Share

Malaikat Penolong

Author: YOSSYTA S
last update Huling Na-update: 2025-07-23 12:40:23

Berapa jam kemudian.

Di suatu ruang bernuansa putih, dua orang paruh baya terduduk di sofa panjang, yang ada di sudut ruang. Dengan perasaan khawatir dua orang tersebut tampak cemas, menunggu seorang gadis yang kini terbaring lemas di atas pembaringan.

Dua mata gadis itu tertutup rapat, masih dalam keadaan yang tak sadarkan diri. Terlihat ada beberapa luka gores ataupun memar di sekujur tubuhnya kini. Di dahi juga terdapat plester yang menempel cantik menghiasi wajah gadis tersebut. Dan tak lupa, selang infus yang menancap di satu lengannya, menandakan kalau gadis itu kini sedang dirawat di sebuah rumah sakit.

Ya, karena keteledoran gadis itu. Yang berlari tanpa melihat ke sekitar, hingga membuat gadis malang itu tertabrak sebuah mobil yang sedang melintas di jalan. Untung saja keadaannya tidak terlalu parah, sehingga tidak berakibat fatal.

Akan tetapi, karena dalam keadaan panik, dan kejadian itu yang terlalu mendadak, hingga membuat gadis tersebut sangat syok dan jatuh pingsang di tengah jalan.

Tentu saja, dua orang yang tak sengaja menabraknya pun merasa sangat panik, juga khawatir padanya. Lalu, segera mereka membawa Syaqilla ke rumah sakit terdekat.

Dua orang yang merupakan pasangan suami istri itu, merasa trenyuh dan iba. Melihatnya yang masih tak sadarkan diri tergeletak di atas ranjang pasien, membuat hati keduanya menjadi sedikit cemas. Dan, entah kenapa, dada mereka bergetar, saat melihat wajah gadis itu, kedua paruh baya itu merasa seperti familiar. Padahal, mereka tak saling kenal.

Hingga tak lama kemudian, tangan gadis itu mulai bergerak pelan. Kedua kelopak matanya terbuka perlahan dan mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam penglihatan.

Syaqilla mulai tersadar dari pingsan. Dengan kebingungan ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruang. Ia mendapati kalau dirinya kini tengah berada di suatu ruang bernuansa putih dengan aroma desinfektan yang cukup menyengat indra penciuman.

"Di mana ini?" batinnya merasa linglung. Karena belum bisa mengingat kejadian apa yang telah dialaminya tadi malam.

Sementara dua orang paruh baya itu langsung terlihat sumringah. Tatkala mengetahui kalau dirinya sudah siuman, wanita paruh baya yang bernama Laura Saraswati itu, segera mendekat.

"Alhamdulillah, Pah. Dia sudah sadar," ucapnya penuh syukur.

Sembari tersenyum lega, lelaki paruh baya yang bersamanya kini, mengikutinya dari belakang.

Sontak saja Syaqilla terjingkat dan menoleh ke arah sepasang suami istri tersebut.

"A-anda siapa? D-dan, ini aku lagi di mana?" ucap Syaqilla kebingungan.

"Hallo, Cantik. Perkenalkan nama saya Laura!" Wanita paruh baya berpenampilan elegan itu tersenyum ramah dan tampak mengulurkan tangan padanya.

Gadis berambut panjang sebahu itu mengerjakan mata, masih terdiam karena bingung. Ia hanya bisa tersenyum kecil, menjabat tangan wanita itu.

"Dan ini suami saya, namanya Mahendra Pratama Wijaya." Wanita berbaju krem itu menunjuk ke arah suaminya.

Sang suami pun melakukan hal yang sama dengan istrinya, yaitu berjabat tangan dengan gadis tersebut.

"Em ... sebelumnya kami ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya. Karena kamilah, sehingga kamu bisa berada di rumah sakit ini." Bagai seorang ibu yang menatapnya penuh kasih sayang, wanita itu tersenyum lembut pada Syaqilla.

Tanpa sadar Syaqilla tertegun menatapnya. Entah mengapa, hati kecilnya bergetar dan senang melihat wajah ayu nan teduh wanita itu. Gadis itu membayangkan, andai saja ia mempunyai ibu yang baik hati sepertinya, pasti ia akan merasa sangat bahagia.

Dulu ia sempat berpikir seperti itu. Di saat seorang wanita yang ia panggil sebagai Ibu, datang menjemput di panti asuhan, sekitar tiga tahunan yang lalu. Ia merasa sangat senang dan membayangkan kalau ia akan hidup bahagia bersama ibunya tersebut.

Akan tetapi, semua tidak sesuai dengan angan-angan. Justru, sangat berbanding terbalik dengan apa yang dibayangkan. Ibu yang seharusnya memberikan kasih sayang, malah selalu memperlakukannya dengan kasar. Gadis itu disuruh bekerja, dan uang dari hasil kerjanya pun harus diserahkan kepada beliau.

Semenjak itulah gadis yang bernama lengkap Ananda Syaqilla Maharani, mengetahui semua sifat buruk ibunya. Mulai dari pekerjaannya yang kotor, hingga sikap keras dan kasarnya wanita itu, kini sudah menjadi makanan sehari-hari.

Syaqilla masih bisa berusaha untuk menerima dan memaklumi. Karena Ibunya selalu beralasan bahwa dia terpaksa melakukan pekerjaan yang tercela itu, demi bisa menghidupinya ataupun membiayainya selama ia tinggal di panti asuhan dulu. Namun sayang, setelah berapa tahun tinggal bersama, ternyata wanita itu malah tega menjualnya pada rentenir tua. Hingga membuat hati gadis itu merasa sedih dan sangat kecewa padanya.

"Em ... kalau boleh tau, siapa namamu, Nak?" Suara lembut wanita itu langsung menyadarkannya dari lamunan.

"Em, nama sa-saya Syaqilla, Nyonya," jawabnya gugup.

"Oh, Syaqilla. Namamu cantik sekali, Sayang. Secantik orangnya, ya?" Sangat lembut, Laura mengusap kepala gadis itu pelan.

Membuat hati Syaqilla kembali bergetar, merasa trenyuh dan terharu. Karena baru kali ini, ia diperlakukan lembut dan penuh kasih sayang seperti ini. Ia jadi, merasa bagai sedang dibelai oleh ibunya sendiri.

"Em ... saya kenapa, Nyonya? Kenapa saya bisa berada di sini?" Dengan wajah pucat, Syaqilla masih terlihat kebingungan.

"Jadi begini, Syaqilla. Ketika saya dan istri saya sedang mengendarai mobil, tiba-tiba saja kamu datang melintas di depan mobil. Sehingga dengan tidak sengaja kami pun menabrakmu," ucap Mahendra menerangkan kronologi kecelakaan yang dialami oleh gadis itu.

Degg!

Syaqilla baru teringat saat terakhir kalinya ia sedang berlari untuk menghindar kejaran dua preman anak buah Bramantyo. Seketika wajahnya langsung berubah tegang, juga panik.

"Oh, tidak-tidak. Saya tidak mau menikah dengan laki-laki itu." Reflek gadis itu menggeleng ketakutan.

"Tuan, Nyonya, tolong bantu saya agar saya bisa kabur dari laki-laki itu!" Dengan wajah memohon, Syaqilla meraih kedua tangan Laura.

Membuat dua paruh baya itu saling melempar pandang, merasa keheranan, sekaligus juga iba padanya.

"Ya ya ya, kamu tenang dulu, Syaqilla! Kamu sekarang sudah aman berada di sini, oke!" Karena iba, jiwa keibuan Laura pun muncul. Segera ia memeluk dan mengusap-usap kepalanya pelan.

Tutur kata wanita itu begitu lembut, terdengar bagai alunan musik yang indah di telinga Syaqilla. Sehingga lambat laun Syaqilla pun bisa merasa sedikit tenang.

Setelah itu, Laura melepas pelukannya dan berkata, "Sekarang kamu bisa ceritakan kepada kami, sebenarnya apa yang tengah terjadi padamu, Syaqilla?"

"Em, sebenarnya ... pada saat itu saya--"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Mulai Berani Melawan

    Deg! Seperti seorang maling yang kepergok oleh sang pemilik rumah. Suara Natasya bagikan aliran listrik yang merayap hingga ke seluruh tubuh. Syaqilla langsung membeku seketika. "CK ck ck! Lihat siapa ini, yang tengah malam begini baru pulang?" Sambil menggelengkan kepala, Natasya mulai bergerak mendekati Syaqilla yang tampak bergeming di tempatnya. Tatapan gadis itu begitu tajam siap untuk mengintimidasi. Syaqilla menelan ludah, wajahnya tampak menegang, mulai merasa ketakutan. "Dari mana saja kau, Syaqilla? Oh, aku tahu. Wanita dari panti asuhan, yang asal usul tidak jelas sepertimu itu, pasti memang suka sekali keluyuran tiap malam, ya?" Sembari tersenyum miring, Natasya mulai mengejek. "Tidak." Syaqilla menggelengkan kepala. "Em, saya tadi--" Belum sempat ia membela diri, Natasya lebih dulu menyela. "Habis ketemuan dengan Alvaro, kan?" Glek! Susah payah, Syaqilla kembali menelan ludah kasar. Ia merasa seperti seorang penjahat yang sedang diintrogasi oleh polisi

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Ketahuan

    Setelah hampir satu jam kemudian. Akhirnya dengan sangat terpaksa, mau tidak mau, Alvaro harus mengantarkan sang gadis pujaan hatinya untuk pulang. Sebenarnya kalau boleh jujur, ia masih sangat ingin terus bersama dengan gadis itu. Namun, berhubung waktu yang sudah cukup larut malam, memang sudah sepatutnya seorang gadis tak boleh keluyuran di luar rumah. Sehingga ia pun ingin mengantarkannya ke rumah sang majikan Syaqilla, yang tak lain adalah rumah keluarga Mahendra yang sekaligus rumah orang tuanya Natasya. Jika mengingat bagaimana perlakuan kasar yang pernah dilakukan Natasya pada Syaqilla. Dirinya jadi merasa sedikit khawatir juga was-was, takut jika sampai Natasya nanti akan mengulangi perbuatannya lagi, bagaimana? Rasa cemas mulai menjalar di pikiran. Hatinya pun jadi tak tenang. Hingga jiwa kepahlawanannya pun muncul dan rasa ingin melindunginya tumbuh begitu saja. Membuatnya bertekad ingin jadi sang pelindung gadis tersebut. Di sepanjang jalan, walaupun merasa cemas,

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Mulai Kembali Dekat

    Setelah melakukan pertolongan medis, Alvaro yang masih tampak lemas duduk bersenden di atas ranjang pasien. Dengan wajah cemas, Syaqilla terlihat tak tenang, setia duduk menunggu di samping ranjang. Sementara orang lainnya sudah disuruh pulang oleh Alvaro. Sehingga kini hanya tinggal mereka berdua di ruang IGD sebuah klinik terdekat dari tempat mereka berkelahi tadi. Jujur Syaqilla merasa sedikit canggung juga gelisah tak tahu harus bersikap bagaimana ia sekarang? Karena semenjak beberapa hari lalu, mereka sudah lama tak saling jumpa, membuatnya jadi merasa kikuk dan serba salah. "Terima kasih, karena tadi sudah mau menolongku." Akhirnya setelah cukup lama mereka saling diam, Syaqilla mulai bersuara. Alvaro tersenyum. Namun, sedetik kemudian ia meringis karena merasa sedikit nyeri di sudut bibirnya. Syaqilla yang melihatnya pun segera mendekat dan dengan ragu tangannya mulai terulur menyentuh pelan sudut bibir Alvaro yang masih tampak memerah. Sungguh ia tak tega melihat k

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Bala Bantuan

    Tentu saja Alvaro langsung naik pitam. Dengan rahang mengeras ia melotot tajam ke arah Raka. "Jangan berani-berani kau mendekati Syaqill! Jika sampai kau berani menyentuhnya walau hanya sedikit, aku pasti akan langsung menghajarmu, Raka!" ancamnya geram. Namun, bukannya takut, Raka malah tertawa lantang. Ia merasa senang dan sekaligus tertantang mendengar ancaman Alvaro yang sudah mulai terpancing emosi. "Ukh, aku jadi takut, Alvaro!" Dengan wajah songong lelaki itu berpura-pura takut. "Mari kita lihat, jika aku berani menyentuh gadis itu, apa yang bisa kau lakukan, Varo?" Lalu Raka bergerak mendekati Syaqilla. Otomatis gadis itu langsung bergerak mundur ingin menjauh. Namun, tak bisa. Karena sang anak buah Raka menahan tangannya. "Aku bilang berhenti, Brengsek! Lepas, kalau kalian berani hadapi aku satu per satu. Jangan cuma beraninya main keroyokan begini! Dasar pengecut kalian!" Alvaro masih saja terus mengoceh berusaha untuk memberontak. Mendengar kata pengecut, Raka cu

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Terjadi Keributan

    Wajah Syaqilla panik, ia menelan ludah, merasa sedikit ketakutan. Lalu, dengan tanpa mau berkata, gegas ia membalikkan badan ingin segera pergi meninggalkan lelaki tersebut. Namun, apa yang terjadi? Tiba-tiba saja lelaki berpenampilan seperti preman itu langsung meraih tangannya dan berkata, "Eh, mau ke mana, Cantik!" Raka tersenyum menyeringai. "Ikh, lepasin!" Tentu saja Syaqilla menggerakkan tangan, berusaha untuk bisa terbebas dari cengkeraman lelaki itu. Semua orang, yang merupakan anak geng Rajawali itu tertawa lantang. Merasa sangat senang dan terhibur melihat wajah tegang Syaqilla. "Jangan galak-galak dong, Nona! Aku hanya ingin menawarkan bantuan. Bukankah kau mau pulang? Biar aku antar, ya?" Dengan gaya sok pura-pura baik, Raka menawarkan tumpangan. "Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri! Jadi, lepasin aku sekarang! Kalau tidak, maka aku akan teriak. Biar semua orang datang menghajar kalian!" Sambil memasang wajah galak, Syaqilla memberanikan diri memberi mereka anca

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan     Natasya Kembali Berulah

    Brugh! "Aww ...." Karena takut, pada akhirnya Natasya menyingkir dan ia pun jatuh terduduk di samping motor Alvaro melintas. "Ya ampun, Tasya kamu tidak apa-apa?" Dua orang temannya langsung datang menghampirinya. Lalu, mereka ingin membantu untuk bangun. Namun, karena rasa kesal yang sedang membara di dalam dada, gadis itu menangkis kasar uluran tangan dari keduanya. "Aw, Tasya! Kenapa malah dipukul? Sakit tau!" keluh Sonia sedikit kesal. "Pergi! Tinggalin aku sendiri!" bentak Natasya beram. "Ta-tapi--" "Pergi! Aku bilang pergi!" Natasya mulai terlihat histeris. Otomatis semua orang yang melihatnya jadi ketakutan. "Ya ya, udah. Ayo, kita pergi! Biarin dia sendirian dulu?" ajak Renita mengajak temannya untuk segera menjauhi gadis tempramen tersebut. Setelah keduanya pergi. Untuk meluapkan emosi, yang serasa telah sesak memenuhi dada. Bagai orang yang tak waras, Tasya kembali berteriak, "Argh!" Sungguh, rasa benci terhadap Syaqilla kian bertambah besar. Dan bahkan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status