Share

Kekesalan Deni

3 hari berada di rumah sakit, Dini akhirnya diizinkan pulang oleh dokter Oki. Meski sedikit merasa nyeri di bagian perut. Tetapi Dini merasa sudah jauh baik, sehingga dia bisa pulang ke rumah.

Tidak ada inisiatif dari Ferdi untuk mengantar Dini pulang ke rumah. Dini pulang diantar oleh seorang supir yang sudah dibayar oleh Ferdi. Ini memang sudah menjadi kebiasaan bagi Ferdi, dia sama sekali tidak peduli pada Dini sedikitpun. Padahal Dini adalah tanggung jawab bagi Ferdi.

Dini berulang kali menghubungi Ferdi. Tetapi tidak satu pun panggilan telepon yang Dini lakukan, dijawab oleh Ferdi. Pria itu bungkam seribu bahasa. Entah apa yang membuat Ferdi enggan mengangkat panggilan telepon dari Dini. Padahal Dini butuh sedikit dukungan dari Ferdi di saat seperti ini.

Dini mulai meneteskan air mata. Melempar handphone yang digunakan untuk menghubungi Ferdi. Dia kesal dan marah pada Ferdi. Tetapi cintanya yang begitu tulus pada Ferdi, seakan sulit untuk membuat Dini bisa menjauh dari Ferdi. Logika Dini seakan hilang, tenggelam oleh rasa cinta yang begitu besar akan Ferdi.

"Walaupun hanya aku yang memiliki perasaan yang paling besar dalam hubungan ini. Tetapi aku selalu berharap, suatu saat nanti. Kamu akan paham arti hubungan kita. Di mana aku ingin kamu bisa memiliki rasa yang sama seperti yang aku rasakan," ucap Dini dengan suara terisak-isak.

Perjalanan itu terasa singkat, tanpa disadari. Dini sudah berada di depan rumah. Terlihat dari dalam mobil, Deni dengan pakaian santai sudah menunggu kepulangan dari Dini. Deni sendiri adalah saudara kembar dari Dini. Deni yang selalu meminta pada Dini untuk meninggalkan Ferdi. Tetapi Dini selalu menolak permintaan dari Deni. Tentu saja, Dini beralasan Ferdi adalah sosok pria yang baik. Itu yang membuat Dini begitu sulit meninggalkan Ferdi. Sekalipun Deni sudah meminta Dini untuk meninggalkannya.

Dini keluar dari dalam mobil, dia berusaha menahan rasa sakit yang ada di perut. Menunjukkan akan dirinya yang begitu kuat. Seolah tidak terjadi hal buruk yang dilakukan oleh Dini.

"Kemana saja kamu kemarin? Tiga hari kemarin," tanya Deni dengan wajah datar.

"Aku pergi ke rumah Linda. Dia mengajakku pergi ke rumah ibunya yang ada di kampung. Maaf aku tidak mengabari kamu," jawab Dini sembari memegangi perutnya.

Mata Deni mulai tertuju pada bagian perut Dini. Apalagi Deni sudah hapal betul, Dini sudah melakukan aborsi saat kembali dengan keadaan seperti ini.

"Kamu sakit perut atau gerd, atau kamu habis melakukan aborsi seperti biasanya. Tapi kemungkinan ketiga yang aku rasa benar," ucap Deni dengan wajah yang mulai kesal.

Dini terlihat mulai panik, sembari menahan sakit di bagian perut. Dini pun berusaha menerobos Deni untuk masuk ke dalam rumah. Tentu Dini ingin merebahkan tubuh. Beristirahat di dalam kamar seperti biasanya. Bukan terus-menerus mendapatkan pertanyaan yang sulit dari Deni.

Tetapi Deni yang masih penasaran dengan Dini. Menahan tangan Dini dengan begitu kuat. Hingga tanpa disadari, Deni pun menyentuh bagian perut Dini yang baru saja dilakukan operasi. Sontak Dini rasa mengerang kesakitan.

Deni tentu panik melihat Dini yang terlihat kesakitan. Dia mencoba menenangkan Dini yang mulai menangis oleh rasa sakit yang dirasakan.

Yatno yang merupakan ayah dari Deni dan Dini datang untuk mengetahui apa yang telah  terjadi pada Dini. Bukannya senang akan kedatangan dari Yatno, Dini dengan kata-kata yang sedikit kasar. Meminta Yatno untuk tidak mendekat, atau bahkan menyentuh tubuh Dini.

"Demi apapun, aku minta Anda tidak mendekat. Saya tidak ingin tangan kotor Anda menyentuh tubuh saya," ucap Dini sembari menahan rasa sakit.

Deni merasa Dini sudah sedikit berlebihan pada ayahnya sendiri. Padahal ayahnya sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk Dini. Tetapi kenangan masa lalu yang buruk, telah merobek hati Dini. Sehingga tidak bisa lagi memaafkan ayahnya.

Yatno sudah berulang kali meminta maaf pada Dini. Tetapi berulang kali juga, Dini menolak permohonan maaf yang dilayangkan oleh Yatno. Dini tetap menganggap Yatno adalah seorang yang jahat. Di mana perselingkuhan yang dilakukan oleh Yatno, menjadi awal mula sakit yang diderita oleh ibu Dini. Itu yang membuat Dini sulit untuk memaafkan kesalahan yang sudah dibuat oleh Yatno.

"Kamu yang sering disakiti oleh Ferdi, tetapi masih mau untuk memaafkan dia. Tetapi sulit rasanya untuk kamu bisa memaafkan kesalahan yang dibuat oleh ayah. Apa itu adil?" tanya Deni dengan wajah sedikit kesal.

"Jangan pernah samakan hal itu. Jika Ayah menyakitiku. Mudah untukku bisa memaafkan dia. Tetapi jika Ayah menyakiti Ibu. Sampai Ibu sakit, demi apapun. Aku tidak akan pernah memaafkan Ayah untuk alasan apapun. Maafkan aku," balas Dini dengan tegasnya. 

Jatuh air mata Yatno mendengar ucapan dari Dini. Sudah tidak ada lagi rasanya kesempatan bagi Yatno untuk bisa kembali di terima di hati Dini. Mengingat Dini sudah begitu benci akan Yatno. 

Dini yang tidak ingin kembali melanjutkan perdebatan dengan Yatno dan Deni. Lebih memilih untuk pergi ke kamarnya. Dia butuh banyak waktu istirahat. Sehingga tubuhnya akan segera pulih. Beradu argumen dengan Deni dan Yatno, tentu akan menguras energi dari Dini. Sehingga ia harus segera pergi dari hadapan keduanya. 

Deni mencoba kembali melobi Dini. Tetapi Yatno yang ingin Dini bisa segera beristirahat. Meminta Deni untuk tidak melanjutkan perdebatan yang ada. Yatno percaya, suatu hari nanti. Dini akan bisa memaafkan dirinya, tidak harus hari ini.  Tetapi hari itu akan datang dengan sendirinya. Itu yang dipercaya oleh Yatno akan Dini. 

"Aku yakin, Ferdi pasti memaksa Dini untuk melakukan aborsi lagi. Dasar laki-laki bajingan. Aku sudah geram dengan dia. Aku harap Dini akan sadar, jika Ferdi adalah laki-laki bajingan yang tidak sepantasnya untuk dicintai!" Deni geram. 

Yatno mengelus pundak Deni. Meminta Deni untuk sedikit tenang. Tidak ada yang harus di khawatirkan oleh Deni. Semuanya akan berjalan baik-baik saja untuk Dini. Yatno meminta Deni untuk bersabar saja. Pada saatnya, Dini akan sadar akan kebusukan dari Ferdi. Sehingga ia akan meninggalkan Ferdi seperti yang diharapkan oleh Deni. 

"Kita tunggu saja, mungkin suatu hari nanti. Dini akan bisa lepas dari Ferdi. Tidak mungkin, perempuan baik seperti Dini. Akan mendapatkan pria bajingan seperti Ferdi. Ayah rasa itu tidak adil bagi Dini," ucap Yatno menenangkan Deni. 

"Semoga saja Dini cepat sadar. Sehingga ia bisa lepas dari pria brengsek seperti Ferdi. Aku benar-benar tidak ingin mereka terus menjalin hubungan. Apalagi Ferdi pria yang tidak pernah mau bertanggung jawab atas apa ya g sudah diperbuat. Itu semakin membuatku geram," tutup Deni dengan wajah marah. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status