Share

Bab 5

Karen masih belum bisa menjawab pertanyaan James. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil berpikir kenapa ia begitu bodoh. Lupa kalau semalam tidur dirumah James.

Karen kembali memandang James. Tergambar senyum manis  di bibir mungil Karen. Otaknya masih belum bisa berhenti untuk mengagumi James.

"Hei! Kenapa kau malah tersenyum?" Suara James menyadarkan Karen.

"Aa---aku ... Kau yang salah! Kalau saja kau tidak menarik tangan ku pasti aku tidak akan tertidur disini. Aku hanya ingin membawa mu pulang, tapi malah terjebak disini."

"Apa? Aku menarik tangan mu? " Giliran James yang mulai mengingat apa yang dialaminya semalam.

Ahk, kenapa pesona mu sangat dahsyat? Umurmu pasti jauh lebih tua dariku. Tapi, kharisma mu mengalahkan usiamu, batin Karen memandangi James.

"Baiklah, aku yang salah. Terimakasih sudah membawa ku pulang." James mengembangkan senyuman hangat pada Karen.

Pandangan Karen masih belum berpaling dari James. 

Hm, apa aku meminta bantuan gadis ini? Apa dia mau jadi tunangan palsu ku? Ahk ... Tidak mungkin, batin James.

"Nona, siapa  nama mu?" Terdengar sedikit canggung.

"Karen ... Karen Alexander."

"Baiklah nona Karen. Mungkin ini sangat gila tapi bisakah anda membantu saya?" Terdengar ragu. Namun, James meyakinkan dirinya, "maukah nona menjadi tunangan palsu saya?".

Karen sontak terkejut. Bagaimana bisa James memintanya menjadi tunangan palsu? Apa laki-laki ini sudah tidak waras. Begitulah isi pikiran Karen.

Melihat tatapan dan ekspresi Karen, James tahu jika Karen sedang memikirkan hal aneh tentangnya.

"Tolong jangan salah paham Karen. Mantan istri saya meminta saya kembali padanya, dan saya menolak. Saya berkata bahwa, saya sudah punya tunangan."

Sejenak Karen terdiam. Ia tidak tahu jika lelaki didepannya sudah pernah menikah sebelumnya. Namun, James begitu mempesona, sehingga tidak terlihat sebagai seorang duda.

"Lalu, Kenapa harus saya? Anda kan sudah punya tunangan. Ajak saja tunangan anda." James menggelengkan kepalanya. Ia memberi isyarat bahwa ia tidak memiliki tunangan.

"Saya mohon Karen. Hanya sampai mantan istri saya berhenti menganggu saya." James memohon pada Karen. Lalu, menceritakan masa lalunya.

"Baiklah, saya setuju." James senang mendengar persetujuan Karen.

➖➖➖➖➖

Diperjalanan pulang, Karen masih bertanya-tanya kenapa ia tertarik pada seorang duda? Padahal selama ini dia sangat tidak menyukai pria yang sudah pernah menikah.

Karen menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa semua tidak mungkin. Nalarnya sudah tidak beres.

Sesampainya dirumah, Karen langsung menuju kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya. Kemudian, berendam di bathtub yang sudah dipenuhi busa dan sedikit minyak penenang.

Pikirannya masih melayang-layang pada perkataan James yang memintanya jadi tunangan palsu.

Tidak terasa Karen  sudah hampir satu jam berendam. Perutnya kini mengeluarkan bunyi khas orang yang sedang kelaparan. Ia bergegas menuju sebuah restoran.

Karen memakai mini dres berwarna merah. Lipstik berwarna nude. Tak lupa, ia juga menyapukan sedikit blush-on pada pipinya. Serta memakai sepatu hills dan tas selempang berwarna hitam untuk menyempurnakan penampilan.

Sempurna. Kau begitu cantik Karen, kata  Karen pada dirinya yang sedang berdiri didepan kaca.

"Selamat datang nona. Boleh saya tahu apa yang akan anda pesan?" ujar seorang pelayan pada Karen. Pelayan itu memberikan senyum manis pada pelanggannya.

"Saya mau steak, serta beberapa makanan penutup lainnya." Pelayan itu mengangguk lalu permisi meninggalkan Karen.

Tidak jauh dari mejanya, Karen melihat sepasang manusia yang sedang menikmati makanan mereka dengan romantis.

Karen menyipitkan kedua netranya, untuk memperjelas siapa kedua orang itu.

Sepertinya, aku mengenali kedua orang itu. Cih, ternyata mereka masih bersama. Baiklah, tanpa perlu jauh-jauh menemui mu. Ternyata, alam pun mendukung ku untuk memberi sedikit pelajaran berharga bagi mu, batin Karen sambil tersenyum sinis.

Karen perlahan mendekat pada meja kedua orang itu. Dengan percaya diri dia melenggang menghampiri mereka.

"Halo Robin, halo Natalia. Apa aku bisa bergabung dengan kalian? " sapa Karen sambil membawa makanan miliknya, membuat mata Robin dan Natalia terbelalak.

"Karen ... Apakah itu kau?" Robin mengedipkan matanya merasa tidak percaya. Karen hanya mengangguk lalu tersenyum dengan sangat manis.

"Untuk apa kau disini Karen? Apa kau ingin menggoda Robin?" Natalia yang tidak suka akan kehadiran Karen menunjukkan wajah masam dan tatapan yang melotot.

"Natalia, jangan mempermalukan dirimu. Nanti orang-orang disini mengetahui siapa dirimu sebenarnya." Karen tersenyum sinis sambil meminum segelas wine.

Robin masih terdiam melihat perubahan Karen. Wanita yang dulu tidak tau berdandan, berubah menjadi wanita yang fashionable dan cantik.

Kedua netra Robin masih melotot pada wajah dan tubuh Karen. Natalia yang melihat ekspresi Robin menjadi sangat marah.

"Robin, jangan melihat ku seperti itu! Aku jadi malu. Natalia juga bisa marah nanti," goda Karen dengan nada manja.

"Tt---tidak Karen. Ayo duduk! Aku dan Natalia tidak akan terganggu." Robin tersenyum manis pada Karen.

"Karen ... Kau sangat cantik sekarang. Hampir saja aku tidak mengenali mu tadi."

"Kau terlalu berlebihan Robin. Aku jadi malu."

'Karen, kau sangat cantik. Natalia bahkan tidak ada apa-apanya dengan mu. Aku harus bisa memiliki mu lagi Karen. Kau hanya akan menjadi milikku,' batin Robin sambil terus memandangi Karen.

Natalia menatap sinis pada Karen. Sementara Karen menunjukkan senyum sinis pada Natalia.

"Kk-Karen ... Kejadian waktu itu ...."

"Sudahlah Robin, jangan mengungkit masa lalu. Aku sudah melupakan itu," ujar Karen ketika Robin mengungkit perselingkuhannya dengan Natalia.

"Apa kalian akan segera menikah?" tanya Karen pada Natalia dan Robin.

"Tidak"   "Iya"

Robin dan Natalia sama-sama menjawab namun jawaban mereka berdua berbeda membuat Karen tertawa.

"Apa maksudmu mengatakan tidak Robin?" Natalia bertanya pada Robin dengan sedikit emosi, "dengar Karen! Aku dan Robin akan segera menikah. Jadi jangan harap kau bisa kembali pada Robin lagi. Aku akan mengirimkan undangan padamu."

Karen tersenyum mendengar perkataan Natalia, "kau terlalu curiga pada ku Natalia. Apa kau takut, kalau aku akan melakukan hal yang sama pada mu?"

"Sudahlah! Aku sudah kenyang. Senang bertemu dengan kalian. Oh iya, aku akan menunggu undangan pernikahan kalian berdua," ujar Karen sambil berlalu meninggalkan Robin dan juga Natalia.

Karen keluar dari restoran dengan senyum yang menggambarkan sebuah kepuasan. Tidak disangka jika ia dan Robin akan bertemu di restoran itu.

Tidak ada lagi rasa cinta Karen untuk Robin. Bak bunga yang sudah gugur. Hanya ada sebuah rasa benci, yang membuat Karen berubah menjadi seperti sekarang ini.

Dari dalam mobilnya Karen bisa melihat dengan jelas pertengkaran antara Natalia dan juga mantan kekasihnya Robin.

Setelah puas melihat pertengkaran yang terjadi pada sepasang kekasih itu, Karen memakai kaca mata hitam miliknya. Menghidupkan mesin mobil. Lalu pergi meninggalkan Robin dan Natalia yang masih berdebat.

Ini belum seberapa untuk mu Natalia. Aku akan membuat kalian membayar air mata yang sudah pernah aku teteskan, gumam Karen dengan senyum sedikit miring.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status