Share

Terperangkap Dendam Bos Arogan
Terperangkap Dendam Bos Arogan
Author: Dewanu

Ketahuan

Author: Dewanu
last update Last Updated: 2023-05-24 20:13:59

Malam ini Aziya merasa letih, ia harus menghubungi Davina untuk menumpang istirahat di kamar kost milik sepupunya itu.

["Vin, malam ini aku mau numpang tidur di kostan mu ya. Kebetulan malam ini aku lembur, jadi aku mau numpang istirahat sebentar," kata Aziya, sudah lama ia tidak menumpang istirahat di kamar kost milik Davina.]

["Oh, iya Zi, ambil aja kuncinya ya, kebetulan aku lembur juga, jadi nanti aku pulang lebih malam."]

"Oke, aku mau numpang tidur malam ini ya. Di mana kamu taruh kunci? Aku harus ambil di mana?," kata Aziya menanyakan letak kunci kamar Davina sepupunya.

["Ambil saja di atas pintu di lubang angin. Nanti pas kamu mau tidur, letakkan lagi di atas pintu biar aku bisa masuk tanpa ngebangunin kamu," jawab Davina, sementara ia sedang meneruskan pekerjaannya.]

["Okelah Vin, aku meluncur sekarang ya."]

Obrolan singkat lewat telepon antara Aziya dan Davina yang terlihat akrab itulah sebenarnya awal dari terkuaknya sebuah kenyataan paling pahit dan mengejutkan Aziya malam itu.

Akan tetapi, haruskah Aziya menyesal mengetahui kenyataan itu?

***

Aziya menguap beberapa kali saat melangkah melalui lorong sepi rumah kost Davina, dirinya sungguh sangat letih saat ini. Melihat ke sekeliling rumah kost, di tempat itu memang selalu sepi karena hanya ada tiga kamar kost dan semuanya pegawai perusahaan yang memiliki sift siang dan malam. Sepertinya ketiganya saat ini memiliki sift yang sama, yaitu sift malam.

Sedikit limbung, iapun melangkah sampai depan pintu kamar Davina. Lalu meraba atas pintu kamar tersebut untuk mengambil kuncinya.

Ceklek!

Aziya membuka pintu lalu menguncinya kembali, meletakkan kunci tersebut di atas pintu lagi supaya Davina bisa masuk setelah pulang kerja tanpa membangunkan dirinya.

Aziya melempar tas kerja miliknya sembarangan lalu melepaskan high heels miliknya. Hari ini dia sangat lelah karena harus lembur sampai pagi. Perusahaan sedang tutup buku akhir tahun sehingga ia harus juga berjuang merapikan laporannya.

"Aku akan tidur tiga puluh menit saja," gumamnya sembari memasang alarm di ponselnya lalu menepuk kasur di sampingnya.

"Akhirnya aku bisa menempel denganmu," lirih Aziya sambil menepuk bantal empuk yang hendak ia tiduri.

"Ah, aku lupa matikan lampunya," katanya lagi lalu beranjak turun mematikan lampu supaya lebih bisa tidur nyenyak. Tak lupa iapun menenggelamkan dirinya di dalam selimut yang tebal dan lembut milik Davina sehingga lebih nyaman.

Tak lama kemudian Aziya benar-benar tertidur. Akan tetapi dua puluh menit kemudian, Aziya dikejutkan dengan pelukan seorang pria. Iapun berusaha melepaskan dirinya, akan tetapi tangan pria itu menahannya dengan kuat.

"Diam Davina, aku masih sangat mengantuk. Biarkan aku peluk kamu dulu, hmm..." suara berat dan pelan itu mengusik alam bawah sadarnya. Ia belum sepenuhnya sadar, tapi insting di tubuhnya menghentakkan kesadarannya.

Seketika Aziya terkejut bukan main. Ia sungguh terkejut mendengar suara pria yang baru saja berbicara begitu lembut di belakangnya dan menahan pinggangnya. Kali ini dadanya berdegup kencang, memikirkan apa dan siapa yang sebenarnya ia hadapi. Iapun mencoba menangkap tangan lelaki itu dan merabanya. Tentu saja, ia sungguh mengenali siapa sebenarnya pria itu bahkan dari aromanya saja.

Aziya semakin tak tahan dan merasa jijik. Pria itu pasti mengira bahwa dirinya adalah Davina?! Ini sangat menakutkan!!

Dengan cepat Aziya melepaskan diri dari pelukan pria itu. Ia harus meyakinkan dirinya, tapi apa? Apa yang harus ia lakukan setelah ini?

Dengan tangan gemetar, Aziya menekan saklar lampu di kamar Davina.

Klek!

Seperti dugaannya, pria itu adalah Reza, suaminya sendiri. Air mata Aziya berderai jatuh perlahan, menatap bingung pada pria yang terbaring di tempat tidur Davina tanpa menyadari apa yang terjadi. Aziya bingung, galau tak menentu. Akan tetapi terbersit di kepalanya untuk melakukan sesuatu. Iapun meraih salah satu pakaian Davina dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tersebut.

Meskipun hatinya sangat sakit dan benci, ia penasaran, apakah semua itu seperti apa yang dipikirkannya sekarang ini? Dia butuh bukti!

Setelah selesai iapun kembali mematikan lampu masuk ke dalam selimut dengan hati-hati.

Kali ini ia memeluk erat Reza secara berhadapan.

"Davina, kamu sudah bangun ya..." lirih pria itu dalam kegelapan. Sepertinya pria itu belum menyadari siapa wanita di hadapannya.

Sangat mengejutkan, pria itu sungguh berusaha mencumbunya dengan mencium leher dengan agresif.

Hanya air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Dia sungguh ingin memakinya habis-habisan, akan tetapi hanya isakan yang keluar dari bibirnya.

"Hei...kok menangis, sayang. Tumben, biasanya kamu melawanku dengan baik, hmm," kata Reza menghentikan aktivitasnya.

"Mas Reza! Bangun!" pekik Aziya, membuat pria berselimut itu membuka lebar-lebar matanya. Dan saat itu juga Aziya menyalakan lampu kamar.

"Aziya? Ka-kau di-sini?" terlihat wajah kebingungan masih di atas pembaringan. Ia menatap Aziya tak berdaya.

"Kau selalu melakukan ini, Mas?" lirih Aziya tak tahan lagi.

Pada saat bersamaan, Davina yang baru saja tiba juga ikut terkejut melihat apa yang ada di depannya, tapi Aziya langsung mengatakan sesuatu untuknya.

"Davina...teganya kamu..." isak Aziya menyedihkan. "Apa yang harus kukatakan pada kalian? Apakah umpatan kotor dariku akan cukup buat kalian?"

Reza tertunduk kebingungan, sesekali menatap Davina kalut. Ia tak menyangka wanita yang dipeluk dan diciumnya tadi adalah istrinya sendiri bukan Davina pacar gelapnya yang merupakan sepupu Aziya. Padahal ia juga merayu dengan menyebut-nyebut Davina, sepupu istrinya itu.

Sebenarnya Davina tak tahu apa yang sedang terjadi sebelum ia tiba di kamarnya, akan tetapi sudah dipastikan mereka sudah ketahuan Aziya. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.

Apa boleh buat, akhirnya Aziya harus menelan kenyataan pahit, tak ubahnya seperti dirinya saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   TAMAT.

    "SELAMAT DATANG.... SELAMAT MALAAAMMM!"Suara riuh mengejutkan Aziya luar biasa. Bahkan suara keras dan teriakan itu secara bersamaan semua yang ada di situ.Aziya terpaku dalam keterkejutan.Ia melihat semua orang ada di sana. Ada kedua orang tuanya, ada juga kedua orang tua Galih dan juga Guntur dan Celine.Begitu juga Deo dan istrinya juga bibi Elena.Sementara ketiga anaknya terbaring di dalam ranjang kecil di sudut ruangan. Mereka seperti baru saja berpesta karena banyak sekali bekas makanan dan camilan di beberapa meja hidangan. Tentu saja semua ini membuat Aziya menitikkan air matanya.Iapun melempar tas miliknya secara asal dan menghambur memeluk kedua orang tuanya sambil menangis haru.Ia juga memeluk kedua orang tua Galih dengan deraian air mata juga.Haru dan juga rasa rindu membuatnya ingin menangis sejadi-jadinya. Dan akhirnya iapun menyalami Guntur dan memeluk Celine sebagai ungkapan betapa bahagianya ia saat ini bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang ia sayangi.

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Kejutan

    Aziya memutar kepalanya, menatap ke arah pria yang terkonsentrasi dalam mengemudi. Jalanan memang lengang, tapi ada beberapa lubang yang dalam perbaikan sehingga butuh konsentrasi."Kecuali?""Kecuali kau yang meminta perceraian terjadi.""Apakah Azga adalah tujuanmu untuk mengatakan semua ini? Untuk mengambilnya dariku?" sergah Aziya panik."Aziya, apa aku sekejam itu padamu?" jawab Galih bersamaan dengan gerakan lambat mobil tersebut dan roda yang berdecit tiba-tiba."Jawablah, apakah aku berharap perpisahan? Berapa kali aku mengatakannya? Aku selalu bilang bahwa kau harus kembali, tidak akan ada pertanyaan menjijikkan seperti itu, Aziya!""Tapi...""Jika kau mencintai Azga, kau juga tidak bisa memisahkan dia dariku."Aziya lagi-lagi kalah telak dengan ucapan Galih. Apakah hatinya telah meleleh bahkan di tengah malam yang dingin ini?Tiba-tiba secara tidak langsung kehadiran Galih membuatnya merasa hangat, membuatnya merasa hidup.Ia bisa merasakan detak jantungnya yang mulai bersem

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Kau Tetap Istriku

    "Mana kutahu, sejak tadi cuma sambutan tapi belum juga kelihatan siapa orangnya," balas Aziya.Galih hanya tersenyum dan melihat ke arah podium. Acara sambutan masih dilangsungkan, dan iapun harus bersikap lebih terhormat karena sambutan itu memang untuk dirinya.Pembicaraan terputus setelah sebuah nama disebutkan."Mari kita perkenalan direktur muda baru kita malam ini. Beliau adalah Bapak Galih Purnama yang berasal dari Jakarta... mohon kehadirannya di podium...."Aziya yang mendengar hal itu langsung membelalakkan saking terkejut."Ka-kau...""Demi putraku, aku akan disini untuk kalian, Aziya," bisik Galih pada Aziya sejenak sebelum pria itu pergi menuju podium.Aziya masih gagap tak percaya. Bagaimana mungkin Galih mengatakannya. Bagaimana mungkin dia harus menjadi bawahan Galih untuk yang kedua kalinya."Oh tidak, apakah ini cuma mimpi?" gumamnya.###Setelah berlalu acara penyambutan tersebut Aziya masih belum bisa percaya. Ia telah terperangkap sekuat ini dalam kehidupan Galih

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Direktur

    Arkan hanya memandang wanita itu tergesa berlari ke ruangannya, sementara itu Galih memandang dari sudut tersembunyi di dalam ruangan itu juga.Arkan menghampiri Galih."Kau harus berterimakasih kepadaku setelah ini," katanya memberikan ultimatum."Ah, bilang saja kamu nggak bakal memenangkan kompetisi ini, sehingga kau menyerahkan kekalahan mu sebelum memulai.""Jangan gila, kau punya anak darinya, aku tidak akan membuatnya semakin menderita hanya karena kalian berebut anak. Soal perasaan Aziya, apa kau mau coba aku merayunya?"Galih langsung mendelik, "Jangan coba-coba! Jangan pernah!"Arkan hanya nyengir melihat Galih ketakutan. Ia tak menyangka, lelaki yang terkenal wibawa dan piawai dalam bisnisnya ini hanya jatuh karena Aziya.Tuan Alfonso sangat mengakui kehebatan Galih sehingga ketika mereka membuat rencana menempatkan Galih di salah satu posisi perusahaan tersebut, pria tua itu samasekali tidak menolak. Itu karena kehebatan Galih memang tidak diragukan.Akan tetapi saat disen

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Penting

    "Aku sungguh tak mengerti apa yang kau pikirkan, memangnya aku bisa apa?""Tentu saja kau sangat bisa. Kau bahkan lebih baik dariku sekarang ini, aku bisa mengandalkan kamu tanpa ragu lagi, bukankah begitu?" kata Galih.Barulah Guntur mengerti bahwa Galih bermaksud menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepadanya. Dan itu bukan masalah ringan karena semua akan mengalami kendala tanpa kehadiran Galih."Apa kau gila? Demi perempuan itu?""Hei, ayolah, demi aku, ya?""Tidak, aku juga punya tanggung jawab lebih besar sekarang ini, istriku sedang hamil, aku tidak mau membuatnya menderita karena sibuk dengan pekerjaan," ujarnya seolah menolak mentah-mentah kemauan Galih."Ayolah, aku tidak akan melupakan kebaikanmu, Hmm? Kau harus melakukannya demi kita bersama, oke?""Tidak mau, aku tidak yakin untuk kepentingan bersama, apalagi yang lebih penting sekarang adalah Celine, aku tidak perduli padamu," ejek Guntur semakin membuat Galih kesal.Akan tetapi akhirnya Guntur tidak bisa mengelak karen

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Kejujuran di Matanya

    Putranya itu makin tersenyum aneh. Raut wajahnya menyimpan sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bahagia, haru dan entah apalagi yang membuat ayah ibunya penasaran. "Apa yang sebenarnya kau dapatkan di sana? Kau seperti kesurupan," kata ayahnya mengomentari sikap aneh putranya."Iya, ini juga merasa aneh dengan tingkahmu. Ada apa sih sebenarnya?"Lagi Galih tersenyum, menunjukkan sikap senang dan bahagia."Anak Aziya... namanya Azga, anak itu sangat mirip denganku, wajahnya... matanya... rambutnya...""Tunggu, kau bicara apa? Apa kaitannya dengan wajah anak Aziya dengan kemiripannya denganmu?" sang Ayah mulai punya firasat sesuatu.Begitu juga ibunya yang terlihat kebingungan dan menautkan alisnya."Apa maksudmu? Apa kalian tidak sekedar punya kemiripan? Astaga, apakah itu mungkin?" kata sang ibu terkejut sendiri.Galih mengangguk menunjukkan ucapan kedua orang tuanya benar, dugaan mereka benar meskipun itu hanya sekedar pengakuan Aziya."Dia tidak menikah atau menjal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status