Share

Makan Siang Mewah

Author: Purplexyiii
last update Last Updated: 2025-03-19 16:52:36

Restoran tempat Lucian membawaku bernama Étoile Blanche, sebuah tempat mewah dengan desain interior elegan bernuansa emas dan krem, diterangi lampu kristal yang menggantung anggun di langit-langit. Begitu kami masuk, aku segera merasakan perubahan atmosfer.

Para pelanggan yang sedang menikmati hidangan mereka menoleh, beberapa dengan rasa ingin tahu, beberapa dengan tatapan hormat yang tersembunyi. Para karyawan pun langsung bersikap sangat sopan, membungkuk sedikit lebih rendah dari yang seharusnya.

Aku mengangkat alis, tapi tetap diam. Aku bukan orang yang suka mendapat perhatian seperti ini, tapi tidak ingin terlalu ikut campur.

Seorang pria dengan setelan rapi, yang sepertinya adalah manajer restoran, segera menghampiri. "Tuan Devereaux dan Nyonya Devereaux, kami telah menyiapkan ruangan VIP untuk Anda berdua," katanya dengan nada penuh penghormatan.

Aku baru akan menoleh ke arah Lucian untuk melihat reaksinya, tapi dia sudah lebih dulu menjawab, “Tidak perlu. Kami akan du
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Godaan Halus Darinya

    “Meskipun ini hanya sementara, kau tetap tanggung jawabku,” lanjutnya dengan nada datar. “Jadi kau bisa meminta apa pun. Aku tidak akan memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan, tapi kau juga harus tetap sempurna di depan publik.” Aku membuka mulut untuk membantah, tapi dia lebih dulu menambahkan, “Kalau kau ingin sesuatu yang mewah—perawatan, pakaian, apa pun—bilang saja padaku. Aku tahu kartu yang kuberikan padamu pasti tidak cukup.” Aku buru-buru menggeleng dengan sedikit melotot. “Tidak! Itu lebih dari cukup!” Lucian menatapku sejenak, lalu hanya mengangkat bahu kecil. Aku menatap piringku, merenungkan kata-katanya. Aku tidak pernah berpikir untuk menghamburkan uangnya atau hidup dalam kemewahan. Itu bukan aku. Aku sudah cukup dengan menjadi diriku sendiri. “Kurasa aku sudah cukup sempurna seperti ini,” kataku akhirnya, mengangkat bahu. “Tanpa perawatan mahal atau apa pun itu seperti yang kau bayangkan." Lucian menaikkan sebelah alis, seolah tertarik dengan

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Mantan Tunangan

    Lucian tidak serta-merta menjawab. Dia mengangkat sendoknya dulu, menyeruput kopi yang baru saja datang, seolah menimbang apakah pertanyaanku layak mendapat jawaban atau tidak. Kemudian dengan suara dan ekspresi tenang, dia berkata, “Iya, itu benar." Aku mengerjap perlahan. Aku mendengar tidak ada keraguan dalam suaranya, juga tidak ada upaya untuk menyangkal. Tapi bukannya merasa puas, aku justru semakin ingin tahu. Pernikahan mereka dibatalkan mendadak—itu yang Felix katakan.Sayangnya sebelum aku berkata, Lucian kembali bicara dengan suara datar seperti tidak berminat membahas topik itu. “Tapi kau tidak perlu memikirkannya. Simpanlah rasa penasaranmu." Aku mengangkat alis secara refleks. Memperhatikan Lucian yang meletakkan cangkir kopinya, lalu menatapku. “Aku tidak memiliki perasaan pada Celeste seperti yang kau bayangkan. Aku juga tidak berniat mengingat lagi kenangan yang tidak

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Pertunjukan Drama

    Kami baru saja keluar dari restoran ketika tiba-tiba Lucian menarikku ke arahnya. Aku terhuyung sedikit, tidak siap dengan gerakan mendadaknya. "Apa—" "Ssstt, diamlah." Dia berbisik dengan lembut. Tangannya yang kokoh melingkari pinggangku, menahanku tetap dekat dengannya. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang stabil, kontras dengan debaran di dadaku sendiri yang tiba-tiba melonjak drastis. Aku hampir bertanya apa yang terjadi ketika dia sedikit menunduk, bibirnya hampir menyentuh telingaku. "Mereka mengikutimu," ucapnya pelan. Aku merasa tubuhku membeku. "Siapa?" Lucian terdiam sebentar. Matanya sekilas melirik pantulan kaca restoran di depan kami. "Celeste dan Damien." Aku spontan ingin menoleh, tapi Lucian menahanku dengan sedikit menekan punggungku. "Jangan melihat langsung." Aku menghela napas pelan. "Mereka menguntit kita?" "Mungki

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Istri Paling Bahagia

    Butik yang aku pilih bukan yang paling mewah di kota ini, tapi tetap memiliki reputasi tinggi. Tempat ini terkenal dengan koleksi busana eksklusif yang elegan tanpa terlalu mencolok. Saat Lucian memarkir mobil di depan butik, aku merasa sedikit aneh. Aku tidak terbiasa berbelanja dengan seorang pria—apalagi pria yang statusnya sebagai suamiku masih terasa seperti ilusi yang belum sepenuhnya kupahami. Lucian membuka pintu untukku, dan aku melangkah masuk ke butik yang terasa sejuk dengan pencahayaan lembut. Begitu melihat kami, seorang pegawai langsung menghampiri. "Selamat datang di Belle Élise. Ada yang bisa kami bantu?" Lucian mengangguk singkat ke arahku, seolah memberi isyarat bahwa aku yang bertanggung jawab atas kunjungan ini. Aku tersenyum kecil. "Aku ingin melihat koleksi gaun terbaru kalian." Wanita itu mengangguk dengan ramah, lalu mulai membimbing

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Hiburan di Butik

    Aku bisa merasakan bagaimana Celeste menatapku dengan ekspresi terkontrol, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang lain. Kekesalan. Bagus. Aku berbalik ke pegawai butik dan tersenyum. "Sepertinya aku ingin mencoba satu gaun lagi sebelum pergi. Ada koleksi terbaru yang lebih … eksklusif?" Pegawai itu mengangguk cepat. "Tentu, Nyonya Devereaux. Kami memiliki koleksi terbatas yang baru tiba minggu ini." Aku melirik Celeste sekilas sebelum berkata, "Koleksi terbatas? Kedengarannya menarik. Pastikan aku mendapatkan yang terbaik, ya?" Celeste jelas tidak menyukai nada santai dalam suaraku. Aku bisa melihat dari ekor mataku bagaimana bibirnya sedikit menegang. Aku tahu dia ingin mengatakan sesuatu, tapi menahan diri karena situasi. Lucian tetap diam, tapi aku yakin dia menikmati ini dalam caranya sendiri. Aku berjalan dengan anggun ke ruang pas, sementara pegawai butik membawakan satu set gaun eksklusif yang tampaknya hanya tersedia dalam jumlah terbatas. Saat aku mencoba salah satunya

    Last Updated : 2025-03-21
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Kunjungan Ke Rumah

    Suara dering ponsel tiba-tiba memecah keheningan di dalam mobil. Lucian mengangkatnya tanpa mengubah ekspresi, matanya tetap fokus pada jalan. Aku melirik sekilas, menangkap namanya di layar: Haelyn Devereaux. Aku langsung tahu ini bukan percakapan biasa. Karena itu adalah nama ibunya Lucian. Lucian menjawab, suaranya datar seperti biasa. "Iya? Ada apa?" Aku tidak bisa mendengar suara di ujung sana, tapi butuh waktu kurang dari lima detik sebelum Lucian menarik ponsel menjauh dari telinganya seolah ingin menghindari ledakan suara. Wajahnya tetap tenang, tapi saat aku melirik aku bisa ujung rahangnya sedikit mengetat. "Oh," gumam Lucian setelah seseorang di sana selesai bicara. "Baiklah." Lalu panggilan berakhir. Lucian terdengar menghela napas berat. Aku langsung menelan ludah, merasa firasat buruk merayapi tulang punggungku. "Apakah itu ibumu?" Lucian menyandarkan tangannya ke kemudi, matanya beralih padaku sejenak sebelum kembali ke jalan. "Kau benar." Aku menunggu

    Last Updated : 2025-03-22
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Merasakan Kekalahan

    Suara melengking itu langsung memenuhi udara. Aku bahkan belum sempat menoleh sebelum seorang wanita dengan gaun mahal dan rambut disanggul rapi berjalan cepat ke arah kami. Mata coklatnya menyipit tajam ke arahku. Haelyn Devereaux. Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku bisa langsung tahu bahwa wanita ini adalah seseorang yang tidak bisa dihadapi dengan sembarang cara. Dia berhenti di depan kami, matanya masih terkunci pada wajahku, sebelum akhirnya bergumam sinis. "Jadi, ini menantu yang kau pilih?" Aku bisa merasakan tubuhku menegang. Ini lebih mengerikan dari sidang skripsi. Tapi Lucian hanya berkata dengan tenang, "Ibu, namanya Seraphina." Haelyn mendecakkan lidahnya, lalu melipat tangan di depan dada. "Sungguh tidak sesuai dengan ekspektasi. Aku pikir kecantikannya di atas Celeste." Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap anggun dan tenang. Aku sudah memperkirakan ini, bukan? Meskipun aku tidak menyangka dia akan membandingkanku dengan istri Damien. Na

    Last Updated : 2025-03-22
  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Pembicaraan Menegangkan

    Ruangan tamu di rumah keluarga Devereaux terasa lebih seperti ruang sidang daripada tempat berkumpul. Langit-langitnya tinggi dengan lampu gantung emas yang berkilauan, dan perabotannya mencerminkan kemewahan yang melebihi kata mewah itu sendiri. Aku duduk di sofa panjang dengan Lucian di sampingku, sementara Haelyn dan Matteo duduk berhadapan. Haelyn masih dengan ekspresi tajamnya, sementara Matteo tampak lebih netral—atau mungkin hanya lelah dengan semua ini. Veronica memilih untuk tidak ikut. Tentu saja. Dia mungkin sedang mengatur strategi baru untuk menyerangku nanti. Lucian kemudian membuka suara langsung ke inti permasalahan. "Jadi, kenapa kalian memanggilku pulang?" Haelyn menegakkan punggungnya. "Lucian, kau benar-benar perlu bertanya? Astaga. Kami bangun pagi-pagi hanya untuk membaca berita bahwa putra kami sudah menikah secara mendadak, tanpa pemberitahuan apa pun?" Lucian tampak tidak terganggu. "Berita itu tidak salah. Aku memang menikah." Haelyn mendecakkan lidahny

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Meskipun Dunia Jahat

    Langit malam begitu kelam hingga hampir menyatu dengan warna dinding kamar tempatku menginap. Lampu gantung berkerlap-kerlip lemah di langit-langit, menciptakan bayangan aneh di setiap sudut ruangan. Namun, bukan itu yang membuatku sulit memejamkan mata. Bukan juga selimut mewah yang terlalu hangat atau kasur empuk yang seolah menelanku. Bukan. Ini tentang suasana rumah ini. Ada sesuatu yang sunyi tapi tajam. Seperti diamnya seekor ular sebelum menggigit. Perlahan, aku bangkit dari ranjang. Kaki telanjangku menyentuh karpet lembut saat aku membuka pintu dengan hati-hati. Tak ada suara di lorong, hanya detak jarum jam besar dari lantai bawah. Aku menelan ludah dan melangkah menuruni tangga. Di ruang tamu, cahaya remang-remang dari lampu baca menyinari punggung seorang pria yang duduk dengan kaki disilangkan. Dia. Pria yang menjemputku dari pinggir jalan tadi siang. Bahkan dalam posisi membelakangi, auranya tetap menekan. Di

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Dibawa Ke Rumah

    Berdiri di tepi jalan sunyi dengan tubuh yang setengah gemetar bukan pilihan yang ideal. Tapi aku sudah kehabisan harapan, tenaga, dan—jujur saja—harga diri. Entah sudah berapa kali aku melambai pada mobil-mobil yang melintas tanpa belas kasih. Sampai akhirnya, roda berlapis krom dari mobil hitam mengkilap berhenti pelan di hadapanku. Jendela kaca perlahan turun, memperlihatkan wajah seorang pria dengan tatapan menusuk dan garis rahang yang keras seperti diukir dari batu."Apa kau berpikir menampilkan dirimu seperti ini akan mengundang simpati?" katanya datar. Suaranya berat, dalam, dan sepenuhnya kosong dari empati.Aku nyaris membalas dengan sarkasme, tapi tenggorokanku kering dan kepalaku berat. Jadi aku hanya menjawab pelan, "Saya tersesat. Seseorang mencoba mencelakai saya."Matanya menatapku seperti menilai kejujuran dari kata-kataku hanya dengan satu kali pandang. "Masuklah sebelum aku berubah pikiran."Mobil itu beraroma kulit ma

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Keluar Secepat Mungkin

    “Kalau aku tidak keluar lagi, jangan tunggu aku.”Suara Corin barusan masih menggantung di udara, dan aku tidak sempat menjawab apa-apa. Satu tangan memegang pistol, tangan lainnya menunjuk celah di sisi kanan gua. Jalan setapak kecil, nyaris tersembunyi oleh semak-semak rimbun. “Jalan itu aman. Ikuti terus sampai kau menemukan jalan besar,” katanya singkat.Aku masih ragu. “Tapi kau?”Corin tersenyum samar. “Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Kau harus selamat. Aku beruntung bisa bertemu denganmu, bahkan tanpa tahu namamu.”Suaranya tenang, tapi sorot matanya mengatakan hal lain. Seolah dia tahu bahwa waktu kami habis.Aku tak bisa menolak lebih lama. Sesuatu di luar sana, sesuatu yang suaranya menyerupai Lucian, sudah dekat. Dan apa pun itu, aku tahu bukan dia bukan suamiku. Mungkin itu hanya jebakan akal, mungkin hanya permainan sinis. Tapi Corin jelas—dia akan menghadapinya sendiri.Aku lari. Tak menoleh.

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Suara yang Dikenali

    Langit belum sepenuhnya biru saat suara dedaunan basah menyapa telingaku. Aku terbangun dengan tubuh masih lelah, tapi gelisah yang menggerogoti lebih kuat dari kantuk. Corin sudah berdiri di depan gubug, menatap ke arah pepohonan yang memanjang seperti lorong tanpa ujung."Ada jalur ke utara. Beberapa kilometer dari sini ada batu besar, di situ sinyal kadang muncul," katanya tanpa menoleh.Aku merapatkan jaket yang bahkan bukan milikku—miliknya, sebenarnya. Sudah kering karena semalam dipanaskan dekat lilin kecil. Aku mengangguk. "Berapa jauh?""Tiga atau lima. Tergantung langkah kita. Tapi kau harus kuat."Kami berjalan tanpa banyak bicara. Aku tidak tahu harus menaruh kepercayaan di mana. Corin bukan orang jahat—setidaknya belum—tapi dari caranya tahu banyak hal, dari caranya memetakan rute dengan percaya diri, aku mulai berpikir: pria ini bukan kebetulan.Aku menyeka keringat yang menetes dari pelipis. Kaki kiriku masih terasa sakit w

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Siapa Sebenarnya Dia?

    Aku terbangun oleh suara dentingan. Logam menyentuh logam. Mula-mula aku pikir itu mimpi—tapi lalu bau kaldu hangat menyelinap masuk, memeluk rongga hidungku. Mataku terbelalak. Aku masih di gubug. Tapi sekarang, ada suara. Perutku berteriak lebih cepat dari otakku. Dan sebelum aku sempat bertanya, suara pria yang kemarin terdengar pelan dari sisi belakang gubug. “Maaf aku membuatmu terbangun. Tapi kau harus makan.” Aku bangkit, reflek memeriksa kaki. Masih terasa nyeri, tapi lebih ringan. Balutannya diganti kain bersih, jauh lebih rapi daripada yang aku lakukan sendiri semalam. Pria itu muncul dari balik tirai lusuh yang aku pikir hanya dekorasi. Dia membawa semangkuk kaldu panas dan dua potong roti pipih yang terlihat dibakar dengan sisa-sisa api unggun. “Aku tidak tahu kau alergi apa saja,” katanya. “Tapi ini sayuran. Aku memetik sendiri. Aman. Aku sudah makan setengah mangkuk.”

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Menemukan Seseorang

    Pagi menjalar ke sela-sela retakan dinding kayu, membawa cahaya hangat yang memukul wajahku pelan-pelan. Kelopak mataku berat, seperti semalam bukan hanya berisi air mata, tapi juga seluruh beban dunia. Ketika akhirnya aku membuka mata, suara burung-burung dan desiran angin menggantikan mimpi buruk yang samar-samar masih menggantung. Aku bangkit perlahan. Tenggorokanku kering, tubuhku kaku. Mata mengamati sekeliling, memastikan bahwa semuanya nyata. Masih di gubug itu. Masih sendiri. Langkah pertama terasa seperti berjalan di atas jarum. Kepalaku pening, dan ketika kulihat ponselku, layar hitam menatapku kembali—baterainya benar-benar habis. Tidak ada sinyal, tidak ada penunjuk arah, hanya aku dan suara alam yang tak memberi jawaban. Aku keluar dari gubug, cahaya pagi menampar wajahku lembut. Matahari menggantung malu-malu di balik dahan tinggi, dan dedaunan gemetar ringan ditiup angin. Langkahku pe

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Terjebak di Hutan

    Bau tanah basah menguar dari sela-sela jendela yang sedikit terbuka. Kepalaku berat dan leherku terasa kaku ketika aku mencoba mengangkatnya. Semuanya gelap, tapi bukan gelap dalam mobil atau ruangan—ini gelap yang alami, kelam, dan diselimuti bisikan dedaunan. Aku tersentak. Tubuhku terguncang pelan saat menyadari bahwa aku tidak berada di tempat semestinya. Tanah lembap di bawahku dan hawa malam yang menusuk membuktikan satu hal: aku sedang berada di hutan. "Apa yang terjadi? Bagaimana bisa?" gumamku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Jantungku berdetak keras saat ini. Kilasan terakhir sebelum semuanya gelap kembali kepadaku. Veronica. Mobilnya. Minuman dingin yang ia tawarkan dengan senyum palsu yang terlalu ramah. Aku menerima gelas itu tanpa berpikir. Bodohnya aku. Panik merayapi tenggorokanku, membuat napasku tercekat. Aku mengaduk-aduk isi tas kecil yang untungnya masih menempel di bahuku. Tanganku gemetar saat mene

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Rayuan di Toko Bunga

    “Saya turun di sini saja,” ucapku pada sopir taksi ketika mobil melewati sudut jalan tempat toko bungaku berdiri. Hujan masih belum turun, meski langit sudah menggelap sejak pagi. Di luar, angin bertiup pelan, menyapu dedaunan yang mulai menguning. Hari libur ini tidak berjalan seperti yang kubayangkan—tidak ada olahraga pagi bersama Lucian, dan tentu saja, tidak ada ketenangan.Aku melangkah masuk ke toko. Aroma bunga mawar putih menyambutku, dan suara lonceng kecil di pintu membuat Margaret yang sedang merangkai bunga menoleh cepat.“Seraphina?”“Margaret,” jawabku sambil tersenyum. “Kukira aku mampir sebentar. Sudah lama juga aku tidak ke sini.”Margaret langsung meletakkan gunting bunganya dan menepuk-nepuk kedua tangannya. “Wah, lihat siapa yang datang. Madam Fleur DeVere sendiri. Masih ingat tempat ini, rupanya.”Aku terkekeh pelan dan menyender ke meja kasir. “Tentu saja. Ini rumahku sebelum semua menjadi rumit.”

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Les Memasak Dadakan

    Hari libur seharusnya menjadi momen paling kutunggu—terutama jika bisa dimulai dengan wajah Lucian yang masih mengantuk dan rambutnya yang berantakan di atas bantal. Tapi pagi ini, tempat tidur terasa terlalu besar. Terlalu sunyi.Lucian berangkat kerja lebih awal. Dia bahkan tidak sempat sarapan."Hanya ada satu rapat penting," katanya saat mencium dahiku di ambang pintu. "Aku akan pulang cepat."Ya, tentu saja. Satu rapat penting, seperti kemarin. Dan hari sebelumnya.Kupaksakan tersenyum sambil menyeruput kopi. Biasanya kami akan ke gym bersama, lalu sarapan sambil berdebat kecil soal playlist lagu siapa yang lebih menyebalkan. Tapi pagi ini hanya ada suara jam dinding dan desahan angin dari jendela.Kupikir aku akan menghabiskan hari ini menonton drama Korea sambil mengenakan kaos bekas Lucian.Sampai ponselku berdering."Haelyn Devereaux".Nama yang muncul di layar membuat tenggorokanku tercekat. Kutatap la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status