Share

Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan
Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan
Penulis: YOSSYTA S

Kabur

Penulis: YOSSYTA S
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 11:45:23

Di pinggir jalan.

"Woy, berhenti! Jangan kabur!"

Dua orang pria berbadan kekar sedang berlari mengejar seorang gadis.

Terlihat, dua kaki mungil telanjang tanpa alas, terus berlari tiada henti di tepi jalanan yang sangat sepi. Suara napasnya menderu dan tersengal-sengal. Kadang dada terasa sesak, kala oksigen senyap tak terhirup dari lubang hidung. Jantungnya berdetak kencang tak beraturan. Rambut tergerai acak-acakan, wajah pun dipenuhi peluh.

Padahal, angin malam di luaran sana terasa dingin menyentuh kulit. Namun, bulir-bulir bening seolah tak mau berhenti mengucur deras membasahi tiap jengkal kulit langsat-nya.

Wajah gadis berambut panjang sebahu itu terlihat ketakutan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Memastikan bahwa orang yang sedari tadi mengikutinya, masih terus mengejarnya atau tidak.

Waktu sudah menunjukan pukul 23.00 WIB. Jalanan itu tampak lenggang, tidak terlihat ada banyak aktifitas orang yang melintas di sekitar jalan. Hanya ada beberapa mobil dan kendaraan bermotor saja yang masih berlalu lalang. Membuat suasana menjadi semakin mencekam bagi Syaqilla. Ya, itulah nama gadis dua puluh satu tahunan yang sedang berusaha untuk kabur dari kejaran anak buah rentenir tua, bernama Bramantyo.

Sambil berlari, gadis cantik itu kembali menoleh. Sungguh ia tidak ingin tertangkap. Detak jantungnya berpacu cepat, rasa cemasnya kian meningkat, saat melihat orang itu masih saja mengejar dan jaraknya pun malah semakin dekat.

Seperti orang gila, gadis itu semakin menambah kecepatan, masih berlari di trotoar. Ia tak menghiraukan keadaan di sekitar, yang terlihat masih ada kendaraan berlalu lalang di jalan raya. Bahkan ia tidak peduli lagi ke arah mana langkah kakinya membawanya kini.

Yang terlintas dalam pikirannya kali ini adalah ia harus lari dan terus berlari agar bisa kabur dari renternir tua itu. Hingga ia berhenti sejenak untuk mengambil nafas yang sudah hampir habis.

Gadis itu membungkukkan badan, tangannya memegangi kedua lutut. Ia mengatur nafas yang ngos-ngosan, dan menyeka keringat di dahinya dengan lengan. Lalu, ia celingukan melihat ke kanan-kiri, berniat ingin menyebrang.

"Nah, itu dia. Hay, berhenti!"

Syaqilla terhenyak, ketika orang itu meneriakinya dari arah belakang. Ia pun menoleh, dan betapa terkejutnya ia, ternyata kedua orang tadi sudah semakin dekat. Tanpa pikir panjang, ia langsung saja berlari ke tengah jalan.

Tin-tin!

Syaqilla tersentak dan langsung berhenti seketika.

"Woy! Gila kali, ya? Kalau mau bunuh diri, jangan di sini, woy! Huff, hampir saja aku akan menabraknya tadi." Salah satu pengendara mobil yang melintas, meneriakinya kesal.

Akan tetapi, gadis itu mengabaikan orang-orang yang murka padanya. Rasa takut tertangkap, lebih mendominasi di pikirannya kini. Sehingga membuatnya nekad memiliki untuk menerobos jalan.

Tanpa memperdulikan kendaraan yang sedang berlalu lalang, ia kembali mengambil langkah seribu. Dadanya berdebar kencang, berusaha berhenti dengan tepat menghindari setiap ada mobil yang melintas. Bahkan jantungnya serasa akan copot, ketika hembusan angin begitu kencang menerpa tubuhnya, di saat satu persatu mobil yang melintas, seperti akan menabraknya.

Tin!

Wuzz!

Wuzz!

Beruntung, akhirnya ia dapat bernafas lega, karena berhasil sampai di sebrang jalan.

Sementara dua orang tadi ikut menyusulnya juga, menyebrangi jalan. Tetapi, sedikit kesusahan, karena terhalang oleh berapa mobil yang lalu lalang, sehingga langkah mereka jadi sedikit terjeda.

Di saat itulah kesempatan Syaqilla untuk berlari lebih jauh lagi. Namun, kedua orang itu telah berhasil menyebarangi jalan dan kebingungan mencari ke arah mana gadis itu berlari.

"Akh ... sialan! Ke mana dia larinya tadi?" umpat salah satu laki-laki, sambil ngos-ngosan menoleh kanan-kiri.

Tak kuat lagi berlari, gadis itu memutuskan untuk beristirahat sejenak. Duduk di pinggir jalan meringkuk sendirian. Ia tampak kebingungan, ke manakah ia akan melarikan diri? Ia tidak mempunyai keluarga lagi selain dari Ibunya. Namun, ia tidak bisa membayangkan apa bila ia sampai tertangkap dan harus menikah dengan rentenir tua yang sudah berumur itu. Sungguh ia tidak mau.

Air matanya mulai mengalir membasahi pipi. Dirinya tak pernah menyangka, kalau orang yang seharusnya menjadi pelindung, malah tega menjualnya. Hatinya benar-benar terasa amat sakit.

Selama ini ia masih bisa menahan sikap kasar dari Ibunya. Namun, kali ini Ibunya sudah sangat keterlaluan. Mana ada seorang ibu yang tega menjual anaknya sendiri, kepada rentenir tua pula. Dan, lebih parahnya lagi, dirinya malah dijadikan sebagai gadis pembayar hutang Ibunya. Sungguh ia tak habis pikir, kenapa Ibunya sampai tega melakukan itu padanya?

Sambil menunduk, badan gadis itu mulai bergetar, tersedu-sedu karena tangis. Ia sangat sedih, cemas, takut dan juga kebingungan, apa yang harus ia lakukan sekarang?

Puk!

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.

Degh!

"Akhirnya, aku bisa menangkap mu gadis bodoh. Hahaha ... !" Suara bas seseorang, membuat tubuhnya langsung membeku seketika.

Syaqilla mengangkat kepala, nafasnya seolah berhenti. Dengan wajah tegang, dua netranya pun melotot karena kaget. Lalu ia menoleh ke belakang. Ternyata dua orang itu sudah berada di sana. Orang itu langsung saja menarik lengannya dengan kuat agar ia segera bangkit.

Tentu saja gadis itu terlihat panik bukan kepalang, dan ia pun meronta. "Lepaskan! Tolong lepaskan aku. Aku mohon Pak, kasihanilah aku! Tolong ... tolong!" Sambil meringis menahan kesakitan di lengan, Syaqilla memohon dan memelas, juga berteriak meminta pertolongan.

Dua orang itu tertawa terbahak. "Hahaha! Percuma, Nona. Tidak akan ada orang yang menolong mu di sini. Lihatlah, jalan ini sepi, tidak ada orang. Siapa yang akan menolongmu, hah?"

Tanpa belas kasihan mereka menyeret gadis itu hingga ke pinggir jalan. Lalu, mereka menunggu kedatangan mobil bosnya yang akan mendekat.

"Jangan harap kau bisa lari lagi, Nona! Cepat hubungi Pak Bram! Bilang kalau kita sudah menangkap gadis ini!"

Salah satu laki-laki itu melepas cengkeramannya dan segera mengambil ponsel untuk menghubungi sang Big Bos.

Syaqilla masih meronta sambil terus berpikir bagaimana cara agar ia bisa terlepas dari mereka. Mau berteriak, meminta tolong juga percuma. Karena di jalan itu memang tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka bertiga.

"Ya Allah! Bagaimana ini? Tolonglah hambamu ini, ya Allah." Dengan penuh harap, gadis itu hanya bisa berdoa. Semoga saja ada yang datang menolongnya, atau pun berharap semoga Tuhan memberikan petunjuk bagaimana ia bisa kabur dari orang jahat ini.

Tiba-tiba ia seperti mendapat petunjuk. Ketika melihat salah satu orang itu sedang lengah karena sibuk menelfon. Ini kesempatan untuk bisa melarikan diri.

Duk!

Tanpa disangka, Syaqilla menginjak kaki orang itu. Kemudian ia juga menedang bagian intim laki-laki itu dengan dengkulnya.

Buk!

"Aww ... ! Sialan, dasar gadis brengsek!" umpatnya sambil meringis, memegangi bagian bawahnya yang sakit akibat serangan Syaqilla terlalu kuat. Sehingga ia pun bisa terlepas dan langsung saja untuk melarikan diri.

"E-ehh, woy. Jangan kabur lagi!" Laki-laki yang sedang menelpon terbelalak kaget ketika melihatnya bisa terlepas.

"Argh, dasar bodoh! Menahan seorang gadis saja tidak becus. Ayo cepat, buruan kejar dia lagi, goblok!" Lelaki bertato itu kembali mengejar Syaqilla, meninggalkan temennya yang masih meringis menahan kesakitan.

Dengan mengerahkan tenaga, gadis yang masih mengenakan piyama pink bermotif Hello kitty itu, makin mempercepat langkah seribu. Ia sudah tak memperdulikan lagi rasa perih di telapak kakinya yang tampak berdarah. Karena tak sempat memakai alas kaki, membuat kakinya mulai terluka oleh kerikil-kerikil kecil yang tajam, yang tersebar di sepanjang jalan.

Hingga tanpa sadar ia sudah melewati bahu jalan, namun, kaki kecilnya yang ramping itu masih tetap berlari hingga ke tengah jalan. Sampai tiba-tiba suara klakson menyadarkannya. Seketika itu, ia pun berhenti dan menoleh ke arah samping.

Akan tetapi, belum juga ia bereaksi dengan apa yang ia lihat. Sebuah mobil putih langsung melaju kencang ke arah dirinya.

Tin-tin ....

"Aaaaa ... !" Reflek ia menyilangkan tangan di depan wajah.

Brrakk!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Ibu Yang Kejam

    Tamara terdiam, tidak menjawab. Dirinya bingung mau menjawab apa. Apakah harus berkata jujur, atau akan tetap membiarkan putrinya berfikiran entah seperti apa tentang dirinya. "Sudah cukup dramanya! Mending sekarang kau ikut denganku saja gadis cantik!" sahut Bramantyo tiba-tiba. Wajah sembab Syaqilla yang semula sedang tertunduk langsung terangkat. Lalu, sembari menyeka air mata, gadis ber-piama pink itu mengernyitkan dahi, menatapnya keheranan. "Anda siapa?" Bramantyo malah tertawa lantang. Dengan tersenyum genit, ia berkata, "Aku adalah calon suamimu, Sayang!" "A-apa!" Spontan gadis cantik itu membelalakan mata. Sungguh sangat-sangat di luar dugaan. Ternyata ibunya malah tega menjodohkannya dengan seorang pria tua. "Ibu, apa maksudnya ini? Masa aku harus menikah dengan pria itu?" Protes Syaqilla menuding ke arah Bramantyo. Ia semakin menolak perjodohan ini. Apa lagi setelah tahu kalau umur pria yang akan menjadi calon suaminya itu terpaut jauh dengannya. Bahkan umur pr

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Pelunasan Hutang

    "Lima ratus juta! Aku mau lima ratus juta. Aku jamin kalau dia benar-benar masih perawan dan belum pernah disentuh oleh siapa pun!" tandas Tamara, dengan entengnya menyebutkan nominal harga yang ia inginkan. Wanita paruh baya itu bagai sedang menawarkan suatu barang dagangan saja. Padahal, yang ia jual adalah keperawanan anak gadisnya sendiri. "Apaa?! Lima ratus juta? Apa kau sudah gila?" Mata Bramantyo langsung melotot syok mendengarnya. Tentu saja lelaki tua itu terlihat sangat kesal dengan nominal yang disebutkan oleh Tamara. Nominal itu terlalu besar buat membayar anak seorang pelacur. Walau putrinya masih perawan, tetapi bagi Bram, itu angka fantastis yang tidak masuk akal. "Kau meminta uang bayaran, atau mau memerasku, hah?" Dengan acuh Tamara mengangkat kedua bahu. Tanda ia tidak perduli dengan respon Bram yang sedang meneriakinya kesal. "Itu sih, terserah kau saja, Bang. Kalau setuju, silahkan. Kalau gak, ya udah sana-sana kau pergi saja deh sekarang!" Tamara mengibaskan

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Dijual Ibu

    Flashback. Di suatu malam, tepat di jam sembilan. Seorang gadis yang baru selesai bekerja, tampak sangat kelelahan. Gadis berkemeja putih dan bercelana jeans itu kini berjalan menelusuri kota. Menapaki jejak di pinggiran pertokoan. Malam yang sepi, ia terus melangkah pelan sambil menikmati malam yang dipenuhi dengan cahaya lampu-lampu temaram, yang tampak begitu indah menghias pinggir jalan. Langkahnya kian terasa berat. Tatkala ia semakin mendekat ke arah sebuah rumah kecil tempatnya ia tinggal sekarang. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk ia pulang. Malah justru membuatnya merasa sangat tertekan. Lalu, ketika ia hampir sampai di depan rumah, dirinya merasa sedikit keheranan. Dahinya mengernyit saat melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan, depan rumah. Dalam hatinya pun bertanya, "Mobil siapa ini? Apakah kali ini Ibu sedang berada di rumah?" Tiap kali ia pulang kerja, rumah itu biasanya akan terlihat sepi. Karena ibunya jarang sekali pulang ke

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Malaikat Penolong

    Berapa jam kemudian. Di suatu ruang bernuansa putih, dua orang paruh baya terduduk di sofa panjang, yang ada di sudut ruang. Dengan perasaan khawatir dua orang tersebut tampak cemas, menunggu seorang gadis yang kini terbaring lemas di atas pembaringan. Dua mata gadis itu tertutup rapat, masih dalam keadaan yang tak sadarkan diri. Terlihat ada beberapa luka gores ataupun memar di sekujur tubuhnya kini. Di dahinya juga terdapat plester yang menempel cantik menghiasi wajah gadis tersebut. Dan tak lupa, selang infus yang menancap di satu lengannya, menandakan kalau gadis itu kini sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Ya, karena keteledorannya yang berlari tanpa melihat ke sekitar, hingga membuat gadis itu tertabrak sebuah mobil yang sedang melintas di jalan. Untung saja keadaan gadis itu tidak terlalu parah, sehingga tidak berakibat fatal. Akan tetapi, karena dirinya yang dalam keadaan panik, dan kejadian itu yang terlalu mendadak, hingga membuat gadis itu sangat syok dan jatuh p

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Kabur

    Di pinggir jalan. "Woy, berhenti! Jangan kabur!" Dua orang pria berbadan kekar sedang berlari mengejar seorang gadis. Terlihat, dua kaki mungil telanjang tanpa alas, terus berlari tiada henti di tepi jalanan yang sangat sepi. Suara napasnya menderu dan tersengal-sengal. Kadang dada terasa sesak, kala oksigen senyap tak terhirup dari lubang hidung. Jantungnya berdetak kencang tak beraturan. Rambut tergerai acak-acakan, wajah pun dipenuhi peluh. Padahal, angin malam di luaran sana terasa dingin menyentuh kulit. Namun, bulir-bulir bening seolah tak mau berhenti mengucur deras membasahi tiap jengkal kulit langsat-nya. Wajah gadis berambut panjang sebahu itu terlihat ketakutan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Memastikan bahwa orang yang sedari tadi mengikutinya, masih terus mengejarnya atau tidak. Waktu sudah menunjukan pukul 23.00 WIB. Jalanan itu tampak lenggang, tidak terlihat ada banyak aktifitas orang yang melintas di sekitar jalan. Hanya ada beberapa mobil dan kendaraan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status