"Aku tidak bermaksud begitu," lirih Risa.Betapa sakit hatinya saat Gilang terang-terangan mengatakan tentang perempuan yang dicintainya. Risa tahu bahwa pernikahan mereka hanyalah sebatas status, tapi tetap saja sakit hati mendapati kenyataan hidupnya saat ini."Maafin aku, Mega." Gilang mengusap kasar wajahnya dan larut dalam lamunan saat Mega memintanya untuk menjaga Amira."Orang tua Amira." Suara dokter membuyarkan lamunan Gilang dan Risa. Mereka berdua segera menemui dokter tersebut bersama-sama."Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Wajah Gilang begitu cemas saat bertanya pada dokter."Amira hanya mengalami demam panas tinggi. Dia hanya butuh istirahat total dan tidak terus teringat pada masa lalu," sahut dokter menatap Gilang dan Risa dengan seksama."Masa lalu?" Gilang bergumam."Benar, sepertinya Amira memiliki masa lalu yang menyedihkan.""Lalu, apa Amira harus dirawat?""Tidak perlu. Kami akan memberikan obat penurun panas yang harus segera Amira minum jika sudah terisi p
"Ayah kok ngomong kasar gitu sih sama Bunda?" Amira yang melihat ayahnya berbicara sedikit kasar kepada Risa langsung mendelik. Gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya karena dia memang tidak suka jika sampai bundanya dimarahi oleh ayahnya. Sejak kecil Amira memang tidak pernah melihat ayahnya memarahi sang Bunda, jadi tidak heran jika Amira sangat marah melihat kali ini ayahnya memarahi bundanya, apalagi sambil melotot seperti yang dilakukan oleh ayahnya sekarang. "Tapi kamu kan nggak mau minum obat? Terus Bunda memaksa. Tentu saja ayah marah." Gilang menoleh ke arah Risa yang sudah tertunduk. Gadis itu berusaha meredam kesedihannya karena dibentak oleh Gilang. "Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Amira. Aku hanya ingin Amira sembuh. Aku hanya tidak ingin jika sampai Amira sakit." Risa menjawab lirih kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela ke arah beberapa sepeda motor yang berlalu lalang di samping mobil mereka. "Amira mau kok minum obatnya." Amira tiba-tiba b
Matahari mulai naik ke permukaan bumi. Sinarnya menerobos hingga ventilasi jendela dan menyilaukan mata Risa yang masih tertidur dengan pulas sambil memeluk Amira dengan erat.Perempuan berambut panjang itu segera menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan Amira sambil mengingat Siapa yang telah menyelimuti mereka."Sampai saat ini aku bahkan tidak tahu bagaimana kepribadianmu yang terkadang manis kepadaku, tapi terkadang juga sangat keras." Risa bergumam seorang diri sambil mengenangkan Bagaimana sikap Gilang yang sering berubah-rubah kepadanya.Gadis itu segera turun dari ranjang dan mencari Mbak Asih untuk meminta baby sitter Amira agar menjaga Amira, karena dia ingin segera menyiapkan pakaian Gilang yang akan berangkat ke kantor pagi ini.Risa kembali masuk ke dalam kamarnya dan segera mencari pakaian Gilang. Gadis itu merasa lega karena ternyata Gilang belum selesai mandi, sehingga dia pun meletakkan pakaian kantor Gilang di atas ranjang."Semoga kali ini dia mau memakai pakaian
Wajah Risa merona terkena hembusan napas Gilang di telinganya. Perempuan itu seketika menarik diri dan hendak meninggalkan Gilang begitu saja, tapi Gilang kembali menahan tangannya dan memutar tubuh gadis itu hingga mereka kembali berhadapan. "Kenapa mau pergi?" Gilang sedikit mendelik ke arah Risa. "Karena aku pikir kakak tidak membutuhkan bantuanku." "Siapa yang bilang begitu?" "Aku hanya merasa saja." "Ayo lakukan!" "Hah?" Ckkk Gilang berdecak kesal karena Risa yang tiba-tiba bengong dan seperti tidak tahu harus melakukan apa-apa, padahal jelas-jelas perempuan itu tadi menawarkan diri untuk memperbaiki dasinya. "Kan tadi kamu sendiri yang bilang kalau kamu ingin memperbaiki dasiku. Lalu kenapa sekarang kamu malah mau pergi?" Gilang menggeleng perlahan seakan tidak tahu apa sebenarnya yang berada di dalam pikiran Risa. "Aku ...." "Aku sudah terlambat, Risa. Tak bisakah kamu lebih cepat merapikan dasiku?" Gilang sedikit berseru kepada Risa, membuat perempuan itu bergerak de
Risa mengantarkan Gilang sampai ke pintu gerbang rumah dan dia pun mencium punggung tangan Gilang dengan takzim.Tanpa disangka Gilang pun mencium kening Risa dengan mesra seperti layaknya sepasang suami istri yang menikah karena cinta. Hal itu tentu saja membuat Gio yang berada di sana seketika menutup mata dan sedikit menyenggol Gilang karena dia merasa kakaknya seharusnya berlaku sopan kepada yang lebih muda."Udah tahu adiknya masih di sini. Masih juga main sosor. Dasar Kakak nggak ada akhlak." Dia menggerutu sambil masuk ke dalam mobil dan menunggu Gilang masuk ke dalam mobil setelah dia melihat Risa melambaikan tangan pada kakaknya itu."Nanti jam 09.00 pagi Pak Sapto akan mengantarkanmu ke tempat Vani. Kita akan ada acara penting nanti malam." Gilang berbisik kepada Risa yang langsung disambut anggukan oleh perempuan itu.Risa kembali masuk ke dalam rumah untuk menghampiri Amira yang masih asyik menikmati sarapan paginya. Gadis itu merasa lega karena sekarang Amira sudah sembuh
"Pokoknya kamu ikuti saja instruksi dariku dan kamu ikuti juga apa yang aku pesankan kepadamu nanti." Vani berkata sambil terus melatih Risa agar Gadis itu tidak gugup ketika nanti sedang berada di tengah-tengah relasi bisnis Gilang.Risa mulai belajar cara memegang sendok dan garpu, cara memegang pisau kecil untuk memotong steak, dan cara duduk dengan hormat di sebuah meja makan. Selain itu Risa juga diajarkan bagaimana caranya bersikap di depan orang jika suatu saat ada orang yang membully dia atau menghina dia pada acara tersebut."Ingat satu hal. Jangan sampai kamu termakan omongan orang yang membully kamu sehingga kamu memperlihatkan sisi buruk di hadapan orang lain. Hadapi orang itu dengan sikap elegan dan dengan tatapan yang tajam sehingga dia merasa bahwa kamu bukanlah orang sembarangan." Vani berkata sambil memperbaiki posisi tubuh Risa jika berhadapan dengan orang lain."Begitupun dengan bersalaman. Jangan biarkan tanganmu menggantung begitu lama jika ada orang yang tidak ma
"Asiap, Bos." Lelaki setengah perempuan itu segera membawa Risa masuk ke dalam sebuah ruangan yang membuat Risa semakin terpukau.Tentu saja Risa terpukau melihat ruangan yang mana di dalamnya begitu elegan dengan berbagai aneka perawatan kecantikan. Lelaki yang dipanggil Mona oleh Gilang mengajak beberapa asistennya untuk segera mengeksekusi Risa. Mereka meminta Risa untuk membuka pakaiannya dan memakai kain yang mereka berikan, lalu melulur seluruh tubuh Risa hingga benar-benar bersih sempurna. Tak lupa pula mereka juga membersihkan rambut Risa dan membuatnya jauh lebih segar. Risa benar-benar merasa seperti seorang perempuan yang tengah dilayani oleh dayang-dayang kerajaan. Dia hanya mengikuti apapun instruksi yang diberikan oleh para orang-orang suruhan Gilang Karena orang-orang itu mengatakan bahwa Risa akan mereka jadikan ratu malam ini.Cukup lama Risa didandani di ruangan tersebut. Sekarang perempuan itu sudah di oles dengan make up natural tapi elegan yang membuat Risa send
Risa tak bisa berkutik mendengar perkataan Gilang. Perempuan itu memutuskan untuk mengikuti saja apa yang diinginkan oleh suaminya karena dia tahu suaminya memang tidak suka dibantah.Risa yang sudah dipasangkan sepatu oleh Gilang segera dibawa oleh lelaki itu menuju sebuah mobil yang sudah menunggu di halaman butik. Mereka segera menuju sebuah hotel bintang 5 di mana sebuah acara besar akan digelar untuk menyambut kedatangan Risa dan Gilang.Setelah sampai di depan hotel berbintang 5, Risa menahan napasnya sesaat. Apalagi ketika dia melihat ada banyak tamu yang berpakaian mewah dan sepertinya mereka adalah orang-orang yang berasal dari kalangan atas."Kak, Bagaimana kalau nanti mereka mengetahui tentang pernikahan kita yang terjadi karena aku yang dijual oleh Tante Tika?" Risa bertanya kepada Gilang sambil tertunduk.Tak bisa Risa bayangkan bagaimana nanti orang-orang akan menghina Gilang ketika tahu bahwa pernikahan Risa dan Gilang dikarenakan Gilang yang membeli Risa di Facebook."