Share

3. Menjadi Miliknya

Author: Nalla Ela
last update Last Updated: 2025-02-24 21:22:28

Tubuh Binar terasa remuk redam kala terbangun di siang harinya. Ia hanya diam berbaring untuk meredakan bagian inti tubuhnya yang masih nyeri.

Binar menyadari rambutnya sedikit lembab, tubuhnya juga telah dibalut piyama kebesaran. "Apakah Dante yang melakukannya?" tanyanya skeptis.

Binar melirik noda merah pada seprai yang teronggok di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Ia telah menyerahkannya.

Tangan Binar mengepal, merasakan denyut menyakitkan di dadanya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan akses kepada Dante untuk mengambil semuanya hanya karena sentuhan kecil.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka menarik atensi Binar. Ia melihat Dante keluar dari sana sambil mengenakan kausnya, memperlihatkan perut sixpack dan beberapa bekas luka di sana.

Binar menggigit bibirnya berusaha bangun melawan nyeri yang makin terasa, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama.

Dante dengan tenang menghampiri Binar. Membaringkannya kembali dan menyelimutinya. "Beristirahatlah."

Binar menahan napas saat jemari itu menyusuri pipinya. Menciptakan gelenyar aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Dante pelan, memperhatikan betapa cantiknya Binar ketika tengah bersemu.

Binar mengalihkan pandangannya segera. "Bukan apa-apa."

Dante hanya memperhatikan dan tak menanggapinya lebih jauh. Ia bangkit berdiri dan mengecup kening Binar agak lama. "Aku pergi dulu."

Tatapan Binar terpaku pada Dante hingga tubuh tingginya menghilang di balik pintu.

Kedua tangannya saling menggenggam di pangkuan. "Murahan sekali," keluhnya kala merasakan jantungnya berdebar karena perlakuan Dante.

---

Barus saja hendak memejamkan matanya kembali, Binar dikejutkan dengan ketukan di pintu kamar, disusul dengan masuknya Matthias dan dua orang berpakaian formal.

Binar memandang Matthias penuh tanya sambil berusaha untuk duduk.

"Mereka yang akan menjagamu mulai sekarang," ucap Matthias datar.

"Selamat siang, Nyonya. Saya Diana dan dia adalah Adrian," sapanya sopan. Sedangkan laki-laki di belakangnya hanya diam menundukkan kepala.

"Dante sudah menunggumu di meja makan. Diana akan membantumu bersiap," ujar Matthias sebelum beranjak pergi.

"Saya akan berjaga di luar." Adrian berlalu tanpa memandang Binar sekalipun.

"Mari, Nyonya."

Binar terdiam, memahami situasi. Ia melirik Diana yang tersenyum ramah. "Apa aku perlu penjagaan seperti ini?" tanyanya pelan.

---

Binar terpaku melihat bayangan tubuhnya terpantul dar cermin. memperlihatkan wajahnya yang pucat dan bekas merah kehitaman yang menuhi hampir seluruh tubuhnya.

Tak ingin terlarut dalam emosi, Binar segera memakai pakaian yang telah disiapkan Diana. Ia mengumpulkan keberanian sebelum keluar dari kamar.

Setibanya di ruang makan, Dante telah menunggunya. Dia duduk tenang di kursi dengan mata yang terus menatap lurus ke arahnya.

"Makan lebih banyak." Dante mendorong piring ke arah Binar yang lebih banyak diam.

Belum sempat suapan pertama masuk ke mulutnya, suara mendayu seorang wanita terdengar mendekat. Ini membuat Binar menoleh kearah Dante penasaran.

Seorang wanita berpakaian merah ketat mendekat dengan senyum menggoda ke arah Dante.

Valleria Bianchi

"Hai, Dante." Suara manis memikat terdengar menjengkelkan di telinga Binar. Tangan lentiknya menyentuh bahu Dante dengan sensual, mengabaikan Binar yang duduk tepat di depan mereka.

Binar meratap melihat Dante bahkan tak menolak sentuhan wanita itu. Apa hubungan keduanya? Dan kenapa ... Binar merasa sakit melihat kedekatan mereka?

"Kau tahu... aku bergegas dari Milan saat mendengar kau memilih menikah dengan perempuan tak jelas ini. Aku merindukanmu,kenapa kau mengabaikanku?" tanya Valleria dengan manja.

Binar menegang. Matanya memperhatikan tangan wanita itu dengan berani mengelus dada bidang Dante. Namun, ia memilih menunduk dan melanjutkan makan siangnya. Mengabaikan kedua orang yang tengah 'bermesraan' di depannya.

Binar seharusnya tak peduli, kan? Tapi kenapa rasanya sakit sekali saat mengetahui Dante bahkan tak menolak sentuhan wanita itu, di depan istrinya?!

Atau mungkin, Dante hanya menganggapnya sebagai istri di atas kertas saja? Pria itu memanfaatkannya?

Mungkin ini sifat Dante sebenarnya. Seorang cassanova yang menikmati wanita lain menempel padanya setelah apa yang terjadi semalam?

"Apa aku cuma mainan untuknya?" tanya Binar dalam hati.

"Menjijikkan!" Binar kehilangan nafsu makannya dan beranjak pergi.

Namun, suara Dante yang tegas dan dingin membuatnya menoleh sejenak.

"Binar. Selesaikan makan mu!" perintahnya tegas dengan sorot mata dingin menembus jantungnya.

Binar tak menjawab. Ia melihat wanita itu menyeringai senang sambil terus bergelayut manja di lengan Dante. Membuatnya makin muak.

"Aku tak nafsu makan." Mata Binar memandang Dante dengan dingin. "Lagi pula, aku tak terbiasa makan dengan lalat yang terus berdenging di sekitarku," sindirnya keras sebelum benar-benar pergi dari tempat terkutuk itu.

Dante menyingkirkan tangan Valeria dari bahunya dengan senyum tipis kepuasan terbit di sudut bibirnya.

---

Binar menghempaskan tubuhnya di ranjang dengan napas memburu. Sial! Ia seharusnya tak terpengaruh, tapi kenapa hatinya merasakan sakit melihat Dante tak menolak sentuhan wanita itu?

Dante bukanlah Kak Dante-nya yang dulu. Dia hanya orang asing penuh kegilaan yang mengikatnya tanpa perasaan. Tapi kenapa ... rasanya sesak sekali?

Dante masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu. Ekspresinya yang tenang, membuat Binar kesulitan memahaminya.

Binar menatap Dante sebal. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Pria itu tak menjawab, tapi terus mendekat perlahan dan mendorong Binar berbaring. Tanpa aba-aba, Dante menindih tubuhnya dan melabuhkan ciuman dalam.

Binar awalnya terpaku, tapi kemudian ia meronta keras. Namun, Dante tak peduli. Pria itu tetap menghisap dan melumat bibir Binar.

Melihat ekspresi menggemaskan Binar yang tengah cemburu, justru mengobarkan gairah di dadanya.

Binar terengah begitu Dante melepaskan ciumannya. "Kau brengsek! Aku benci padamu!"

"Kenapa?" Pertanyaan Dante membuat Binar linglung sejenak. Kenapa katanya?

"Kau cemburu?" tanya Dante lagi. Lengkungan senyum samar kembali hadir di wajahnya. Jari telunjuknya menyisir rahang Binar, lalu turun ke leher.

Binar hendak menjauh, tapi jemari Dante menahan tengkuknya dan menariknya semakin dekat. Ia bisa melihat sorot gelap dan menuntut dari pria itu. Membuat jantungnya berdebar lebih kencang. "Lepaskan aku."

Dante tak menggubris. Bibirnya mendekat, menyentuh pelipis Binar dengan gerakan lambat yang nyaris lembut.

"Jangan menghindar," bisiknya.

Dante mencium lebih dalam, menuntut, sampai Binar kehilangan kendali atas dirinya sendiri dan berakhir pasrah tubuhnya kembali dijamah pria itu lagi.

Ketika akhirnya Dante melepaskan penyatuannya, Binar mengerang. Tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya kembali melemas dan rasa kantuk menyerangnya lebih cepat.

Dante menyentuh pipi Binar lembut dengan ibu jarinya. "Aku tak akan membiarkanmu pergi dari sisiku, Binar."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   37.

    Binar terbangun perlahan, mendapati dirinya masih di sofa, dengan selimut yang membungkus tubuhnya rapat. Matthias tak terlihat di manapun, tapi aroma kopi samar-samar tercium dari dapur.Tak lama, atensi Binar teralihkan pada suara langkah berat terdengar dari pintu utama. Binar tak dapat menyembunyikan senyum haru saat melihat sosok itu ada di sana. Menatapnya dengan tatapan yang jarang sekali ia dapatkan. Dante berdiri di sana.Wajah tampan Dante masih memperlihatkan bekas luka samar dan kantung mata yang gelap. Namun, kekurangan itu sama sekali tak terlihat dibandingkan wajah dingin menawannya. Ada rasa lega yang Dante rasakan saat melihat Binar. Kemarahan yang ia tahan semalam, runtuh perlahan, walaupun rasa posesif tak pernah hilang. Binar bangkit segera dan berjalan cepat menghampiri Dante. “Kau terluka lagi?” tanya Binar terdengar cemas sambil menyentuh pipi Dante.Dante mengabaikan pertanyaannya. Ia hanya memeluk Binar dengan satu tangannya yang tak terluka. Tak begitu e

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   36

    Ruang rawat Dante terasa sunyi meski diisi oleh tiga orang. Namun semua sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.Tubuh Dante masih belum pulih sepenuhnya, bersandar di ranjang tanpa mengenakan atasan, memperlihatkan luka-lukanya yang dibalut perban.Di tangan kiri Dante, ada sebuah belati kecil kesayangannya, mengkilap ketika terkena cahaya lampu.Binar melirik Matthias dan Dante beberapa kali sembari fokus mengoleskan salep di beberapa luka gores di tangan Dante.Kecanggungan merayapi ketiganya. Dan Binar memilih diam, memperlambat gerakannya.“Bicara, Matthias,” ucap Dante dingin. Namun mengandung tekanan. “Aku tahu kau datang bukan hanya untuk menatap istriku.”Matthias menatap Dante tenang meskipun mendengar nada sarkastis. Mata hitamnya berkilat. “Kau tetap setajam biasa.”“Dan kau tetap terlalu diam untuk orang yang menyimpan terlalu banyak,” sahut Dante menyipitkan mata.Binar menunduk, pura-pura sibuk dengan luka Dante, tapi jantungnya berdetak terlalu cepat. Ia bisa merasakan

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   35. Permintaan Maaf

    Binar menggenggam tangan Dante dengan erat. Ia memilih duduk dan menyandarkan kepalanya di ranjang, menolak saran Matthias yang menyuruhnya istirahat. "Kau tau, Dante. Awalnya ... aku membencimu." Binar menarik napas panjang seakan memikul beban berat di dadanya. "Kau bertindak sesukamu ... mengurungku ... menganggap aku sebagai barang yang harus kau miliki, tanpa memikirkan bagaimana perasaanku."Tangan Binar memainkan jemari Dante dengan hati-hati. "Tapi kau juga dengan kejam menjeratku. Sampai aku sangat bergantung padamu sekarang."Binar mengatakan semua itu dengan ekspresi kosong di matanya. Ia tak tau bagaimana hatinya. Ia benci, tapi ... ia juga peduli.'Apa yang membuatku jatuh cinta padamu?'Pertanyaan itu masih mengambang tanpa jawaban di hati Binar."Maaf."Binar tertegun mendengar suara lirih itu. Begitu mendongak, matanya bertubrukan dengan mata Dante yang nampak sayu."Kau sadar."Binar sudah berdiri hendak memanggil tenaga medis, tapi Dante menggenggam tangannya erat,

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   34. Pelindung Dante

    Darah terus menetes dari tubuh Dante saat Binar membopongnya masuk bersama Matthias dan dua pengawal lain. Binar menolak melepaskan Dante, mengabaikan seluruh ucapan Matthias. Napas Dante terdengar berat dan pendek-pendek, semakin membuat tubuh Binar bergetar. Ia melihat luka menganga di bahu dan dada kanan pria itu terlihat mengerikan. "Tenanglah, Binar! Dante akan baik-baik saja," ucap Matthias berusaha menenangkan Binar yang nampak kesetanan. “RUANG MEDIS!! SEKARANG!!” teriak Binar panik. Telinganya seolah tuli akan segalanya. Yang ia pikirkan hanya satu ... keselamatan Dante. Baju Binar telah basah oleh darah, mengejar tubuh Dante di atas brankar yang hendak dibawa ke ruang emergency yang terletak di basement Mansion. Saat pengawal membuka pintu ruang medis, Binar ikut berlari masuk, menekan luka Dante dengan tangannya sendiri.“Jangan mati ... kumohon ... kumohon ....” Binar gemetar melihat wajah pucat Dante yang tak sadarkan diri. Penglihatan Binar mengabur dan tubuh Dant

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   33. Penyerangan

    Suara hantaman pedang bak melodi bercampur dengan deru angin sore di halaman belakang yang selama beberapa waktu terakhir telah menjadi tempat latihan Binar.Kini, Binar mulai mahir menggunakan senjata berkat ketekunan dan kegigihannya. Dengan keringat yang membanjiri pelipisnya, binar bergerak gesit menghindar dan menyerang Sera yang menjadi mentornya."Aku harus menjadi kuat."Kata-kata itu terus Binar rapalkan sepanjang waktu sebagai pemecut semangatnya.Dari kejauhan, Binar bisa merasakan tatapan menusuk yang mengintainya sejak tadi. Namun, ia berusaha fokus denan latihannya dan berusaha untuk tak menoleh ke belakang.Dante duduk di serambi, menatap BInar dengan dingin. Menunggu dengan sabar walau Binar terus saja mengabaikan keberadaanya.Hingga beberapa waktu berlalu, Binar akhirnya mendekat sambil mengusap peluhnya.“Kau selalu terlihat paling hidup saat mengincar sesuatu," ejek Dante mengandung kekesalan.Binar hanya menoleh sebentar, mengeluarkan senyum polosnya. “Kau ingin b

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   31. Harimau

    Matahari bahan belum menampakkan diri, tapi Binar telah berdiri dengan nafas terengah di halaman belakang mengenakan setelan sederhana dan rambut yang diikat ekor kuda.Tak ada lagi sorot mata ketakutan, yang ada hanyalah mata tajam dan serius memperhatikan instruksi dari asistennya-Sera."Fokus! Jangan hanya mengandalkan insting. Kau juga harus menyerang menggunakan logika."Sera berdiri di sampingnya memberi arahan, sesekali memperbaiki postur tubuh Binar yang salah.Binar mengangguk, menghela nafas panjang sebelum kembali bergerak sesuai ajaran Sera.Meski beberapa kali terjatuh dan tergores, ia pantang menyerah. Hidup di dunia Dante, ia harus bisa melindungi dirinya sendiri.Binar samar-samar teringat Ayahnya yang mengajarinya gerakan sederhana.Seketika semangatnya semakin berkobar."Aku harus bisa melindungi diriku sendiri," tekad Binar dalam hati.Dari balkon lantai dua, Dante berdiiri menyilangkan tangan. Mata tajamnya mengikuti setiap gerakan Binar dalam diam.Memang ia menye

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   31. Penyusup

    Binar terbangun di tengah malam dan menyadari gelasnya kosong, mau tak mau ia harus turun ke dapur untuk mengambil air. Malam itu, mansion rasanya terlalu hening. Biasanya, para pengawal bersliweran di koridor, tapi Binar tak menjumpai satupun dari mereka.Meski merasa janggal, Binar tetap meneruskan langkahnya ke arah dapur, kali ini lebih waspada.Tangannya mencengkeram gelas kosong, melangkah hati-hati saat menuruni anak tangga. Bisa saja Binar kembali ke kamar, tapi tenggorokannya benar-benar kering."Di mana mereka semua?" batinnya bertanya-tanya.Bahkan Sera yang biasa berjaga di luar kamar pun tak nampak batang hidungnya. Namun, Binar berusaha menenangkan diri. Mungkin saja sistem keamanan sedang diuji?Lampu otomatis menyala ketika Binar menginjakkan kakinya di dapur. Ia mengisi gelas dan minum dengan tenang. Begitu melihat pisau buah di meja, ia meraihnya perlahan. Entah mengapa, nalurinya berbisik untuk bersiap.Dan benar saja.Terdengar langkah kaki yan mendekat perlahan d

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   30. Binar yang baru

    Pagi ini, Binar mengenakan kemeja longgar dan celana hitam panjang duduk tegak di ruang kerja Dante. Dokumen berserak penuh diatas meja, layar monitor yang menyala, dan beberapa foto berkas hadir di depannya. Di hadapannya, Sera berdiri tegap bak mentor menunjuk pada layar yang menampilkan struktur organisasi Daggers Pact.“Daggers Pact adalah organisasi bawah tanah paling ditakuti di benua barat yang bersekutu secara terbuka dengan pemerintah Orsaria. Mereka bukan sekadar mafia, tapi bagian dari sistem pemerintahan bayangan,” jelas Sera sambil menggeser layar ke bagian sejarah.“Dibentuk oleh kakek buyut Tuan Dante, Viero De Vaux. Filosofi mereka sederhana ... yang berguna akan dilindungi, yang mengkhianat akan dilenyapkan.”Binar menahan napas saat nama itu muncul. Viero. Nama yang kini dijadikan marga Keluarga Dante sejak turun temurun ternyata adalah nama pendiri Daggers pact. Lalu, ada Leonard De Viero, nama yang juga tercatat dalam catatan lama yang diam-diam ia baca semalam

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   29. penghianat

    Pagi harinya, Dante memanggil Binar untuk ke ruang kerjanya dan mendapati seorang wanita tinggi tegap berambut pendek sebahu berdiri layaknya prajurit di depan meja kerja Dante. Binar tak menanyakan apapun, ia hanya berjalan tenang menghampiri Dante. "Ada apa?" ia tak bisa mengendalikan rasa penasarannya. Dante menarik lembut tangan Binar untuk mengelusnya. "Dia adalah Sera. Agen wanita terbaik yang kumiliki. Sekarang dia akan menjadi asisten pribadimu."Raut terkejut tercetak jelas di wajah Binar. Kenapa Dante tiba-tiba memberikan seseorang di sampingnya? "Pengawal?"Dante tersenyum tipis. "Semacam itu. Dia akan membimbingmu untuk mempelajari duniaku perlahan-lahan."Binar semakin syok saat Dante dengan mudah memberinya akses masuk setelah lama dikurung tanpa bisa melihat atau mendengar dunia luar. "Kau serius?" tanya Binar memastikan. "Tentu saja. Surat ancaman semalam menjelaskan kalau penghianat keparat itu mengincarmu. Aku tak boleh lengah dan membiarkanmu terluka lagi," jel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status