Share

Bab 6

Mobil Karen melaju membelah jalanan ibu kota. Sepanjang jalan ia memutar lagu jazz untuk menghiburnya. Karen sangat menyukai lagu jazz.

Mobil Karen berhenti di rumah Risa. Ia menatap rumah Risa dari dalam mobil. Karen menghembuskan nafas dengan  berat. Lalu melangkah menuju rumah Risa. Karena Risa adalah tempat terbaik untuk Karen berkeluh kesah.

Tok,,, tok,,, tok

Risa membuka pintu. Ia melihat Karen. Kemudian, mengajak Karen masuk kerumahnya. 

Risa membawakan segelas teh hangat untuk sahabatnya itu.

"Risa ... Coba tebak! Tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Karen memegang tangan Risa.

"Hm, tidak tahu. Emang siapa yang baru saja bertemu dengan mu?"

"Tadi, aku bertemu dengan Robin dan juga Natalia." Risa terkejut mendengar pernyataan Karen. 

Semenjak putus dengan Robin, Risa melarang Karen untuk bertemu dengan Robin. Namun, Karen bersikeras ingin membalas perbuatan Robin dan juga Natalia.

Melihat ekspresi Risa, Karen tahu jika sahabatnya itu takut jika ia akan bersedih lagi. Lalu, Karen menceritakan bagaimana yang terjadi ketika mereka bertiga bertemu.

Risa tertawa mendengar cerita Karen. Risa senang karena Karen tidak selemah yang dulu lagi.

Mereka berdua sama-sama tertawa.

"Karen, orang yang dibar malam itu siapa?"

"Dia James. Orang yang membawaku pulang saat aku mabuk berat di bar," Karen menatap Risa, "kau tahu Risa, dia meminta ku jadi tunangan palsu nya." 

Karen menceritakan bagaimana James memintanya menjadi tunangan palsu James. Karen juga memberitahu bahwa, James sudah pernah menikah.

"Lalu, kau setuju Karen?" Karen hanya mengangguk.

"Baiklah, itu terserah mu! Asal, kau tidak akan menangis lagi nanti." Risa memperingati Karen agar hati-hati.

Matahari telah berlalu, menyisakan malam gelap yang juga agak sedikit mendung.

Karen berpamitan pulang pada Risa. Diperjalanan, hujan turun dengan sangat lebat. Karen melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan.

Tubuh mungil Karen kini telah terbaring di kasur empuk dengan seprei berwarna ungu serta dengan bantal yang senada . Kejadian yang dialaminya hari ini, membuat Karen sedikit kelelahan.

Buktinya, tanpa menunggu lama, Karen sudah terlelap dengan sangat nyenyak.

➖➖➖➖➖

Tling ...

Bunyi telpon Karen. Karen meraba-raba kasur untuk mencari ponselnya.

Pesan yang baru saja masuk merupakan pesan dari James.

James mengajak Karen bertemu di restoran seafood. James juga memberitahu jika hari ini, ia akan mengenalkan Karen pada Aline, mantan istri James.

Namun sebelum ke restoran, James membawa Karen kesebuah toko cincin. James memilihkan cincin yang sangat indah dan cocok dipakai Karen.

Setelah memilih cincin, James memasang cincin itu di jari manis Karen.

Awalnya Karen ragu. Melihat keraguan Karen, James menjelaskan bahwa Aline akan percaya kalau Karen tunangan James.

Karen kemudian menjulurkan tangan nya, lalu James memasang cincin itu di jari Karen.

Cincin yang dipakai Karen sangat indah. James memilih sebuah cincin bermata berlian. Berlian itu berada ditengah bentuk hati.

James lalu memacu mobilnya menuju restoran tempat mereka akan bertemu dengan Aline. Tidak perlu waktu yang lama, Karen dan James sudah sampai.

James membukakan pintu untuk Karen. Lalu, menggandeng Karen masuk kedalam restoran. Karen sedikit canggung. Namun, senyum James membuat Karen menjadi lebih percaya.

Karen dan James melenggang masuk menuju meja Aline. Aline terkejut ketika melihat James datang dengan seorang perempuan.

Aline mengira jika James hanya bercanda ketika mengatakan jika ia sudah bertunangan. Nyatanya, James menggandeng  seorang gadis cantik disebelahnya.

"Aline, perkenalkan ini tunangan ku, Karen. Karen, ini mantan istri ku, Aline." Karen menjabat tangan Aline sembari memberi sebuah senyum manis pada Aline.

"Ternyata kau tidak bercanda James? Kau benar sudah bertunangan?" Aline menatap James.

"James ... Tidak ada lagi kah kesempatan untuk ku? Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku ingin hanya kita berdua."

"Maaf nona Aline. Perkataan anda sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin anda menyuruh tunangan saya kembali lagi dengan anda. Apa anda tidak menghargai saya?" Karen mulai bereaksi ketika mendengar pernyataan Aline.

Aline menatap sinis ke arah Karen. Aline tidak terima jika Karen menjadi istri James. Aline tidak terima wanita lain yang menikmati uang James.

"James--." Belum selesai Aline berkata, James sudah memotong ucapannya.

"Cukup Aline! Aku kesini untuk mengenalkan tunangan ku. Tapi kau malah meminta ku kembali pada mu." James menunjukkan tatapan dingin namun penuh amarah pada Aline, "kalau sudah tidak ada yang dibicarakan, kami permisi dulu Aline."

James menarik tangan Karen, meninggalkan Aline yang masih diam terpaku. James tidak habis pikir pada Aline.

Mobil James melaju meninggalkan restoran tempat mereka bertemu. Tidak ada percakapan yang terdengar dari James da Karen. 

"Karen ... Maaf jika aku menganggu waktu bekerja mu." James memulai percakapan diantara mereka.

"Tidak. Aku tidak bekerja. Jadi, anda tidak mengganggu waktu saya."

"Tidak bekerja? Lalu, bagaimana kebutuhan mu sehari-hari?"

"Ayah dan ibu saya memiliki asuransi yang cukup besar. Serta memiliki saham 5 persen di perusahaan Good Fashion, jadi saya tidak perlu bekerja."

"Good fashion? Milik Gunawan Prasetyo?"

"Ya. Sekarang anaknya yang mengelola perusahaan itu. Katanya ayahku memiliki saham sebesar 5 persen disana."

"5 persen? Siapa nama ayah mu? Setahuku, Good fashion didirikan oleh Gunawan Prasetyo dengan seorang sahabatnya Juna Alexander."

"Kau tahu itu kah? Juna Alexander itu ayah ku. Benar, dia sahabat Gunawan Prasetyo."

"Kau yakin saham ayahmu hanya 5 persen? Sebelum ayahmu meninggal, apa ia memberitahu tentang saham itu?"

"Tidak. Ayah ku hanya menitipkan aku pada ayah Robin. Ayah tidak sempat memberi tahu tentang saham itu, tapi om Gunawan mengatakan jika ayah punya saham disana sebesar 5 persen."

"Lalu, kau percaya begitu saja? Aku tidak ingin mengatakan apapun tentang saham ayah mu di Good fashion. Tapi kau harus mencari tahu kebenarannya."

Karen hanya terdiam setelah mendengar perkataan James.

Selama ini ia tidak pernah mempersoalkan tentang seberapa besar saham ayah nya. Yang ia tahu, sahabat ayahnya bernama Gunawan Prasetyo tidak mungkin membohonginya.

Selama ini, Robin dan juga ayahnya memperlakukan Karen dengan sangat baik. Semua kebutuhan Karen terpenuhi.

Ia nyaman dengan keluarga Robin. Sehingga tidak pernah penasaran seberapa besar sebenarnya saham ayahnya pada perusahaan Good fashion.

Karen memijit pelipisnya. Ia baru sadar kenapa ia tidak pernah mencari tahu yang sebenarnya.

James memandang ke arah Karen. Ia mengetahui apa yang sedang ada di pikiran Karen.

"Kalau kau mau aku bisa membantu mu mencari tahu tentang ini," ujar James pada Karen.

Karen hanya diam. Ia belum tahu harus bagaimana. 

Jika ia mencari tahu, ia takut jika ayah Robin akan tersinggung atas perbuatan karena. Namun, ia juga ingin tahu kebenaran tentang peninggalan milik ayahnya.

"Hm, baiklah aku setuju," jawab Karen pada James.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status