” jawab Zayn menyetujuinya.

Angga melihat Putri diruang guru dari kejauhan, saat Putri diberitahu bahwa semua biaya sekolah sudah lunas semua sampai akhir. Betapa bahagianya Putri, Angga tersenyum bahagia melihat Senang seperti itu.

“Senyuman yang sangat manis” ucap batin Angga. Angga mengikuti Putri dan melihat dia selepas pulang sekolah membantu nenek nya berjualan. Angga seperti nya mulai jatuh cinta kepada Putri. Angga selalu hadir saat acara yang ada disekolah itu untuk melihat Putri dari kejauhan, memastikan dia sehat selalu.

“andaikan umurku dan umurmu tidak terlalu jauhh Put, ingin rasanya aku mendekatimu dan menyatakannya kepadamu.” Batin Angga.

Suatu saat, dihari kelulusan Putri. Angga harus berhenti melihat dan mengikuti Putri dari kejauhan. Karena Angga terpaksa harus nikah dengan Angel. Angga harus bertanggung jawab kepada Angel. “Semoga kamu bisa sukses Put, dan hidup bahagia” batin Angga lalu meninggalkan sekolah itu.

FLASHBACK OFF

Hening yang Penuh Luka

Angga masih terperangkap dalam lamunannya, bayangan masa lalu dan kebodohan hari ini berputar menjadi pusaran yang menyesakkan. Sebuah sentuhan lembut dan suara manja menariknya kembali.

“Sayangg,” ujar Angel, suaranya seperti belati berbalut gula, menyayat kesadaran Angga.

“Eehh... I-Iya,” Angga tersentak, berusaha keras menyusun ekspresi datar yang ia butuhkan untuk menutupi gemuruh di dadanya.

Seorang gadis berdiri di hadapannya, aura polosnya menciptakan kontras menyakitkan dengan kekacauan yang akan segera terjadi.

“Halo, saya Putri,” suaraku dengan lembut, senyuman tulus, senyum yang terasa begitu asing di tengah rumah yang penuh kepalsuan ini.

“Halo juga, saya Angga,” jawab Angga, meraih tangan Putri. Sentuhan itu... singkat, namun cukup untuk membuat arus dingin menjalari nadinya.

Gadis yang selama bertahun-tahun hanya bisa ia kagumi dalam diam. Sekarang berdiri di hadapannya, dan dipersiapkan untuk menjadi korban dari sandiwara istrinya.

Angel mendekat, berbisik dingin di telinga suaminya, “Gimana Sayangg, pilihanku?”

Angga menelan ludah, suaranya nyaris tanpa emosi. “Kelihatan seperti anak baik-baik.”

Pernyataan datar itu, tanpa komentar mendalam sudah cukup bagi Angel. Senyum sinis merekah di bibirnya.

“Bagus, Tidak ada komentar apapun dari Angga. Tidak perlu repot drama lagi kayak kemarin. Pria bodoh, selalu gampang diatur” Batin Angel sambil tersenyum kecil.

“Ya sudah, kalian ngobrol dulu, pendekatan dulu saja ya,,,” Ucap Angel mengambil tasnya, langkahnya ringan, seolah baru saja menyingkirkan seonggok sampah.

“Aku mau ke mal dulu, sudah ditunggu teman-temanku.” Lanjut Angel.

“Sayang aku jalan ya... Muachhh,” Angel mengecup pipi Angga, sebuah ciuman tanpa makna, hanya formalitas belaka.

“Kamu hati-hati, ya,” jawab Angga. Sepasang mata teduh itu mengikuti Angel hingga hilang di balik pintu.

Aku masih duduk diam, kaku. Kecanggungan itu terasa seperti dinding es. Jantungnya berdetak liar, irama yang terlalu cepat untuk situasi ini.

Angga memecah keheningan yang menyesakkan. “Kamu umur berapa?”

“Uuumur... saya 19 tahun, Pak,” jawabku terbata.

Angga tersenyum. Senyum tipis yang menyimpan ribuan penyesalan.

“Dia tidak berubah, bahkan makin cantik. Ya Allah, apakah dia benar-benar jodohku? Sekarang Kau pertemukan aku dengannya, tapi dalam posisi yang sangat salah. Aku serahkan semua kepadamu, Ya Allah” batin Angga

Kami berbincang. Angga bertanya tentang keluarga dan pekerjaanku.

Pada akhirnya, Angga membuat keputusan berani yang memicu badai di hatinya.

“Kamu ikut saya pergi sebentar, yah, menemui seseorang. Tapi kamu tidak boleh bicara dengan Angel, ya.” Ucap Angga

“Ketemu siapa, Pak?” Ucapku panik. Aku baru bertemu dengan Angga, tapi sudah mengajaknya pergi dan rahasia.

“Tenang,” Angga tersenyum, kali ini lebih tulus.

“Yang akan kamu temui itu perempuan, orangnya baik. Jadi kamu tidak usah takut ya” Ucap Angga menenangkanku.

“Iya, Pak.” Ucapku dan mengangguk, kebingungannya tertelan oleh kepastian dari tatapan Angga.

Angga bergegas berganti baju. Ketika ia meminta Bibi dan Pak Satpam untuk merahasiakan kepergiannya, ia merasa seperti seorang pengkhianat. Tapi pengkhianatan ini terasa benar.

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 12

    Aku berjalan menuju ruang utama Masjid An Nur, langkahku terasa berat seperti dirantai. Angga sudah duduk di depan penghulu, tampak rapi dengan jas hitamnya. Angel, dengan kebaya mewahnya, duduk di samping Angga, memancarkan aura kemenangan yang dingin. Saat pandanganku menyapu ruangan, aku berhenti. Napasku tercekat. Di barisan tamu, ada sepupu bernama Imam dan di samping Imam (sepupuku), duduklah sesosok pria yang sangat kukenal. Uwa Iwan. Kakak kandung almarhum Ayahku. “Uwa Iwan!” sapaku, segera berjalan cepat menghampirinya, rasa terkejut dan haru membuat tenggorokanku tercekat. Aku langsung mencium tangannya. Tangannya hangat, menenangkan. “Putri…” Uwa Iwan menggenggam tanganku erat. Matanya menunjukkan rasa iba yang dalam. “Uwa... Uwa bisa ada di sini?” tanyaku, bingung sekaligus lega. Bagaimana Angga bisa menghubungi beliau? Angel bilang semua akan siri, tanpa wali resmi! Uwa Iwan tersenyum tipis, “Angga sudah menceritakan semuanya ke Uwa, Put. Dia datang dan menjelaskan

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 11

    Beberapa hari keemudian,Akhirnya Nenekku sudah dibolehkan pulang kerumah. Rasa syukur yang tak terhingga membanjiri hatiku. Aku sangat senang.“Sini, Nek, pelan-pelan. Aku bantu,” ujarku lembut, memapah tubuh ringkihnya yang keluar dari TaksiSetelah Nenek duduk nyaman di sofa, aku langsung bergerak cepat. Aku merapikan semua barang-barang dari rumah sakit, membereskan sisa-sisa kekacauan di kamar.“Pokoknya Nenek harus sehat terus ya, Nek. Janji! Jangan sakit-sakit lagi. Aku cuma punya Nenek doang di dunia ini,” Ucapku, menarik Nenek ke dalam pelukan yang erat dan penuh haru. Air mataku sedikit menetes.Nenek membalas pelukanku, mengusap punggungku perlahan.“InsyaAllah Put, Nenek akan jaga kesehatan. Maaf ya, Sayang... Maaf sudah menyusahkanmu terus,” suaranya terdengar serak.Aku melepaskan pelukan, menatap mata tuanya yang penuh kasih. “Tidak, Ko Nek! Jangan pernah ngomong begitu! Dulu juga hanya Nenek yang merawatku seorang diri, banting tulang buat aku. Sekarang, ini waktunya

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 10

    Aku dan Angga tiba di restoran yang letaknya dekat dengan tempatku bekerja. Suasana tenang, alunan musik lembut mengiringi kami menyantap hidangan yang sudah tersaji. Aku mencoba fokus pada makanan, tapi tatapan mataku selalu berakhir di wajah Angga. Jarak yang sangat dekat ini membuat sarafku tegang.Dia tampan, baik, perhatian, dan aku belum melihat kekurangan apapun yang ada di dirinya. Bahkan aura ‘suami orang’ itu samar-samar. “Tapi, kenapa dia mau menikah siri denganku? Padahal wanita jauh lebih cantik dariku banyak sekali diluaran sana ”batinku.“Mungkin dia memang benar-benar terpaksa karena istrinya yang meminta, tapi kenapa dia memerhatikanku layaknya seperti calon istri sesungguhnya? Tatapannya... itu bukan tatapan keterpaksaan,” pikiranku terus berkecamuk, mencoba mencari celah logika dari situasi ganjil ini.Angga yang sedari tadi sudah menyadari kegelisahan dan tatapan curi-curiku, akhirnya bersuara, memecah keheningan yang makin mencekam.“Kenapa, Put? Kamu enggak suka,

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 9

    Aku sudah berada didepan kantor Angga, setelah berputar dulu mengambil KK dari kontrakan. Gedung yang megah, bertolak belakang dengan kondisi keuangan dan perasaanku saat ini. Aku masuk dengan langkah berat menuju Receptionist.Dan sesuai instruksi, Angga sudah memberitahu Receptionist jika aku datang disuruh langsung diantar ke ruangannya.Seorang karyawan wanita mengantarku ke depan pintu kayu jati besar.Tok tok tok,“Permisi Pak Angga,” Ucap karyawan itu.“Iya,” ucap Angga dari dalam.“Ibu Putri sudah datang, Pak,” Ucap karyawan tersebut.“Silahkan masuk, Bu Putri. Terima kasih,” karyawan itu mempersilakan masuk kepadaku lalu meninggalkanku.Aku melangkah masuk, ruangan Angga sangat luas, elegan, dan terasa mewah. Angga sudah berdiri di balik meja kerjanya.“Siang Pak Angga,” sapaku, jam sudah menunjukkan pukul 11 kurang sedikit.“Iya, siang juga, Putri. Silakan duduk,” Ucap Angga dengan senyuman yang terlalu manis untuk situasiku saat ini.“Bisa saya pinjam KTP dan Kartu Keluarga

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 8

    Aku masih berada di kamar rumah sakit, di sisi ranjang Nenek Ida yang sudah terlihat segar sehabis mandi. Aroma sabun bercampur dengan bau obat-obatan, menciptakan suasana yang intim namun getir. Aku dengan telaten menyuapkan sarapan bubur hangat ke mulut Nenek dan membantu beliau merapihkan pakaian.“Put, kamu tidak kerja hari ini?” Tanya Nenek Ida, matanya yang teduh menatapku penuh perhatian.Aku menyeka sudut bibir Nenek dengan tisu. “Kerja, Nek. Tapi aku masuk siang, jam dua nanti. Sengaja aku ambil shift siang biar bisa menemani Nenek sarapan dan bersih-bersih,” jawabku sambil berusaha menyembunyikan kelelahan yang mulai menjalar di punggungku.Nenek Ida memegang tanganku yang sedang merapikan selimut. Jari-jari beliau yang keriput terasa hangat.“Ya Allah, Putriku. Pasti kamu capek sekali ya, Nak. Harus bekerja keras, lalu pulang ke kontrakan, dan balik lagi ke Rumah sakit untuk menjaga Nenek. Maafkan Nenek ya, merepotkanmu terus.”Mendengar nada kasihan itu, hatiku terasa teri

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 7

    Pagi hari yang sangat cerah, cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela, menyinari ruang makan dengan hangat. Angel dan Angga tengah menikmati sarapan pagi mereka. Udara terasa tenang, namun ketegangan samar menyelimuti Angel yang berusaha terlihat santai.“Sayang, Gimana menurut kamu tentang Putri?” Tanya AngelAngga, yang sedang mengupas kulit pisang dengan gerakan lambat dan hati-hati, mengangkat wajahnya.“Putri? Menurutku… dia anak yang baik, Sopan. Kenapa memangnya?” Jawab Angga.“Bagus kalau begitu.”batin Angel tersenyum, senyum yang sedikit terlalu lebar. mencondongkan tubuh sedikit.“Kamu cocok kan sama dia? Maksudku, kamu nggak ada keberatan sama sekali, kan?” Ucap Angel.Angga berhenti mengupas pisang, pandangannya tertuju pada Angel. Jeda sesaat itu membuat Angel menahan napas."Iya, cocok-cocok aja sih," jawab Angga santai, melanjutkan aktivitasnya."Kenapa sih kamu kelihatan tegang banget, Sayang? Aku nggak akan menolak calon yang sudah kamu pilihkan ko" Ucap Angga.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status