Share

Kehidupan Baru

Penulis: YOSSYTA S
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 23:38:35

Dengan wajah girang, gadis cantik berambut ikal sepunggung itu langsung berlari menuju kedua orang tuanya.

"Mama, Papah, Tasya kangen!" ucapnya seraya memeluk orang tuanya bergantian.

Syaqilla tertegun, merasa cukup kagum melihat wajah cantikan gadis itu. "Wah cantik sekali dia. Pasti ini adalah putrinya Bu Laura," ucap batinnya.

Dengan senyum sumringah dan tatapan penuh kelembutan, Laura menyambut pelukan putrinya erat. "Eh, kamu ini dari mana, Sayang? Kok, pagi-pagi begini baru pulang?" Laura melepas pelukannya dan mengusap wajah putrinya pelan.

Syaqilla yang masih diam matung berdiri di samping Laura, jadi terharu melihatnya. Sungguh pemandangan itu menurutnya sangatlah indah. Di mana ada seorang ibu yang dengan penuh kasih sayang memeluk erat tubuh putrinya. Jujur, ia merasa iri. Karena sedari dulu ia belum pernah sekali pun diperlakukan seperti itu oleh ibunya sendiri. Sehingga membuat hatinya teriris pilu.

"Semalam aku habis menginap di rumah Claudia, Mah." Seraya tersenyum girang, gadis berambut kecoklatan itu melirik ke arah Syaqilla. Lalu, tiba-tiba saja ia mengerutkan dahi keheranan.

"Siapa dia, Mah?" Wajah yang semula terlihat ceria langsung berubah judes. Natasya tampak tak suka menunjuk ke arah Syaqilla.

"Oh, iya. Mama lupa, dia adalah --" Tapi, belum sempat Laura mengenalkan gadis itu pada putrinya. Lebih dulu, Natasya yang nampak tak mau memperdulikan siapa gadis itu, memeluk lengan ibunya dan segera ingin mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.

"Ayo, Mah. Kita masuk. Aku udah lapar nih. Pingin makan masakan Mama." Dengan suara manja, gadis itu mulai sedang merengek.

"E-eh, iya ya, sabar dong, Sayang." Sambil tersenyum geli, wanita paruh baya itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah manja putrinya ini.

Pada akhirnya dengan acuh, gadis muda yang kira-kira usianya sebaya dengan Syaqilla itu melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Syaqilla yang masih saja tampak terbengong diam seperti patung di tempatnya.

Sementara Hendra juga ikut tersenyum melihat aksi kedua wanita tercintanya, yaitu istri dan anaknya. Lalu, ia menoleh ke arah Syaqilla dan berkata, "Oke, Syaqilla, sebaiknya kamu beristirahat dulu ya. Nanti biar Pak Tejo yang akan mengantar mu ke kamar belakang."

Gadis itu sempat terjingkat dan reflek langsung menganggukan kepala patuh. "Baik, Pak."

Baru kemudian Hendra memanggil satu pelayan lelaki yang tengah menyiram tanaman di taman.

"Pak Tejo, tolong antar Syaqilla ke kamar belakang!"

"Baik, Pak!" Lelaki berkaos oblong putih itu mengangguk. "Mari, Neng. Ikut saya!"

Lagi, dengan patuh gadis muda itu kembali mengangguk. Dan kemudian ia mulai melangkah mengikuti ke mana si tukang kebun itu berjalan.

***

Berapa bulan kemudian.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah sekitar dua bulan yang lalu, Syaqilla bekerja di butik milik Laura. Ia merasa sangat senang dan tidak merasa tertekan lagi. Karena tidak ada ibunya yang akan selalu berlaku kasar dan selalu memarahinya ketika ia sedang berada di rumah.

Gadis itu seakan menemukan kehidupan baru setelah ia tidak tinggal bersama ibunya lagi. Hampir setiap hari ia akan berangkat bareng bersama Laura ke butiknya. Namun, ketika pulang gadis cantik itu lebih memilih menaiki bus saja, karena terkadang mereka tidak pulang di jam yang sama.

Hingga, suatu ketika, sepulang ia bekerja, ia ingin menemui temannya di suatu tempat. Begitu ia keluar dari butik, dengan tergesa-gesa ia ingin menyebrang jalan. Namun, tanpa ia sadari tiba-tiba saja ada sebuah motor sport yang sedang melaju kencang di jalan itu. Sehingga motor tersebut hampir saja menyerempet tubuhnya.

Syaqilla yang sedang berada di pinggir jalan, merasa sangat terkejut saat melihat ada motor yang mendekat ke arahnya.

"E-eh ... aaa ...." Spontan ia berteriak dan reflek langsung melangkah mundur, ingin menghindari motor. Naasnya ia malah tersandung pembatas bahu jalan dan ia pun jatuh terduduk di pinggir jalan raya.

Brugh!

"Aww ... !" rintihnya sambil memegangi bokongnya yang sakit karena membentur trotoar.

Tak berapa lama, tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendekatinya seraya berkata, "Sorry, aku gak sengaja. Kamu gak pa-pa?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Kehidupan Baru

    Dengan wajah girang, gadis cantik berambut ikal sepunggung itu langsung berlari menuju kedua orang tuanya. "Mama, Papah, Tasya kangen!" ucapnya seraya memeluk orang tuanya bergantian. Syaqilla tertegun, merasa cukup kagum melihat wajah cantikan gadis itu. "Wah cantik sekali dia. Pasti ini adalah putrinya Bu Laura," ucap batinnya. Dengan senyum sumringah dan tatapan penuh kelembutan, Laura menyambut pelukan putrinya erat. "Eh, kamu ini dari mana, Sayang? Kok, pagi-pagi begini baru pulang?" Laura melepas pelukannya dan mengusap wajah putrinya pelan. Syaqilla yang masih diam matung berdiri di samping Laura, jadi terharu melihatnya. Sungguh pemandangan itu menurutnya sangatlah indah. Di mana ada seorang ibu yang dengan penuh kasih sayang memeluk erat tubuh putrinya. Jujur, ia merasa iri. Karena sedari dulu ia belum pernah sekali pun diperlakukan seperti itu oleh ibunya sendiri. Sehingga membuat hatinya teriris pilu. "Semalam aku habis menginap di rumah Claudia, Mah." Seraya ters

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Ibu Yang Kejam

    Tamara terdiam, tidak menjawab. Dirinya bingung mau menjawab apa. Apakah harus berkata jujur, atau akan tetap membiarkan putrinya berfikiran entah seperti apa tentang dirinya. "Sudah cukup dramanya! Mending sekarang kau ikut denganku saja gadis cantik!" sahut Bramantyo tiba-tiba. Wajah sembab Syaqilla yang semula sedang tertunduk langsung terangkat. Lalu, sembari menyeka air mata, gadis ber-piama pink itu mengernyitkan dahi, menatapnya keheranan. "Anda siapa?" Bramantyo malah tertawa lantang. Dengan tersenyum genit, ia berkata, "Aku adalah calon suamimu, Sayang!" "A-apa!" Spontan gadis cantik itu membelalakan mata. Sungguh sangat-sangat di luar dugaan. Ternyata ibunya malah tega menjodohkannya dengan seorang pria tua. "Ibu, apa maksudnya ini? Masa aku harus menikah dengan pria itu?" Protes Syaqilla menuding ke arah Bramantyo. Ia semakin menolak perjodohan ini. Apa lagi setelah tahu kalau umur pria yang akan menjadi calon suaminya itu terpaut jauh dengannya. Bahkan umur pr

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Pelunasan Hutang

    "Lima ratus juta! Aku mau lima ratus juta. Aku jamin kalau dia benar-benar masih perawan dan belum pernah disentuh oleh siapa pun!" tandas Tamara, dengan entengnya menyebutkan nominal harga yang ia inginkan. Wanita paruh baya itu bagai sedang menawarkan suatu barang dagangan saja. Padahal, yang ia jual adalah keperawanan anak gadisnya sendiri. "Apaa?! Lima ratus juta? Apa kau sudah gila?" Mata Bramantyo langsung melotot syok mendengarnya. Tentu saja lelaki tua itu terlihat sangat kesal dengan nominal yang disebutkan oleh Tamara. Nominal itu terlalu besar buat membayar anak seorang pelacur. Walau putrinya masih perawan, tetapi bagi Bram, itu angka fantastis yang tidak masuk akal. "Kau meminta uang bayaran, atau mau memerasku, hah?" Dengan acuh Tamara mengangkat kedua bahu. Tanda ia tidak perduli dengan respon Bram yang sedang meneriakinya kesal. "Itu sih, terserah kau saja, Bang. Kalau setuju, silahkan. Kalau gak, ya udah sana-sana kau pergi saja deh sekarang!" Tamara mengibaskan

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Dijual Ibu

    Flashback. Di suatu malam, tepat di jam sembilan. Seorang gadis yang baru selesai bekerja, tampak sangat kelelahan. Gadis berkemeja putih dan bercelana jeans itu kini berjalan menelusuri kota. Menapaki jejak di pinggiran pertokoan. Malam yang sepi, ia terus melangkah pelan sambil menikmati malam yang dipenuhi dengan cahaya lampu-lampu temaram, yang tampak begitu indah menghias pinggir jalan. Langkahnya kian terasa berat. Tatkala ia semakin mendekat ke arah sebuah rumah kecil tempatnya ia tinggal sekarang. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk ia pulang. Malah justru membuatnya merasa sangat tertekan. Lalu, ketika ia hampir sampai di depan rumah, dirinya merasa sedikit keheranan. Dahinya mengernyit saat melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan, depan rumah. Dalam hatinya pun bertanya, "Mobil siapa ini? Apakah kali ini Ibu sedang berada di rumah?" Tiap kali ia pulang kerja, rumah itu biasanya akan terlihat sepi. Karena ibunya jarang sekali pulang ke

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Malaikat Penolong

    Berapa jam kemudian. Di suatu ruang bernuansa putih, dua orang paruh baya terduduk di sofa panjang, yang ada di sudut ruang. Dengan perasaan khawatir dua orang tersebut tampak cemas, menunggu seorang gadis yang kini terbaring lemas di atas pembaringan. Dua mata gadis itu tertutup rapat, masih dalam keadaan yang tak sadarkan diri. Terlihat ada beberapa luka gores ataupun memar di sekujur tubuhnya kini. Di dahinya juga terdapat plester yang menempel cantik menghiasi wajah gadis tersebut. Dan tak lupa, selang infus yang menancap di satu lengannya, menandakan kalau gadis itu kini sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Ya, karena keteledorannya yang berlari tanpa melihat ke sekitar, hingga membuat gadis itu tertabrak sebuah mobil yang sedang melintas di jalan. Untung saja keadaan gadis itu tidak terlalu parah, sehingga tidak berakibat fatal. Akan tetapi, karena dirinya yang dalam keadaan panik, dan kejadian itu yang terlalu mendadak, hingga membuat gadis itu sangat syok dan jatuh p

  • Terpikat Cinta Gadis Panti Asuhan    Kabur

    Di pinggir jalan. "Woy, berhenti! Jangan kabur!" Dua orang pria berbadan kekar sedang berlari mengejar seorang gadis. Terlihat, dua kaki mungil telanjang tanpa alas, terus berlari tiada henti di tepi jalanan yang sangat sepi. Suara napasnya menderu dan tersengal-sengal. Kadang dada terasa sesak, kala oksigen senyap tak terhirup dari lubang hidung. Jantungnya berdetak kencang tak beraturan. Rambut tergerai acak-acakan, wajah pun dipenuhi peluh. Padahal, angin malam di luaran sana terasa dingin menyentuh kulit. Namun, bulir-bulir bening seolah tak mau berhenti mengucur deras membasahi tiap jengkal kulit langsat-nya. Wajah gadis berambut panjang sebahu itu terlihat ketakutan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Memastikan bahwa orang yang sedari tadi mengikutinya, masih terus mengejarnya atau tidak. Waktu sudah menunjukan pukul 23.00 WIB. Jalanan itu tampak lenggang, tidak terlihat ada banyak aktifitas orang yang melintas di sekitar jalan. Hanya ada beberapa mobil dan kendaraan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status