Share

Rebutan Anak

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-24 20:27:35

Baiklah, sepertinya ini memang harus diperjelas di hadapan mama Reza supaya tidak ada lagi yang tersembunyi, batinnya.

Aziya menegakkan kepalanya, menatap ke arah Reza lalu bergantian menatap mama Reza yang sedang menunggu penjelasannya.

"Kamu itu pasti sudah nidurin Davina, mas, iya kan? Coba ngaku sama mama, Mas. Jangan hanya aku yang dianggap membangkang, dianggap jahat. Sebenarnya aku begini karena kamu bukan?" cibir Aziya.

"Apa? Apa maksudmu? Reza nidurin Davina?" kata Nurlela terkejut dengan ucapan Aziya, apa Aziya sedang memfitnah putranya? "Apa kau sungguh melihatnya langsung?" tanya wanita itu lagi.

Tak ada jawaban dari mulut Aziya. Ia malah disibukkan dengan bayangan menakutkan kejadian tadi malam. Begitu juga Reza yang hanya terdiam sementara ibunya menatapnya seolah menunggu pengakuan dari putranya.

Selagi kebingungan, sekarang orang tua Aziya telah sampai di rumah mereka dan menghampiri. Kebetulan mereka memang sedang ada di Jakarta karena ada urusan keluarga di sana.

"Aziya, kami datang sudah datang. Ada apa sebenarnya, apa kamu sungguh minta dijemput?" tanya ibunya yang serta merta menghampiri putrinya.

Sementara terlihat ayah Aziya berhadapan dengan Ayah Reza yang sejak tadi yang hanya berjalan-jalan di sekitar rumah.

"Tentu, Bu. Aku juga sudah membawa pakaian anak-anak. Aku sudah siap, Bu."

Ayah Reza masuk ruangan dan segera mendekat. "Ada apa sebenarnya? Kenapa Aziya mau pergi? Tidak perlu, Aziya, kau anggap saja kelakuan Reza hanya angin lalu. Nanti juga akan sadar sendiri. Aku yang akan memberinya pelajaran supaya berpikir," ujar pria itu.

Aziya menggelengkan kepalanya merasa sangat heran karena ayah Reza terkesan menganggap enteng permasalahan mereka. Berselingkuh, dan sekarang ia harus menganggap sebagai angin lalu? Sungguh tak masuk akal!

Ayah Aziya kini ikut ambil bagian, "Sepertinya putriku merindukan pulang ke rumah, selain itu dia tidak merasa aman dengan sikap Reza. Reza sudah menampar putriku dan itu sangat tidak pantas," jawab ayah Aziya. "Jangan kuatir, dia masih punya orang tua, dia bisa pulang kapan saja dibutuhkan."

"Hermaga, kenapa kamu tidak berusaha menengahi dan malah membela sesuatu yang salah? Tidakkah kamu mengajari putrimu untuk bersabar? Apa tidak kasihan anak-anak?" bantah ayah Reza.

"Bagaimana denganmu? Apa kau tahu apa yang dilakukan Reza? Ah ya, perlu kau ketahui, putriku tidak sama dengan istrimu yang bisa memaafkan begitu saja kelakuan suami sepertimu. Anakku...aku tidak rela dia disakiti seperti istrimu, mengerti?!" gertak Hermaga, ayah Aziya. "Bersabar? Tidak perlu hidup yang susah dibuat semakin susah. Begitu juga anak-anak mereka, mereka tidak butuh ayah yang bejat!" terdengar ayah Aziya menghardik ayah Reza di sudut ruangan. Lalu Aziya yang sudah berdiri di samping ibunya segera mengajak sang ibu keluar.

"Ayo, Bu. Ini bukan lagi dunia yang harus aku tempati, mari kita pulang ke desa," ujarnya dengan menggandeng lengan ibunya.

***

Setelah hari itu, Aziya dan kedua putra putrinya tinggal di rumah orang tua Aziya.

Aziya telah mengajukan permohonan cerai di pengadilan sehingga tinggal menunggu sidang perceraian untuk mereka. Sementara itu Humaira dan Farhan sedang mengurus perpindahan sekolah di desa. Ia telah menyelesaikan masa cutinya selama sepekan dan ia akan ke kota untuk bekerja. Rencananya sepekan sekali ia akan bersama kedua anaknya sehingga ia pulang ke desa di akhir pekan.

Setelah di Jakarta, Aziya saat ini hendak ke rumah mereka yang telah sepuluh tahun mereka tempati kemarin, ia berencana mengambil beberapa peralatan yang tertinggal.

Dan di sana Aziya ternyata bertemu dengan Reza. Mereka belum sah bercerai, tapi tentu saja Aziya tidak akan menganggap Reza sebagai suaminya.

"Kau kembali, bahkan setelah membawa anak-anak pergi. Mereka itu bukan hak kamu, aku tidak bisa menerimanya!" Reza memrotes Aziya, karena Aziya membawa kedua anak mereka tanpa persetujuan.

"Aku tidak membawanya, tapi aku mengamankan mereka demi tidak melihat kelakuan bejat kamu. Tolong sadar diri, aku tau kamu berhak, tapi kamu nggak layak sebagai seorang ayah. Seharusnya kamu berterimakasih karena aku masih berpikir waras."

Wajah Reza memerah. Menurutnya Aziya hanya cari alasan untuk menang dan unggul darinya. Apa ia harus rela melepaskan harga dirinya, menerima kekalahan dari Aziya? Tidak!

"Apapun katamu, mereka juga anakku, aku berhak untuk bersama mereka!" katanya dengan suara yang lebih keras.

"Betul Aziya, kami sudah memikirkan nya, sebaiknya biarkan saja mereka bersama kami dahulu. Kalau kamu ingin menenangkan diri, sebaiknya kamu sendiri saja yang pulang ke Desa. Masalah kesalahan Reza, dia sudah menyadarinya dan menerima keputusan kamu. Reza menyesal, tapi dia tidak bisa pisah dari anaknya, dan juga aku adalah neneknya yang paling dekat, biarkan mereka bersama kami, Aziya," kata Nurlela membuat Aziya sangat terkejut. Ia tidak tahu kalau mertua wanitanya itu ada di rumah mereka dan tiba-tiba muncul untuk ikut campur.

"Tapi ma..." Aziya berusaha bersikap sopan dan lembut, bagaimanapun Nurlela adalah orang tuanya juga, nenek dari putra putrinya.

"Jangan kuatir, kami yang akan menjemput mereka di desa. Mereka pasti senang, kami sudah merencanakan untuk berlibur dan berjalan-jalan ke kebun binatang bersama mereka. Ya kan Reza?"

Aziya menatap tajam kepada dua orang itu secara bergantian. Rasa terkuatnya ia harus menolak semua tawaran itu, hatinya sungguh sedang dalam dilema, tapi lihatlah, kenapa mereka seperti tidak terjadi apapun?

Apa yang mereka rencanakan sebenarnya?

"Tidak perlu, Bu. Kami sudah punya rencana sendiri," balas Aziya.

"Tapi Mas Boni sudah menjemputnya hari ini. Ayahmu juga sudah setuju untuk membiarkan Humaira dan Farhan bersama kami, kenapa kamu harus begitu egois?"

Tangan Aziya mengepal, ia terkejut dengan pengakuan Nurlela mertuanya. Akan tetapi apakah semua itu sebuah kebetulan? Mereka menjemput Humaira dan Farhan disaat ia berada di kota? Apakah mungkin ucapan mertuanya itu benar?

Dengan cepat Aziya mengeluarkan ponsel untuk menghubungi ayahnya.

Berkali-kali sudah Aziya menghubungi Hermaga ayahnya, tapi tak juga diangkat. Iapun mulai cemas karenanya.

Adapun Reza terlihat tersenyum puas melihat Aziya yang kelabakan. Rasanya Aziya seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   TAMAT.

    "SELAMAT DATANG.... SELAMAT MALAAAMMM!"Suara riuh mengejutkan Aziya luar biasa. Bahkan suara keras dan teriakan itu secara bersamaan semua yang ada di situ.Aziya terpaku dalam keterkejutan.Ia melihat semua orang ada di sana. Ada kedua orang tuanya, ada juga kedua orang tua Galih dan juga Guntur dan Celine.Begitu juga Deo dan istrinya juga bibi Elena.Sementara ketiga anaknya terbaring di dalam ranjang kecil di sudut ruangan. Mereka seperti baru saja berpesta karena banyak sekali bekas makanan dan camilan di beberapa meja hidangan. Tentu saja semua ini membuat Aziya menitikkan air matanya.Iapun melempar tas miliknya secara asal dan menghambur memeluk kedua orang tuanya sambil menangis haru.Ia juga memeluk kedua orang tua Galih dengan deraian air mata juga.Haru dan juga rasa rindu membuatnya ingin menangis sejadi-jadinya. Dan akhirnya iapun menyalami Guntur dan memeluk Celine sebagai ungkapan betapa bahagianya ia saat ini bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang ia sayangi.

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Kejutan

    Aziya memutar kepalanya, menatap ke arah pria yang terkonsentrasi dalam mengemudi. Jalanan memang lengang, tapi ada beberapa lubang yang dalam perbaikan sehingga butuh konsentrasi."Kecuali?""Kecuali kau yang meminta perceraian terjadi.""Apakah Azga adalah tujuanmu untuk mengatakan semua ini? Untuk mengambilnya dariku?" sergah Aziya panik."Aziya, apa aku sekejam itu padamu?" jawab Galih bersamaan dengan gerakan lambat mobil tersebut dan roda yang berdecit tiba-tiba."Jawablah, apakah aku berharap perpisahan? Berapa kali aku mengatakannya? Aku selalu bilang bahwa kau harus kembali, tidak akan ada pertanyaan menjijikkan seperti itu, Aziya!""Tapi...""Jika kau mencintai Azga, kau juga tidak bisa memisahkan dia dariku."Aziya lagi-lagi kalah telak dengan ucapan Galih. Apakah hatinya telah meleleh bahkan di tengah malam yang dingin ini?Tiba-tiba secara tidak langsung kehadiran Galih membuatnya merasa hangat, membuatnya merasa hidup.Ia bisa merasakan detak jantungnya yang mulai bersem

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Kau Tetap Istriku

    "Mana kutahu, sejak tadi cuma sambutan tapi belum juga kelihatan siapa orangnya," balas Aziya.Galih hanya tersenyum dan melihat ke arah podium. Acara sambutan masih dilangsungkan, dan iapun harus bersikap lebih terhormat karena sambutan itu memang untuk dirinya.Pembicaraan terputus setelah sebuah nama disebutkan."Mari kita perkenalan direktur muda baru kita malam ini. Beliau adalah Bapak Galih Purnama yang berasal dari Jakarta... mohon kehadirannya di podium...."Aziya yang mendengar hal itu langsung membelalakkan saking terkejut."Ka-kau...""Demi putraku, aku akan disini untuk kalian, Aziya," bisik Galih pada Aziya sejenak sebelum pria itu pergi menuju podium.Aziya masih gagap tak percaya. Bagaimana mungkin Galih mengatakannya. Bagaimana mungkin dia harus menjadi bawahan Galih untuk yang kedua kalinya."Oh tidak, apakah ini cuma mimpi?" gumamnya.###Setelah berlalu acara penyambutan tersebut Aziya masih belum bisa percaya. Ia telah terperangkap sekuat ini dalam kehidupan Galih

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Direktur

    Arkan hanya memandang wanita itu tergesa berlari ke ruangannya, sementara itu Galih memandang dari sudut tersembunyi di dalam ruangan itu juga.Arkan menghampiri Galih."Kau harus berterimakasih kepadaku setelah ini," katanya memberikan ultimatum."Ah, bilang saja kamu nggak bakal memenangkan kompetisi ini, sehingga kau menyerahkan kekalahan mu sebelum memulai.""Jangan gila, kau punya anak darinya, aku tidak akan membuatnya semakin menderita hanya karena kalian berebut anak. Soal perasaan Aziya, apa kau mau coba aku merayunya?"Galih langsung mendelik, "Jangan coba-coba! Jangan pernah!"Arkan hanya nyengir melihat Galih ketakutan. Ia tak menyangka, lelaki yang terkenal wibawa dan piawai dalam bisnisnya ini hanya jatuh karena Aziya.Tuan Alfonso sangat mengakui kehebatan Galih sehingga ketika mereka membuat rencana menempatkan Galih di salah satu posisi perusahaan tersebut, pria tua itu samasekali tidak menolak. Itu karena kehebatan Galih memang tidak diragukan.Akan tetapi saat disen

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Penting

    "Aku sungguh tak mengerti apa yang kau pikirkan, memangnya aku bisa apa?""Tentu saja kau sangat bisa. Kau bahkan lebih baik dariku sekarang ini, aku bisa mengandalkan kamu tanpa ragu lagi, bukankah begitu?" kata Galih.Barulah Guntur mengerti bahwa Galih bermaksud menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepadanya. Dan itu bukan masalah ringan karena semua akan mengalami kendala tanpa kehadiran Galih."Apa kau gila? Demi perempuan itu?""Hei, ayolah, demi aku, ya?""Tidak, aku juga punya tanggung jawab lebih besar sekarang ini, istriku sedang hamil, aku tidak mau membuatnya menderita karena sibuk dengan pekerjaan," ujarnya seolah menolak mentah-mentah kemauan Galih."Ayolah, aku tidak akan melupakan kebaikanmu, Hmm? Kau harus melakukannya demi kita bersama, oke?""Tidak mau, aku tidak yakin untuk kepentingan bersama, apalagi yang lebih penting sekarang adalah Celine, aku tidak perduli padamu," ejek Guntur semakin membuat Galih kesal.Akan tetapi akhirnya Guntur tidak bisa mengelak karen

  • Terperangkap Dendam Bos Arogan   Kejujuran di Matanya

    Putranya itu makin tersenyum aneh. Raut wajahnya menyimpan sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bahagia, haru dan entah apalagi yang membuat ayah ibunya penasaran. "Apa yang sebenarnya kau dapatkan di sana? Kau seperti kesurupan," kata ayahnya mengomentari sikap aneh putranya."Iya, ini juga merasa aneh dengan tingkahmu. Ada apa sih sebenarnya?"Lagi Galih tersenyum, menunjukkan sikap senang dan bahagia."Anak Aziya... namanya Azga, anak itu sangat mirip denganku, wajahnya... matanya... rambutnya...""Tunggu, kau bicara apa? Apa kaitannya dengan wajah anak Aziya dengan kemiripannya denganmu?" sang Ayah mulai punya firasat sesuatu.Begitu juga ibunya yang terlihat kebingungan dan menautkan alisnya."Apa maksudmu? Apa kalian tidak sekedar punya kemiripan? Astaga, apakah itu mungkin?" kata sang ibu terkejut sendiri.Galih mengangguk menunjukkan ucapan kedua orang tuanya benar, dugaan mereka benar meskipun itu hanya sekedar pengakuan Aziya."Dia tidak menikah atau menjal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status