Share

BAB 37

Author: Atdriani12
last update Last Updated: 2025-07-29 20:15:00
Kalau semuanya hancur nanti… aku cuma ingin dia tetap selamat.

Adrian menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. Callista masih menunduk, menggarisbawahi bagian jurnal yang belum sempat mereka bahas. Tapi Adrian nyaris tak lagi melihat kata-kata di kertas. Tatapannya terpusat pada sosok di depannya—tenang, cermat, dan tanpa sadar menumbuhkan sesuatu dalam dirinya yang selama ini ia kira sudah mati.

“Aku harus pulang,” ujar Callista pelan.

Adrian menoleh. “Ibumu?”

Callista mengangguk. “Beberapa hari ini dia agak sulit tidur.”

Adrian berdiri, membereskan berkas-berkas, lalu mengantar Callista sampai ke lorong luar. Mereka berhenti sejenak di depan lift. Hening.

“Kalau ada apa-apa, kabarin aku,” katanya.

Callista mengangguk, tapi matanya tidak bertemu dengan milik Adrian. Mungkin takut. Mungkin malu karena detak jantung yang belum stabil sejak barusan.

Pintu lift terbuka. Callista masuk. Tapi sebelum pintu tertutup, ia menoleh.

“Sama kamu… aku ngerasa aman.”

Pintu tertutup.

Dan Adri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 77

    Pintu ruangan itu tertutup rapat, tapi ketegangan di dalamnya seperti tak bisa dikurung. Callista duduk di ujung sofa, jemarinya saling menggenggam erat sampai buku-bukunya memutih. Di hadapannya, Adrian berdiri dengan bahu tegang, punggung menghadapnya, pandangan tertuju pada layar ponsel yang berkedip—sebuah panggilan masuk yang sudah dibiarkan berulang kali berdering tanpa diangkat.“Aku lihat namanya lagi,” suara Callista nyaris seperti bisikan, tapi cukup untuk membuat Adrian menoleh.Ia menatapnya sebentar, lalu menekan tombol mati di layar ponselnya. “Nggak penting.”“Kamu yakin nggak penting?” Callista mengangkat dagunya sedikit, mencoba membaca sesuatu di wajahnya. “Soalnya dari cara kamu diem… aku rasa kamu tahu ini bukan cuma gangguan biasa.”Adrian tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke meja, meletakkan ponselnya, lalu duduk di kursi di depannya. “Mereka lagi cari celah. Dan kayaknya mereka mulai nyari dari kamu.”Callista merasakan perutnya mengeras. “Maksud kamu… ‘merek

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 76

    Keheningan yang menyelimuti mereka tidak berat, tapi hangat. Seolah semua suara dari luar terhenti tepat di ambang pintu ruang aman itu. Callista memiringkan tubuhnya sedikit, menyentuhkan hidung ke leher Adrian. Aroma itu—hangat, maskulin, dan sedikit tajam—selalu berhasil membuatnya merasa pulang.Adrian mengusap punggungnya perlahan, gerakannya seperti membentuk pola yang tak pernah sama. “Kamu nyaman?” suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang hanya ingin didengar oleh gadis itu.“Nyaman banget,” jawab Callista tanpa membuka mata. “Aku cuma nggak mau ini selesai.”“Kalau gitu, jangan selesai.”Gadis itu tersenyum kecil. “Kamu tahu itu mustahil.”“Yang mustahil cuma kalau kita nyerah.” Adrian menggeser posisi duduknya, membuat Callista lebih mudah bersandar di dadanya. “Selama kita mau bertahan, semua ini nggak akan selesai.”Callista menatapnya, matanya menyapu wajah pria itu seolah ingin menyimpan detailnya di ingatan. “Kamu selalu punya cara buat bikin semua terasa mungkin.”

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 75

    Adrian masih menatapnya lama, seolah ingin merekam setiap garis wajah Callista. Tangan yang tadi menelusuri pinggang kini berhenti di punggungnya, menahan tubuh gadis itu agar tetap dekat. Napas mereka belum teratur, dan detak jantung yang cepat masih bergema di dada masing-masing.Callista mengangkat tangannya, menyentuh rahang Adrian dengan lembut. Jemarinya bergerak ke pipi, seperti memastikan bahwa pria itu benar-benar ada di depannya, bukan sekadar mimpi yang bisa menghilang kapan saja. “Kamu sadar nggak,” ucapnya pelan, “aku nggak pernah sebuka ini sama siapa pun?”Adrian mengusap rambutnya dengan ibu jari. “Aku sadar. Dan aku nggak akan anggap itu enteng.”Mereka tetap diam sejenak, membiarkan hening itu menjadi ruang aman. Lalu Callista menunduk sedikit, meletakkan dahinya di bahu Adrian. “Aku kadang takut… kalau semua ini terlalu baik buat jadi nyata.”Adrian mengencangkan pelukannya. “Kalau gitu, biar aku yang bikin itu nyata setiap hari.”Jawaban itu membuatnya tersenyum ti

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 74++

    Adrian tidak melepas tatapan itu. Tangan kirinya tetap berada di pinggang Callista, sementara tangan kanannya bergerak perlahan, seperti membaca bahasa tubuh yang sudah ia hafal tapi selalu ingin ia ulangi.Ciuman mereka kembali dalam—tidak ada jeda, hanya tarikan napas yang cepat dan berat di sela-sela. Callista memejamkan mata, membiarkan sensasi itu menguasainya. Setiap gesekan bibir, setiap tekanan jemari, membawa gelombang yang membuatnya sulit berpikir jernih.Ia melingkarkan kakinya di pinggang Adrian, membuat jarak mereka semakin hilang. Adrian merespons dengan menariknya lebih dekat, seakan ingin memastikan bahwa tidak ada ruang di antara mereka yang tersisa untuk keraguan.“Ahh… Adrian…” suaranya bergetar, setengah tertahan, setengah pasrah.“Aku di sini,” gumamnya di sela kecupan yang mendarat di garis rahang, lalu turun ke leher. Bibirnya bekerja dengan kesabaran yang justru membuat setiap sentuhan terasa semakin membakar.Tan

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 73

    Adrian mengeratkan pelukan, membiarkan keheningan mengisi ruang di antara mereka. Bahunya menjadi sandaran, dadanya menjadi jangkar, dan napasnya menjadi ritme yang membuat Callista tetap tenang.“Aku rasa… aku siap hadapi apa pun selama kamu tetap di sini,” ulang Callista, kali ini lebih pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.Adrian menunduk sedikit, mencium pucuk rambutnya. “Aku tetap di sini bukan karena dunia aman. Aku di sini justru karena dunia berisik, dan kamu butuh tempat buat diam.”Callista mengangkat kepalanya, menatapnya lama. Sorot mata itu memantulkan sesuatu yang lebih dari sekadar ucapan manis—ada janji di sana. Janji yang tidak perlu disegel dengan sumpah, tapi hidup lewat cara pria itu menggenggam jemarinya.Tangannya bergerak, menyentuh rahang Adrian perlahan, seperti memetakan garis yang sudah ia hafal tapi tidak pernah bosan dirasakan. “Kalau suatu saat aku nggak bisa kuat… jangan lepasin aku, ya.”“Ka

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 72

    Callista duduk di lantai dengan laptop terbuka di depannya, kaki terlipat rapi, sementara Adrian duduk di sofa di belakangnya, tangan bertumpu di lutut, memandang layar yang sama. Daftar nama calon undangan sudah terbuka. Beberapa di antaranya diberi tanda bintang, sebagian lain masih kosong.“Kalau kita mulai dari sini,” ujar Callista sambil menunjuk tiga nama teratas, “mereka bisa bawa lingkarannya sendiri. Nggak besar, tapi cukup buat bikin ruangan penuh.”Adrian mengangguk. “Aku setuju. Tapi jangan lupa, ini bukan soal jumlah orang. Ini soal siapa yang mau tetap di sini setelah acara berakhir.”Gadis itu mengetik pesan singkat untuk undangan pertama, lalu menatap Adrian. “Aku kirim sekarang?”“Kirim. Dan langsung ke yang kedua. Jangan kasih waktu terlalu lama buat mikir. Kalau terlalu lama, mereka bisa keburu dengar gosip dari luar.”Callista menekan tombol kirim, lalu langsung berpindah ke nama kedua. Jemarinya bergerak cepat, tapi m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status