Share

Terperangkap Dendam Bos Arogan
Terperangkap Dendam Bos Arogan
Penulis: Dewanu

Ketahuan

Malam ini Aziya merasa letih, ia harus menghubungi Davina untuk menumpang istirahat di kamar kost milik sepupunya itu.

["Vin, malam ini aku mau numpang tidur di kostan mu ya. Kebetulan malam ini aku lembur, jadi aku mau numpang istirahat sebentar," kata Aziya, sudah lama ia tidak menumpang istirahat di kamar kost milik Davina.]

["Oh, iya Zi, ambil aja kuncinya ya, kebetulan aku lembur juga, jadi nanti aku pulang lebih malam."]

"Oke, aku mau numpang tidur malam ini ya. Di mana kamu taruh kunci? Aku harus ambil di mana?," kata Aziya menanyakan letak kunci kamar Davina sepupunya.

["Ambil saja di atas pintu di lubang angin. Nanti pas kamu mau tidur, letakkan lagi di atas pintu biar aku bisa masuk tanpa ngebangunin kamu," jawab Davina, sementara ia sedang meneruskan pekerjaannya.]

["Okelah Vin, aku meluncur sekarang ya."]

Obrolan singkat lewat telepon antara Aziya dan Davina yang terlihat akrab itulah sebenarnya awal dari terkuaknya sebuah kenyataan paling pahit dan mengejutkan Aziya malam itu.

Akan tetapi, haruskah Aziya menyesal mengetahui kenyataan itu?

***

Aziya menguap beberapa kali saat melangkah melalui lorong sepi rumah kost Davina, dirinya sungguh sangat letih saat ini. Melihat ke sekeliling rumah kost, di tempat itu memang selalu sepi karena hanya ada tiga kamar kost dan semuanya pegawai perusahaan yang memiliki sift siang dan malam. Sepertinya ketiganya saat ini memiliki sift yang sama, yaitu sift malam.

Sedikit limbung, iapun melangkah sampai depan pintu kamar Davina. Lalu meraba atas pintu kamar tersebut untuk mengambil kuncinya.

Ceklek!

Aziya membuka pintu lalu menguncinya kembali, meletakkan kunci tersebut di atas pintu lagi supaya Davina bisa masuk setelah pulang kerja tanpa membangunkan dirinya.

Aziya melempar tas kerja miliknya sembarangan lalu melepaskan high heels miliknya. Hari ini dia sangat lelah karena harus lembur sampai pagi. Perusahaan sedang tutup buku akhir tahun sehingga ia harus juga berjuang merapikan laporannya.

"Aku akan tidur tiga puluh menit saja," gumamnya sembari memasang alarm di ponselnya lalu menepuk kasur di sampingnya.

"Akhirnya aku bisa menempel denganmu," lirih Aziya sambil menepuk bantal empuk yang hendak ia tiduri.

"Ah, aku lupa matikan lampunya," katanya lagi lalu beranjak turun mematikan lampu supaya lebih bisa tidur nyenyak. Tak lupa iapun menenggelamkan dirinya di dalam selimut yang tebal dan lembut milik Davina sehingga lebih nyaman.

Tak lama kemudian Aziya benar-benar tertidur. Akan tetapi dua puluh menit kemudian, Aziya dikejutkan dengan pelukan seorang pria. Iapun berusaha melepaskan dirinya, akan tetapi tangan pria itu menahannya dengan kuat.

"Diam Davina, aku masih sangat mengantuk. Biarkan aku peluk kamu dulu, hmm..." suara berat dan pelan itu mengusik alam bawah sadarnya. Ia belum sepenuhnya sadar, tapi insting di tubuhnya menghentakkan kesadarannya.

Seketika Aziya terkejut bukan main. Ia sungguh terkejut mendengar suara pria yang baru saja berbicara begitu lembut di belakangnya dan menahan pinggangnya. Kali ini dadanya berdegup kencang, memikirkan apa dan siapa yang sebenarnya ia hadapi. Iapun mencoba menangkap tangan lelaki itu dan merabanya. Tentu saja, ia sungguh mengenali siapa sebenarnya pria itu bahkan dari aromanya saja.

Aziya semakin tak tahan dan merasa jijik. Pria itu pasti mengira bahwa dirinya adalah Davina?! Ini sangat menakutkan!!

Dengan cepat Aziya melepaskan diri dari pelukan pria itu. Ia harus meyakinkan dirinya, tapi apa? Apa yang harus ia lakukan setelah ini?

Dengan tangan gemetar, Aziya menekan saklar lampu di kamar Davina.

Klek!

Seperti dugaannya, pria itu adalah Reza, suaminya sendiri. Air mata Aziya berderai jatuh perlahan, menatap bingung pada pria yang terbaring di tempat tidur Davina tanpa menyadari apa yang terjadi. Aziya bingung, galau tak menentu. Akan tetapi terbersit di kepalanya untuk melakukan sesuatu. Iapun meraih salah satu pakaian Davina dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tersebut.

Meskipun hatinya sangat sakit dan benci, ia penasaran, apakah semua itu seperti apa yang dipikirkannya sekarang ini? Dia butuh bukti!

Setelah selesai iapun kembali mematikan lampu masuk ke dalam selimut dengan hati-hati.

Kali ini ia memeluk erat Reza secara berhadapan.

"Davina, kamu sudah bangun ya..." lirih pria itu dalam kegelapan. Sepertinya pria itu belum menyadari siapa wanita di hadapannya.

Sangat mengejutkan, pria itu sungguh berusaha mencumbunya dengan mencium leher dengan agresif.

Hanya air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Dia sungguh ingin memakinya habis-habisan, akan tetapi hanya isakan yang keluar dari bibirnya.

"Hei...kok menangis, sayang. Tumben, biasanya kamu melawanku dengan baik, hmm," kata Reza menghentikan aktivitasnya.

"Mas Reza! Bangun!" pekik Aziya, membuat pria berselimut itu membuka lebar-lebar matanya. Dan saat itu juga Aziya menyalakan lampu kamar.

"Aziya? Ka-kau di-sini?" terlihat wajah kebingungan masih di atas pembaringan. Ia menatap Aziya tak berdaya.

"Kau selalu melakukan ini, Mas?" lirih Aziya tak tahan lagi.

Pada saat bersamaan, Davina yang baru saja tiba juga ikut terkejut melihat apa yang ada di depannya, tapi Aziya langsung mengatakan sesuatu untuknya.

"Davina...teganya kamu..." isak Aziya menyedihkan. "Apa yang harus kukatakan pada kalian? Apakah umpatan kotor dariku akan cukup buat kalian?"

Reza tertunduk kebingungan, sesekali menatap Davina kalut. Ia tak menyangka wanita yang dipeluk dan diciumnya tadi adalah istrinya sendiri bukan Davina pacar gelapnya yang merupakan sepupu Aziya. Padahal ia juga merayu dengan menyebut-nyebut Davina, sepupu istrinya itu.

Sebenarnya Davina tak tahu apa yang sedang terjadi sebelum ia tiba di kamarnya, akan tetapi sudah dipastikan mereka sudah ketahuan Aziya. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.

Apa boleh buat, akhirnya Aziya harus menelan kenyataan pahit, tak ubahnya seperti dirinya saat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status