"Pokoknya kamu ikuti saja instruksi dariku dan kamu ikuti juga apa yang aku pesankan kepadamu nanti." Vani berkata sambil terus melatih Risa agar Gadis itu tidak gugup ketika nanti sedang berada di tengah-tengah relasi bisnis Gilang.Risa mulai belajar cara memegang sendok dan garpu, cara memegang pisau kecil untuk memotong steak, dan cara duduk dengan hormat di sebuah meja makan. Selain itu Risa juga diajarkan bagaimana caranya bersikap di depan orang jika suatu saat ada orang yang membully dia atau menghina dia pada acara tersebut."Ingat satu hal. Jangan sampai kamu termakan omongan orang yang membully kamu sehingga kamu memperlihatkan sisi buruk di hadapan orang lain. Hadapi orang itu dengan sikap elegan dan dengan tatapan yang tajam sehingga dia merasa bahwa kamu bukanlah orang sembarangan." Vani berkata sambil memperbaiki posisi tubuh Risa jika berhadapan dengan orang lain."Begitupun dengan bersalaman. Jangan biarkan tanganmu menggantung begitu lama jika ada orang yang tidak ma
"Asiap, Bos." Lelaki setengah perempuan itu segera membawa Risa masuk ke dalam sebuah ruangan yang membuat Risa semakin terpukau.Tentu saja Risa terpukau melihat ruangan yang mana di dalamnya begitu elegan dengan berbagai aneka perawatan kecantikan. Lelaki yang dipanggil Mona oleh Gilang mengajak beberapa asistennya untuk segera mengeksekusi Risa. Mereka meminta Risa untuk membuka pakaiannya dan memakai kain yang mereka berikan, lalu melulur seluruh tubuh Risa hingga benar-benar bersih sempurna. Tak lupa pula mereka juga membersihkan rambut Risa dan membuatnya jauh lebih segar. Risa benar-benar merasa seperti seorang perempuan yang tengah dilayani oleh dayang-dayang kerajaan. Dia hanya mengikuti apapun instruksi yang diberikan oleh para orang-orang suruhan Gilang Karena orang-orang itu mengatakan bahwa Risa akan mereka jadikan ratu malam ini.Cukup lama Risa didandani di ruangan tersebut. Sekarang perempuan itu sudah di oles dengan make up natural tapi elegan yang membuat Risa send
Risa tak bisa berkutik mendengar perkataan Gilang. Perempuan itu memutuskan untuk mengikuti saja apa yang diinginkan oleh suaminya karena dia tahu suaminya memang tidak suka dibantah.Risa yang sudah dipasangkan sepatu oleh Gilang segera dibawa oleh lelaki itu menuju sebuah mobil yang sudah menunggu di halaman butik. Mereka segera menuju sebuah hotel bintang 5 di mana sebuah acara besar akan digelar untuk menyambut kedatangan Risa dan Gilang.Setelah sampai di depan hotel berbintang 5, Risa menahan napasnya sesaat. Apalagi ketika dia melihat ada banyak tamu yang berpakaian mewah dan sepertinya mereka adalah orang-orang yang berasal dari kalangan atas."Kak, Bagaimana kalau nanti mereka mengetahui tentang pernikahan kita yang terjadi karena aku yang dijual oleh Tante Tika?" Risa bertanya kepada Gilang sambil tertunduk.Tak bisa Risa bayangkan bagaimana nanti orang-orang akan menghina Gilang ketika tahu bahwa pernikahan Risa dan Gilang dikarenakan Gilang yang membeli Risa di Facebook."
Risa seketika tersentak mendengar Gio mengatakan bahwa perempuan itu adalah perempuan yang sudah membunuh ibunya Amira. Sejak kemarin dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada ibunya Amira sehingga perempuan itu dianggap tenggelam dan mati oleh semua orang tapi tidak oleh Amira."Dia?" "Alea. Seorang perempuan psikopat yang sudah lama tergila-gila pada kak Gilang, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan." Gio kembali berbisik kepada Risa membuat bulu kuduk Risa merinding mendengarnya.Gio yang sudah menjelaskan kepada Risa kemudian menepuk-nepuk bahu kakak iparnya itu karena dia dipanggil oleh bapaknya untuk segera duduk di deretan bangku paling depan. Sementara itu Risa kembali duduk di bangkunya untuk menetralkan perasaannya yang seketika merasa takut jika perempuan itu akan membunuhnya seperti ibunya Amira."Kamu siapa sih? Kenapa pakai acara tetap dekat dengan Gilang segala?" Risa tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran perempuan yang bernama Alea di hadapannya. Risa menelan
Suara alunan musik yang mengalun syahdu membuat Gilang dan Risa terbuai dalam indahnya malam itu, sehingga tanpa sadar Risa menyandarkan kepalanya di dada bidang Gilang sambil mengikuti irama tubuh Gilang yang membawanya ke kanan dan ke kiri menyesuaikan irama musik yang syahdu.Betapa Risa merasa teramat sangat bahagia malam itu karena Gilang yang memperlakukannya seperti seorang ratu dan memperkenalkannya pada banyak orang. Perempuan itu merasa seperti seorang Cinderella yang mendapatkan kebahagiaan berlimpah."Terima kasih sudah mencintaiku sebanyak ini." Risa berbisik di telinga Gilang ketika mereka masih sedang berdansa.Acara malam itu ditutup dengan dansa bersama oleh para tamu undangan. Tuan Adiguna dan Nyonya Adiguna yang sejak tadi melihat kemesraan Risa dan Gilang akhirnya memutuskan untuk segera meninggalkan gedung tersebut diikuti Alea."Aku benar-benar enggak habis pikir. Bagaimana mungkin Gilang bisa memilih seorang perempuan miskin di Facebook dan menjadikannya seorang
Jika tadi jantung Risa bertalu-talu karena terkejut dengan kebahagiaan yang dirasakan. Maka saat ini, jantungnya terasa bagai di tusuk dengan ribuan jarum. Sakit.Risa menyesal mengapa begitu terbuai dengan ucapan yang tidak mungkin akan keluar dari mulut Gilang. Karena Gilang yang Risa tau, adalah lelaki yang sangat pelit dalam berbicara. Bukan lelaki yang berbicara dengan ribuan sanjungan dan kata cinta.Air mata kembali lolos dari pelupuk mata Risa. "Apakah ini yang dinamakan patah hati? Hati yang mana? Bahkan hati itu baru saja terbentuk beberapa jam yang lalu." Risa berbisik seorang diri.Risa akhirnya naik ke atas ranjang dan membiarkan denting demi denting air menetes dari pelupuk matanya. Beberapa jam yang lalu dia jatuh cinta pada sosok yang selalu membersamainya setiap hari. Sekarang, yang Risa rasakan adalah patah hati pada sosok yang tadi telah membuatnya jatuh cinta..Air mata tak kunjung berhenti mengalir dari pelupuk mata Risa. Dia berusaha mengerti akan perkataan Gila
Pagi yang cukup cerah. Bias sinar matahari menerobos melalui ventilasi jendela kamar. Risa membuka lebar-lebar jendela kamar agar udara pagi masuk untuk memberikan kesegaran pada rongga dadanya yang masih terasa sesak. Risa merasa senang karena sinar matahari pagi mampu menghangatkan hatinya yang terasa dingin membeku.Risa beranjak dari balkon kamar dan berjalan menuju dapur. Dia ingin menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Gilang sudah mengizinkan Risa melakukan semua yang harus dilakukannya sebagai seorang istri. Tentu saja dia tak ingin melewatkan kesempatan itu.Ketika Risa berada di dapur untuk membuat kopi Gilang, Amira muncul dengan wajah segar menghampiri Risa."Bunda, Amira mau sekolah," ujarnya dengan bibir cemberut."Sekolah?" Risa bingung karena tidak tahu usia Amira."Iya, kan Bunda sudah janji, akan menyekolahkanku," ujarnya lagi.Risa hanya terdiam, selalu begini. Amira selalu mengatakan bahwa dia sudah berjanji. "Sebenarnya kemana ibumu, Nak?" Risa hanya mam
"Kalau Gio saja bingung untuk menjawab pertanyaan Amira, apalagi aku yang sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya Amira. Gadis kecil ini terlalu sering memberikan pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu harus menjawab apa." Risa bergumam saat melihat Gio yang hampir kehabisan akal untuk menjelaskannya pada Amira."Amira tinggal di rumah sama Bik Asih, Bunda nanti malam tidak pulang." ujar Gilang tanpa menjawab pertanyaan Amira."Kenapa Bunda sering ninggalin Amira?" Gadis kecil itu mulai terisak."Bunda akan usahakan pulang nanti malam," bujuk Risa."Jadi anak yang manis," Gilang mengecup pucuk kepala Amira dengan lembut.Amira hanya menganggukkan kepalanya, lalu mencium pipi Gilang dan mencium pipi Risa bergantian. Risa mendekatkan wajahnya, dan mencium pipi kiri Amira, bersamaan dengan Gilang mencium pipi kanan Amira."Ooowwwhh ... co cwiitt ..." Gio bertepuk tangan menyaksikan pemandangan itu.Gilang segera berdiri seraya menggenggam tangan Risa, lalu berjala