Saat ini Sara sedang mempelajari materinya, begitupula dengan Fitri. Tapi gadis itu terlihat kesulitan. Sara sempat melihat itu tapi dia menghiraukannya, dia heran dengan gadis itu yang memiliki gengsi tinggi. Tak lama Bryan mengetuk pintu ruangan mereka dan mereka langsung bersiap, setelah makan siang mereka akan pergi ke perusahaan lain untuk bertemu dengan klien lain. Mereka naik mobil Bryan menuju ke arah restoran Jepang, sepanjang jalan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak memakan waktu satu jam, mereka sampai di restoran Jepang. Mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam. Sara dan Erham turun duluan karena mereka yang mereservasi tempatnya, Fitri ada di samping Bryan. Gadis itu berusaha untuk caper pada Bryan tapi pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, membuat Fitri mendengus. Mereka duduk di ruangan dan Sara sibuk melihat-lihat materi lagi, gadis itu terlihat sangat gugup. Ia memutuskan untuk melihat materinya kembali sambil menunggu.Tak lama pintu d
Fitri sudah pulang duluan, sedangkan gadis itu belum pulang. Dia harus lembur karena laporannya yang hilang. Sara tentu saja dimarahi oleh Bryan, meski pemuda itu tidak menaikkan suaranya, gadis itu sukses ketakutan. Selain Sara masih ada Bryan di kantor, saat dia keluar dari ruangannya. Bryan melihat lampu ruangan gadis itu yang masih menyala, langsung ia menuju ke arah ruangan gadis itu. Dia mengetuk pintu ruangan gadis itu lalu masuk ke dalam, terlihat Sara yang sedang duduk depan laptop dengan wajah sembab habis menangis. "Pulang, saya tidak menyuruh kamu lembur" sahutnya dingin sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Sara hanya mengangguk saja dan Bryan mengantar gadis itu pulang.****Keesokan harinyaSebelum ke ruangannya, Bryan menuju ke ruangan Sara terlebih dulu. Dia menaruh minuman di atas meja gadis itu dan sedikit menutupinya dengan dokumen-dokumen yang ada di sana. Tak lupa dia menempelkan note pada layar komputer gadis itu, setelah itu dia kembali ke ruanga
"Anda yakin ingin mengadopsinya?" tanya wanita di depannya yang masih terlihat cantik dan bugar diusianya yang sudah menginjak kepala 4.Jeno mengangguk sambil menaruh gelas berisi teh itu ke atas meja, "Iya, saya yakin dan istri saya setuju," sahutnya santai. Wanita itu mengangguk bahkan tersenyum, "Terimakasih," sahutnya sambil meneteskan air matanya. Jeno yang melihat itu tersenyum sambil mengangguk dia memberikan sapu tangannya pada beliau. Beliau hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih, "Saya sungguh berterimakasih pada anda yang sudah mau mengadopsi Roni, setelah anda mengadopsinya saya harap anda bisa mengganti namanya agar dia bisa membuka lembaran baru," sahutnya sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan pria tampan itu. Jeno mengangguk, "Berapa usia anak itu?""11 tahun," "Oh beda 3 tahun dengan Bryan,"Beliau mengerutkan keningnya, "Bryan berusia 8 tahun? Saya kira dia masih berusia s
Setelah selesai mandi, Roni turun ke bawah, dia tadi tertidur selama beberapa menit saja dan baru kali ini dia merasa tidurnya nyenyak. Dia melihat kedua orang tua angkatnya sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi. Ditengah mereka ada Bryan yang terlihat berceloteh sambil memakan coklat, mulutnya terlihat penuh dengan coklat. Membuat anak itu tersenyum gemas, "Oh kamu udah bangun?" tanya sang ibu, saat dia tak sengaja melihat ke arah tangga. Wanita itu langsung bangun dan menghampiri anak itu, Roni mengangguk sambil tersenyum. "Ayo makan dulu Nak, Mamah temenin. Kita udah makan duluan tadi, Mamah ga tega mau bangunin kamu," sahutnya sambil mengajak anak itu ke dapur. Roni mengintili sang ibu di belakang tanpa suara, dia melihat ke arah Bryan dan Jeno. Jeno terlihat tersenyum hangat pada anak itu sedangkan Bryan sibuk dengan acara televisi yang menayangkan film kartun. Roni membalas senyuman pria tampan itu sambil berjalan, lalu Clarisa mengambil piring beserta
Keesokan harinyaSaat ini Bryan sedang ada di rumah sakit, pemuda itu ingin menjenguk sang adik yang masih terbaring koma. Bryan terlihat tersenyum tampan dengan tatapan yang lembut, ia terus mengajak sang adik bicara sambil menyeka tubuhnya.Pemuda itu percaya kalau adiknya akan bangun, dia akan mengamuk kalau dokter bilang sudah saatnya alat bantu gadis itu dilepas karena sudah 5 tahun dia bertahan dengan alat bantu kehidupannya. Kondisinya naik turun, kadang membaik kadang drop. Saat kondisi sang adik drop pemuda itu akan langsung pergi ke rumah sakit meninggalkan rapat penting. Bryan sangat merasa bersalah karena sudah mengabaikan sang adik, dan sibuk dengan pekerjaannya. Karena hubungan Bryan dan Fanya ini memang sangat dekat.Setelah mengobrol beberapa menit dengan sang adik, dia mengecup kening sang adik dan pergi dari sana karena dia harus pergi ke kantor. ****Sara duluan sampai kantor dan suasana kantor masih sepi, dia berangkat terlalu pagi karena ada urusan. Setelah s
Setelah sampai di kantor, Sara langsung meminta bantuan OB untuk menata makanan dan minuman yang mereka bawa ke ruang rapat. Dia harus siap-siap dan Bryan sudah pergi duluan ke ruangannya untuk siap-siap. Haikal, asisten Bryan yang lain yang akan membantu OB menata makanan dan minuman yang gadis itu dan Bryan bawa. Sara langsung menuju ke ruangannya, dia memang mengantongi flashdisk yang berisikan bahan-bahan untuk meetingnya. Dan Fitri yang mencetaknya, kalau gadis itu melakukan kesalahan dia sudah memiliki rencana B. Dia sadar kalau gadis itu tidak mau tersaingi olehnya. Sara sudah sampai di ruangannya, dia langsung mengambil blezernya dan merapikan penampilannya. Fitri sudah siap dan terlihat gadis itu sudah memeluk dokumen yang sepertinya akan menjadi bahan presentasi nanti. Setelah semua siap, mereka berdua keluar dari ruangan dan Sara menghampiri ruangan Bryan. Sedangkan Fitri langsung menuju ke arah lift, dia harus menyambut para klien. Kedua pemuda tampan alia
Sejak tadi Sara tak hentinya bolak-balik ke kamar mandi membuat Fitri risih sendiri dengan gadis itu. "Kamu kenapa sih? Bisa diem sebentar? Kamu bikin saya ga fokus kerja," sahutnya sinis.Dia memang tidak bisa bekerja karena gadis itu yang bolak-balik kamar mandi dan merasa terganggu dengan suara decitan kursi Sara. Sara hanya diam saja, keringatnya terlihat bercucuran sebesar biji jagung. Wajahnya juga pucat. Perutnya seperti diaduk-aduk, dia rasa saat tadi makan siang tidak makan yang aneh-aneh. Sampai Erham kebetulan ke ruangan sekretaris untuk menjenguk keduanya dan mengantarkan dokumen ke sana. Baru saja Erham ingin menanyakan keadaan gadis itu, Sara sudah pingsan duluan membuat pemuda itu panik. Fitri diam saja, bahkan dia terlihat senang saat tau gadis itu pingsan. Gadis itu langsung dibawa ke ruang kesehatan dan ditangani oleh dokter yang bertugas di sana setelah sampai. "Dia kenapa?" "Saya tidak tau, saat saya akan menanyakan keadaannya dia sudah pingsan," sah
Bryan saat ini sedang ada di minimarket dekat rumah sakit, dia belum pulang karena Ibu gadis itu belum datang. Kalau sampai nanti jam 6 sore beliau belum juga datang, terpaksa dia meninggalkan gadis itu sendirian di rumah sakit. Sara akan dirawat di sana selama 3 hari, kalau kondisinya sudah bagus gadis itu bisa pulang lusa. Seperti diagnosa sahabatnya, gadis itu diare karena makan makanan basi dan dia kekurangan cairan karena terus bolak-balik kamar mandi. Pemuda itu mengambil mie cup, keju slise dan minuman soda dalam bentuk kaleng. Setelah bayar dia makan di depan minimarket dengan tenang. Sambil memainkan ponselnya, saat sedang asik makan. Dia diberitahu oleh Sara kalau ibunya sudah datang. Pemuda itu hanya membaca pesan gadis itu dan makan dengan cepat, dia ingin segera pulang karena lelah dan badannya terasa lengket. Setelah selesai makan, pemuda itu menuju kembali ke rumah sakit, untuk mengambil tas kerjanya serta jas kerjanya ada di atas sofa tadi sekalian pamit pu