Share

Bab 8

Ayah Robin masih menerka-nerka penyebab putusnya Robin dan juga Karen. Langkah kakinya semakin dipercepat agar segera sampai di rumah.

Sama dengan suaminya. Lusi juga tidak habis pikir, kenapa Robin tidak memberitahu apapun.

Kedua pasangan paruh bayah itu sudah sampai di rumah mereka. Wajah Gunawan dan Lusi terlihat sangat tidak bersahabat saat melihat Robin yang sedang menikmati sarapannya.

"Robin, apa maksud Karen mengatakan bahwa hubungan kalian sudah selesai?" Nada suara Gunawan terdengar berat juga bercampur emosi.

Robin terkejut mendengar pertanyaan ayahnya itu. Ia tersendat lalu berbatuk.

Mulut Robin sedikit kaku. Ia tahu bahwa ayahnya akan sangat marah jika ia tidak jadi menikah dengan Karen.

"Jawab Robin! Jangan sampai aku mencari tahu sendiri." Gunawan membangunkan Robin dari lamunannya.

"Pa ... Darimana papa tahu?"

"Robin, tadi mama sama papa bertemu dengan Karen. Karen sendiri yang bilang jika kalian sudah putus. Tapi, Karen tidak memberitahu penyebab kalian sampai putus." Kali ini ibu Robin angkat bicara.

'Bagaimana ini? Aku tidak mungkin bilang kalau Karen menangkap basah aku dan Natalia di apartemen,' batin Robin.

"Pa, sebenarnya Karen salah paham sama Robin. Karen terpancing emosi lalu minta putus dengan Robin." Robin membuat alasan agar orangtuanya tidak menyalahkan Robin.

"Robin, kalau hanya salah paham kenapa sudah sebulan lebih kamu tidak menjelaskan pada Karen dimana letak salah paham itu."

"Pa, Karen menolak bertemu dengan Robin. Karen bilang, dia butuh waktu untuk sendiri dulu pa."

"Robin, dengarkan papa baik-baik! Bagaimanapun caranya kamu harus menikah dengan Karen, supaya semua sah--." 

Gunawan mengentikan ucapannya. Ia tersadar jika ia memberitahu Robin maka semuanya akan terbongkar.

Dengan cepat-cepat Gunawan meralat ucapannya, " supaya Karen sah jadi bagian dari keluarga kita. Itu janji papa sama papanya Karen. Kamu mengerti kan Robin?"

Sejenak Robin terdiam. Pikirannya melayang entah kemana. Disatu sisi Natalia meminta ia untuk bertanggung jawab. Disisi lain ayahnya ingin menepati janji.

Perasaan Robin pada Natalia sebenarnya tidak sebesar perasaan Robin pada Karen. Namun, Robin hanya seorang laki-laki biasa.

Ada yang bilang ikan tidak akan menolak umpan. Begitulah Robin.

Selama pacaran dengan Karen, Robin bisa menahan diri. Ia ingin menjaga Karen sampai mereka menikah.

Namun, Natalia datang meruntuhkan nafsu Robin. Setiap ada waktu berdua, Natalia menggoda Robin. 

Body seksi milik Natalia berhasil membuat Robin terjatuh semakin dalam. Robin seakan menikmati sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan dari Karen.

Tidak hanya sekali atau dua kali. Robin dan Natalia kerap melakukan hubungan intim setiap ada kesempatan.

Dan naasnya, saat mereka sedang bercinta di apartemen Robin, Karen menangkap basah Robin dan Natalia.

"Robin akan usahakan pa. Robin berangkat dulu ya." Robin melangkah meninggalkan kedua orangtuanya.

Didalam mobil, sebelum berangkat Robin mengirim pesan pada Karen. Setelah itu Robin menarik pedal gas lalu melajukan mobilnya menuju ke Good Fashion.

****

Karen sedang duduk disebuah kafe tidak jauh dari perusahaan Good Fashion. Robin meminta Karen untuk bertemu disana.

Karen sengaja memakai dress mini berwarna Lilac, sepatu wedges berwarna putih serta tas selempang berwarna senada dengan bajunya.

Wajahnya sedikit ia rias dengan eyeshadow, blush-on peach serta lipstik yang ia ombre. Tak lupa Karen juga meng-churly rambutnya.

"Hai Karen! Apa kamu sudah menunggu lama?" Robin menghampiri Karen yang duduk di dekat jendela.

"Tidak. Aku baru saja sampai, sekitar lima menit yang lalu."

"Karen, kau sangat cantik sekarang." Senyum Robin terpancar saat melihat Karen.

"Hahaha, kau bisa saja. Aku udah cantik dari dulu. Hanya saja, pasangan ku dulu tidak menyadari itu dan malah memilih wanita lain."

"Karen ... Aku minta maaf. Aku hanya khilaf saat itu. Kau tau, tidak ada pria yang bisa menolak godaan."

"Robin, kau tidak akan digoda jika kau menolaknya dengan keras. Atau bahkan menghusir penggoda itu."

"Karen, aku sudah menolak nya, tapi--" Belum selesai Robin berbicara, Karen langsung memotong ucapan Robin.

"Tapi, kau tidak bisa menolak tubuhnya kan? Kau bilang kau menolaknya, tapi kenapa pintu mu terbuka untuk dia? Kau berada di apartemen mu dengan wanita jalang itu." 

Emosi Karen sedikit terpancing. Karen mengepal tangannya untuk meredam kembali emosinya.

"Sudahlah Robin! Aku tidak mau membahas ini lagi. Kalau tidak ada lagi yang penting, aku akan pergi."

"Karen, papa ku marah saat mengetahui hubungan kita selesai. Papa bilang ia akan gagal menepati janjinya pada ayah mu. Papa menyuruh ku untuk mengajak mu kembali."

Karen terdiam. Ayahnya memang meminta ayah Robin untuk menjodohkan Karen dengan Robin. Namun, Robin sendiri yang membuat hubungan mereka hancur.

Karen menarik napas dalam-dalam, "Robin ... Jika orang tua ku masih ada, mereka juga akan setuju pada pilihan ku."

"Aku sudah pernah bilang berulang kali pada mu, kesalahan apapun dalam hubungan kita, bisa aku maafkan. Tapi, tidak untuk perselingkuhan."

"Karen, aku janji akan meninggalkan Natalia. Aku janji akan berubah asal kau mau kembali padaku."

"Cukup Robin! Sekali kau khianati, maka akan sulit untuk percaya lagi. Sudahlah, lagi pula kau harus menikah dengan Natalia kan? Jadi jangan cari aku lagi."

Karen melangkah masuk kedalam mobilnya. Ia membanting setir mobil untuk meluapkan amarahnya.

Bagaimana bisa Robin memintanya kembali? Karen juga manusia biasa. Ada kalanya mudah untuk memaafkan lalu melupakan kesalahan yang terjadi, dan ada kalanya sulit untuk memaafkan apalagi melupakan kesalahan.

 ****

James berjalan di koridor perusahaan miliknya. Tubuh yang tegap serta langkah yang tegas membuat siapapun yang di lalui James tidak akan berani menatap James.

Sebenarnya James tidak mau jika karyawannya takut padanya, ia hanya meminta supaya mereka memperlakukan James layaknya teman namun tahu batasannya.

Setelah sampai di ruangnya, James mendudukkan dirinya di sofa empuk yang ada di ruangnya.

Tok ... Tok ... Tok

Han masuk kedalam ruangan James dengan membawa beberapa map yang harus ditandatangani oleh James.

James tidak menghiraukan kedatangan Han keruangan nya. Mata James masih terfokus pada layar ponselnya.

"Selamat siang Pak James. Ini berkas yang harus anda tandatangani segera."

"Letakkan saja di meja! Nanti akan ku tandatangani." 

"Pak, Nanti malam ada pesta yang diadakan oleh rekan bisnis kita di hotel Sentosa. Anda diundang kesana."

"Pesta dalam acara apa? Haruskah aku hadir disana?"

"Anda harus hadir Pak! Pesta itu di adakan karena kerjasama kita berjalan lancar, serta wedding anniversary rekan kita."

"Jam berapa? Lalu siapa saja yang akan hadir disana?"

"Pesta itu akan dimulai jam 7. Mantan istri anda juga suaminya ada disana."

"Aline dan suaminya?" James terkejut mendengar perkataan Han.

Bagaimana bisa Aline hadir bersama suaminya, sementara ia mengaku bahwa mereka sudah bercerai?

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Narsih In
ini udah lama banget ga ada lanjutanya
goodnovel comment avatar
Narsih In
kenapa ga ada kelanjutanya lagu
goodnovel comment avatar
Kikica
lanjutan nya kak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status