Share

Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak
Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak
Author: El Furinji

Part 1

Author: El Furinji
last update Last Updated: 2025-08-26 19:13:41

“Tidur denganku atau orang tuamu akan membusuk dipenjara!”

Naura terperanjat mendengar ancaman Azka. Sebagai seorang anak, dia tak rela jika Bapaknya dipenjara, tapi untuk menyerahkan kesucian yang selama ini dijaga bukan pilihan yang baik.

Semua itu terjadi karena Rendy, orang tua Naura dituduh menggelapkan setengah milyar uang perusahaan. Sebenarnya Rendy tak melakukan hal itu, tapi seseorang telah menjebaknya.

“Bagaimana kalau aku cicil saja! Saat ini aku bekerja, pasti akan bisa mengumpulkan uang itu dalam waktu cepat,” celetuk Naura mencoba mencari jalan keluar.

Azka tersenyum sinis. “Aku tidak sedang memberimu pilihan!”

Mendengar anak gadisnya diintimidasi, amarah Rendy seketika meluap. “Abaikan saja orang gila itu, Na! Tak masalah Bapak dipenjara karena sesuatu yang tak Bapak lakukan. Yang terpenting pertahankan harga dirimu!”

Dulu Rendy sangat menghormati Azka sebagai bos di tempatnya bekerja, tapi kali ini rasa hormatnya menguap karena lelaki itu sudah merendahkan harga diri anak gadisnya.

“Baiklah kalau begitu. Nikmati saja dinginnya lantai penjara!” sahut Azka sinis. Detik berikutnya lelaki muda itu bangkit, berdiri lalu pergi. Namun, baru tiga langkah kakinya terayun, Naura langsung berteriak.

“Tunggu!”

Azka menghentikan langkah lalu menoleh. Senyum kemenangan jelas terukir di wajah lelaki itu. Dia sangat yakin Naura akan menyerah.

“Apa ada jaminan jika aku ikut denganmu, kamu akan melepaskan Bapak?” tanya Naura dengan sepasang mata menatap nanar.

Bayang kelam akan masa depan perlahan mulai menghantui pikiran. Bagi Naura, kesucian adalah nilai tertinggi dari seorang perempuan. Jika sudah tak memilikinya, diri tak berharga sama sekali.

“Tentu saja! Kamu bisa pegang ucapanku!” sahut Azka semringah.

Naura tak terlalu yakin dengan ucapan Azka, tapi saat ini tak memiliki pilihan yang lebih baik ketimbang mengikuti kemauan lelaki itu.

“Baiklah! Aku ikut denganmu!” Naura memberanikan diri mengambil keputusan yang bertentangan dengan hati nurani. Semua itu dilakukan demi kebebasan Bapaknya.

“Naura ... jangan, Na!” teriak Lina histeris. Sejak tadi perempuan paruh baya itu hanya menangis sesenggukan saking bingungnya mau berbuat apa. Sebagai seorang istri, dia tak mau suaminya dipenjara, tapi sebagai seorang ibu, dia tak setuju anak gadisnya menjadi nista.

“Tak perlu seperti itu, Na! Bapak tak rela kamu dilecehkan!” sambar Rendy cepat. Dia berpikir lebih baik mati dipenjara daripada harus melihat masa depan anak gadisnya hancur.

“Enggak usah banyak drama. Buang-buang waktu saja!” gerutu Azka yang merasa dipermainkan.

Naura menghela nafas berat. Sebentar kemudian dia bangkit kemudian mendekati kedua orang tuanya. “Sudahlah, Pak, Bu! Ini sudah takdirku.”

“Tapi, Na ... “

“Enggak apa-apa, Bu! Aku sudah ikhlas,” sahut Naura tak berdaya.

Tangis Lina kembali pecah. Dia langsung memeluk erat anak semata wayangnya. Tak ada yang bisa diucapkan selain kata maaf yang berkali-kali. Sebagai orang tua, dia merasa gagal melindungi anaknya.

“Pak, Bu, aku pergi dulu,” pamit Naura setelah pelukan terurai.

Sesaat kemudian Naura mendekati Azka lalu mendahului lelaki itu melangkah keluar, sementara Rendy dan Lina hanya mampu menatap nanar pada anak gadisnya yang pergi menebus kesalahan yang tak pernah dilakukan.

***

Azka membawa Naura ke rumahnya. Bik Warti yang membukakan pintu tak kaget melihat majikannya pulang bersama perempuan yang berbeda dari hari sebelumnya. Pemandangan seperti itu sudah sering terjadi sejak dua tahun yang lalu.

Dulu Azka lelaki baik, tapi sejak dikhianati tunangannya, perangainya langsung berubah. Dia kerap membawa pulang perempuan ke rumah pribadinya hanya untuk kesenangan lalu membuang setelah bosan.

“Tolong bikinkan kopi, Bik! Taruh di meja teras!” perintah Azka saat memasuki rumah.

“Iya, Tuan!” sahut Bik Warti. Sebelum kembali ke dapur, perempuan itu sempat mengamati Naura yang terlihat berbeda dari semua perempuan yang pernah Azka bawa pulang. Pakaian yang tertutup dan wajah yang diselimuti mendung membuat Bik Warti mengernyitkan kening.

Naura masih berdiri di depan pintu setelah Bik Warti pergi. Keraguan perlahan menyelinap di hati gadis itu. Satu sisi ingin pergi mempertahankan kesucian, tapi di sisi lain ingin berkorban demi Bapaknya.

“Kalau ragu kamu boleh pergi, tapi semua ada konsekuensinya!” ucap Azka mencoba menerka iso kepala gadis itu.

Naura memejam sejenak lalu menarik nafas panjang. Dibulatkan tekad untuk berkorban demi orang tua, meski dirinya harus menjadi nista.

“Aku siap,” sahut Naura nyaris tanpa ekspresi.

Sesaat kemudian Naura mengekori langkah Azka yang lebih dulu terayun memasuki rumah. Satu per satu anak tangga dipijak hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah kamar.

Masuk!” Azka membuka pintu.

Tak menyahut, Naura menuruti perintah itu. Ekor matanya mengitari semua penjuru ruangan yang didominasi warna putih bersih, sangat kontras dengan kelakuan si pemilik kamar.

Azka melangkah mendekati lemari lalu mengambil handuk dan diberikan pada Naura. “Bersihkan tubuhmu! Setengah jam lagi aku kembali dan kamu harus sudah siap!”

Sekali lagi Naura tak menyahut. Dia memilih menuruti perintah itu tanpa harus banyak tanya. Biar bagaimanapun, saat ini raganya telah tergadai oleh keadaan.

***

Setengah jam telah berlalu dan Azka sudah kembali ke kamar. Pandangannya langsung tertuju pada gadis berwajah sembab yang duduk di tepian ranjang. Senyum penuh hasrat terpancar dari sudut bibirnya saat memindai kecantikan Naura. Dia langsung mengunci pintu dan mendekati gadis itu.

“Kamu sudah siap?” tanya Azka.

Naura menoleh. Ketakutan kembali mendera saat melihat sorot mata Azka yang siap mengoyak harga dirinya.

“Aku masih perawan. Apa kamu tidak kasihan padaku?” ucap Naura memelas. Jauh di dalam lubuk hati, dia masih berharap Azka melepaskannya.

“Apa peduliku?” sahut Azka ketus.

Tubuh Naura gemetar saat Azka memegang kedua bahunya lalu membantu berdiri. Dia memejam sambil menggigit bibir bawah berusaha meredam perih. Dari sudut matanya bulir bening mulai menetes hingga membasahi wajah.

Naura hanya bisa pasrah saat Azka sedikit mengangkat dagunya. Nyeri kembali mendera hati seiring hawa hangat mulai menyapu wajah. Dia benar-benar putus asa meski nurani tak rela kesucian yang selama ini dijaga mati-matian, sebentar lagi akan hilang tak bertuan.

Tuhan ... tolong aku, gumam Naura di detik terakhir perjuangan.

Belum sempat Azka mengecup bibir ranum di depannya, hasrat mendadak hilang saat mendengar bunyi gedoran pintu berkali-kali.

“Mas Azka! Buka pintunya!”

“Azka! Cepat buka pintu apa Mama dobrak!”

“Shiit!” Azka mengumpat, melampiaskan kemarahannya. “cepat sembunyi!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   GODAAN MANTAN

    “Ma,” ucap Naura seraya mengetuk pintu kamar mertuanya. Setelah berbalas pesan dengan Firman, Naura memutuskan untuk bertemu mantan kekasihnya itu. Sama sekali tak berniat untuk mendua, hanya saja saat ini ingin suaminya merasakan cemburu seperti apa yang dirasakannya. Tak berselang lama, pintu kamar terbuka. Widya menemui menantunya yang berdiri di depan pintu. Kening perempuan paruh baya itu berkerut saat melihat penampilan Naura. “Ma, aku keluar dulu ya. Nanti kalau Mas Azka pulang, tolong bilang aku sudah meninggalkan pesan di meja kamar,” pamit Naura. “Kamu mau ke mana, Na? Kamu pasti kembali kan?” tanya Widya penuh kekhawatiran. “Iya, Ma! Aku pasti kembali kok. Lagian, aku pergi juga minta antar pak Samsul.” “Syukurlah ... Mama pikir kamu mau minggat karena masalah semalam.” Widya mengusap dada karena merasa lega. “Masalah apa, Ma? Kok aku malah jadi bingung?” Naura masih bersikukuh menyembunyikan senua dari mertuanya. Widya tersenyum lalu mengusap pundak menantunya. “

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   AKU PERGI

    “Iya, Mas! Kejar cintamu. Mbak Naura terlalu baik untuk terus kamu sakiti. Dia sudah rela meninggalkan tunangannya demi menjadi istri yang baik, tapi kamu masih saja menemui perempuan lain! Memalukan!” imbuh Alex. “Tidak. Aku tak mungkin meninggalkan Naura,” tegas Azka. “Terserah kamu saja, Mas, tapi jika aku berada di posisi Naura, aku akan meninggalkanmu!” cibir Alex. “Ayo, Ma! Mama istirahat saja. Enggak usah pedulikan Mas Azka. Biar dia mengejar cintanya walaupun perempuan itu anak dari orang yang menghancurkan keluarga kita!” Alex bangkit lalu membantu Mamanya berdiri dan memapah ke kamar. Dia tahu persis seperti apa kecewanya sang Mama dengan sikap Azka yang masih saja menemui Gea walaupun sudah dijelaskan dengan gamblang. Azka menjambak rambut kasar. Dia merasa semua orang tak ada yang mengerti perasaannya. Pertemuan dengan Gea hanya sebuah perpisahan, tapi malah menjadi petaka yang mengguncang rumah tangganya. *** Naura belum juga keluar kamar meski waktu telah beranjak

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   PERGILAH!

    Setelah pertengkaran semalam, Azka merasakan perbedaan sikap yang mencolok pada istrinya. Sejak bangun Naura hanya menyandarkan punggung pada headboard sembari memeluk lutut, bahkan tak menyiapkan pakaian untuknya. Azka tak marah karena menyadari semua ini berawal dari kesalahan sendiri. Justru mencoba bersikap lembut demi mendapat kembali senyum Naura. “Na ... sarapan yuk! Aku mau ke kantor,” ajak Azka yang sudah mengenakan setelan rapi.“Aku sudah kenyang,” sahut Naura tanpa menoleh. Azka mendekat lalu duduk di tepian ranjang. Sebisa mungkin tetap sabar meski diabaikan. “Kamu masih marah, Na? Ka aku sudah mengakui kesalahan. Aku juga sudah minta maaf. Apa kamu belum memaafkanmu?” Naura beringsut menjauh dan kembali memeluk lutut. “Aku sedang tak ingin berdebat, Mas!” Mendengar jawaban itu, Azka membuang nafas perlahan. Paginya tak lagi indah seperti biasa. Tak ada senyum Naura yang selalu menyambut saat mata terbuka, bahkan tak ada obrolan hangat sama sekali. “Oke. Aku turun

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   LUPAKAN SAJA

    “Di kantor aku selalu kepikiran kamu, Na! Makanya aku langsung pulang meski pekerjaan masih banyak.” Azka beringsut mendekat lalu meraih tubuh Naura dan membawanya dalam pelukan. Naura tak berontak, tapi tak balas memeluk seperti biasanya. Hatinya hancur karena lelaki yang dibanggakan, kini mulai membohongi dirinya. Sesaat kemudian Naura bereaksi dengan melepas pelukan Azka lalu mengambil ponsel yang sejak tadi tergeletak di sebelahnya. Dia langsung mencari foto yang tadi dikirim oleh Firman kemudian memberikan ponsel pada Azka. “Jelaskan ini, Mas!” ucap Naura dengan suara parau. Azka langsung kaget saat mata menatap ke layar ponsel. Jantungnya berpacu cepat melebihi batas normal. “Ini ... dari mana kamu dapatkan foto ini?” cecar Azka dengan suara gemetar. “Itu enggak penting, Mas! Katakan saja yang sebenarnya padaku. Kamu baru saja ketemu dengan mantan kekasihmu kan? Dia Gea kan?” Mata Naura mengembun. Sejak tadi sudah mempersiapkan mental untuk bicara hal ini, tapi nyatanya t

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   LUKA NAURA

    Tangan Naura gemetar hebat saat mata menatap ke layar ponsel yang memperlihatkan sebuah foto di mana suaminya sedang menggenggam erat tangan perempuan lain. Darah berdesir kencang seiring hati yang remuk dihantam palu godam. Mendadak persendian lutut melemas hingga tak mampu menahan berat tubuh. Naura ambruk seiring air mata yang luruh membanjiri wajah. Kenapa kamu mengkhianatiku, Mas!Naura meletakkan ponsel di lantai, kemudian duduk memeluk lutut. Sama sekali tak menyangka jika Azka yang pamit lembur justru sedang berduaan dengan perempuan lain. Setelah puas menumpahkan tangis, Naura menyeka sudut mata kemudian menyambar ponsel. Jemari lentiknya lincah menari di atas layar lalu segera menghubungi orang yang mengirim foto tersebut. “Dari mana kamu dapat foto itu?” cecar Naura setelah panggilan terhubung. “Itu enggak penting, Na! Yang jelas, aku hanya mengabarkan jika Azka bukan lelaki baik,” sahut Firman dari seberang telepon. “Bagaimana kamu bisa menarik kesimpulan itu? Mereka

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   GOYAH

    Empat hari lamanya Azka dan Naura menjalani perawatan di rumah sakit. Selama itu, keluarga bergantian menunggui. Kadang Alex sama Rendy, kadang Lina sama Widya. Kedekatan semakin terjalin menjadi berkah dari kecelakaan itu. Setelah mendapat izin dari dokter, hari ini mereka akan pulang. Azka sudah bisa berjalan sendiri meski masih tertatih, sedangkan Naura sudah sembuh secara fisik. Hanya membutuhkan support agar kepercayaan dirinya pulih dan tak terus merasa bersalah atas keguguran itu. “Bu ... mampir ke rumah yuk. Kita bisa ngobrol-ngobrol lagi,” ajak Widya pada besannya. “Lain kali saja, Bu! Di rumah banyak yang harus dikerjakan. Kami harus segera pulang,” tolak Lina. “Iya. Besok-besok kami pasti mampir ke rumah. Sekarang kami harus pulang,” imbuh Rendy. “Oh ... ya sudah. Kalau begitu biar Alex antar kalian,” tawar Widya. “Apa enggak merepotkan,” ujar Rendy seraya menoleh pada Alex. “Tentu saja enggak. Kita kan sudah menjadi keluarga, Pak! Jadi tak ada kata merepotkan,” sahu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status