Seorang gadis cantik sedang menunggu gelisah di kursi dekat sebuah ruangan yang bertuliskan HRD.
Tak lama namanya dipanggil, dia menghela nafas panjang untuk menetralkan kegugupannya lalu merapihkan pakaiannya.Lalu masuk ke dalam dan duduk di depan seorang pria tampan, gadis cantik itu sempat terpesona sesaat.Sayangnya di tangannya sudah terpasang cincin pernikahan.Pria itu tersenyum pada gadis itu, gadis itu hanya tersenyum singkat saja karena dia sungguh gugup saat ini."Santai saja, saya tidak galak. Bisa dimulai?" tanya pria itu, gadis cantik itu mengangguk."Sara Ishaq, nama yang bagus kamu ada keturunan arab?""Tidak Pak, Papah asli Palembang Mamah asli Banjarmasin," sahutnya sambil mengepal tangannya di atas roknyaSara, nama gadis cantik itu masih terlihat gugup dan masih berusaha untuk mencoba merilekskan tubuhnya, pria itu mengangguk."Panggil saja saya Reno, kamu sudah pernah kerja sebelumnya?"Sara mengangguk, dia menceritakan pengalaman bekerjanya pada Reno. Pria itu menganggukkan kepalanya.Wawancara berjalan dengan lancar, untungnya kali ini Sara lulus tes masuk makanya bisa ke tahap wawancara.Setelah selesai wawancara yang ternyata memakan waktu 25 menit dia keluar dengan helaan nafas panjang dan memegang jantungnya."Gimana lancar?" tanya Rina si gadis berhijab. Sara mengangguk."Kamu kapan dipanggil?" Rina mengedikkan bahunya, gadis itu melamar dibagian administrasi."Mungkin sebentar lagi,""Aku duluan ya," Rina mengangguk dan gadis itu pergi dari sana.****"Gimana wawancaranya tadi, lancar?" tanya Gabriella sambil menuang air ke dalam gelas.Sara menganggukkan kepalanya. Bella, nama panggilan gadis itu menganggukkan kepalanya sambil minum, "Ya baguslah semoga keterima, aku kasian sama kamu yang dari kemarin sibuk mencari lowongan pekerjaan. Kamunya juga ga mau ikut aku atau dengerin apa kata Ayah kamu"Gadis cantik itu sahabat karib Sara sejak kuliah semester 4, dan saat ini Sara sedang ada di apartemen Bella.Dia tidak mau ikut Bella karena sang sahabat bekerja di Bar menjadi Bartender, tidak ada salahnya dengan pekerjaan itu. Sara hanya ingin bekerja di tempat lain."Kak, sudah aku bilang, kasian Ayah kalau harus kasih modal. Kita aja makan pas-pasan untung Sintya susah dapat pekerjaan, seenggaknya bebanku sedikit berkurang," sahutnya santai.Sara menoleh ke arah sang sahabat lalu menghampiri sahabatnya yang sedang minum minuman bersoda.Sara mengambil gelas sang sahabat lalu meminumnya, setelah itu menuju ke arah kulkas untuk mengambil es krim.Tak lama mereka terkejut karena mendengar suara ponsel Sara, gadis itu langsung menghampiri meja dan mengambil ponselnya.Dan langsung mengangkatnya sambil memegang dadanya gugup, HRD tempat dia wawancara tadi menghubunginya.Wajah gadis itu langsung berubah sumringah sambil menoleh ke arah Bella, dia menggigit bibirnya dan bilang kalau dia keterima tanpa suara.Bella tentu saja senang mendengar kabar baik itu, "Terima kasih banyak Pak," sahutnya sambil menggigit jempolnya.[Jangan lupa besok kamu harus sudah sampai di Kantor jam 7 pagi ya, karena kamu harus ketemu dengan Pak Bryan]"Siap laksanakan lah pokoknya Pak" sahutnya terlalu excited.****"Kenapa bisa keuangan bulan ini menurun? Kalian mau korupsi uang perusahaan?" tanya pemuda itu datar pada kedua karyawan di depannya.Karyawan wanita terlihat menundukkan kepalanya sambil memainkan jarinya sedangkan karyawan laki-laki hanya diam saja tidak berani menatap wajah datar dan dingin sang bos."Apa wajah saya di bawah" tanyanya lagi.Meski pemuda itu tidak menaikkan nadanya saat marah, mereka tetap takut karena aura gelap yang mengelilingi pemuda tampan itu."Jawab pertanyaan saya Resa" sahutnya sambil menatap ke arah Resa, karyawan wanita yang terlihat hampir menangis."Bapak sendiri yang memerintahkan Pak Prabu menggunakan uang Perusahaan untuk mendanai Rumah Sehat yang ada di Kalimantan" sahutnya sambil meremas kedua tangannya dan menatap wajah datar Bryan.Bryan, nama pemuda tampan itu mengerutkan keningnya bingung setelah mendengar ucapan Resa."Saya tidak pernah memerintah Pak Prabu untuk mendanai Rumah Sehat itu, kalian tau sendiri kalau saya menolak mendanai mereka" sahutnya sambil memijat keningnya.Prabu, kepala keuangan di perusahaannya ini memang terkadang melakukan sesuatu seenaknya tanpa persetujuannya belakangan ini."Habis makan siang nanti panggil Pak Prabu ke ruangan rapat, kalian harus ikut ada yang ingin saya bicarakan" sahutnya mutlak.Kedua karyawan itu memutuskan untuk pamit undur diri dari ruangan Bryan. Bryan terlihat memijat keningnya dan melonggarkan dasi yang mencekiknya.Dia menghela nafas panjang dan kembali membuka dokumen yang belum sempat dia periksa.Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang membuat pemuda tampan dan dingin itu menoleh ke arah pintu.Bryan menyerukan masuk untuk si pengetuk, tak lama pintu terbuka masuklah seorang pria tampan menuju ke arah nya dengan sebuah map di tangannya."Ini biodata calon Sekretaris yang akan bekerja besok," sahut Reno di pengetuk. Sambil memberikan map biru kepada Bryan.Bryan menerimanya, lalu dia membuka map itu dan membaca isinya."Baiklah, terima kasih. Ini sesuai dengan kriteria saya. Sudah kamu beritahu tau kalau besok dia harus datang jam 7? Saya tidak ingin menoleransi karyawan yang datang telat kecuali keadaan mendesak," sahutnya menatap dingin pria tampan di depannya.Reno menganggukkan kepalanya. Bryan menutup map nya dan menaruhnya di laci, Reno pamit undur diri.Bryan menganggukkan kepalanya, setelah melihat pria itu keluar dari ruangannya Bryan kembali mengambil map itu dan membukanya.Lalu menatap foto gadis cantik yang akan menjadi sekretarisnya dengan tatapan yang sulit diartikan.Setelah beberapa detik menatap wajah gadis cantik itu dia kembali menutupnya dan menaruhnya ke dalam laci."Aku ragu kalau gadis itu adalah 'Dia' sebelum aku bisa melihat mukanya secara langsung," sahutnya sambil melihat ke arah laci tempat dia menyimpan map milik Sara.Sara sudah siap dengan pakaian formalnya, dia bahkan sudah siap sejak jam setengah 6 pagi karena tidak ingin telat, selain itu dia juga mengejar jadwal angkutan umum deket rumahnya. Setelah bersih-bersih dan sarapan Sara melihat ke arah arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 pagi, dia memutuskan untuk segera berangkat. Beruntungnya gadis berwajah arab itu mendapat bis dan pagi ini bis cukup sepi, sambil menunggu bis sampai tujuan ia mengambil headset dan memakai sebelah saja untuk mendengarkan musik dari ponselnya. Sampai ada seorang pemuda dengan pakaian casualnya meminta izin pada gadis itu untuk duduk di sampingnya. Sara melihat ke sekeliling dan baru sadar kalau bangku sudah penuh, hanya tersisa bangku di sampingnya yang kosong. Gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum membiarkan pemuda tampan itu duduk di sampingnya, sepertinya dia masih kuliah. "Terima kasih Mbak," sahutnya, Sara hanya tersenyum. "Masnya kerja di mana?" tanyanya basa-basi. "Saya masih kuliah Mbak, sudah
Setelah jam makan siang Bryan akan meeting dengan klien dari Dubai di restoran China. Perusahaan yang Bryan kelola bergerak di bidang Textile dan sudah ada beberapa cabang di Indonesia dan di Dubai. Perusahaan yang Bryan pegang itu sebenarnya cabang perusahaan dari perusahaan sang ayah dan pamannya. Bisa dibilang perusahaan turun temurun, kakeknya merintis perusahaan ini benar-benar dari nol sampai bisa sukses seperti sekarang. Sayangnya sang ibu meninggal saat Bryan pertama kali menjalankan cabang perusahaannya. Kembali ke cerita, Bryan sedang berkutat dengan dokumen di tangannya. Tak lama ia berhenti sejenak karena merasakan tubuhnya yang tidak enak. Dia langsung menghubungi Sekretarisnya dan memintanya untuk ke ruangannya, tak lama Sara datang dan saat ini berdiri di depan pemuda tampan itu yang terlihat sedikit pucat. "Bapak baik-baik saja? Wajah Bapak sedikit pucat," sahutnya dengan nada yang khawatir. Bryan hanya diam saja sambil memejamkan matanya karena pusing. "Tolon
Saat ini Sara sedang ada di toilet untuk membenarkan penampilannya. Jujur saja dia sangat gugup hari ini karena dia akan bertemu dengan klien dari luar negri. "Huh, semangat. Jangan sampai keluar, nyari pekerjaan susah apalagi nyari jodoh," sahutnya sambil menghela nafas panjang. Setelah selesai merapihkan penampilannya, Sara keluar dari toilet menuju ke arah tempat bos tampannya berada. Saat sedang berjalan menuju ke arah ruangan tempat Bryan dan cliennya berada, ada seseorang yang menyeretnya menuju ke arah gudang belakang. Seseorang itu memakai topi, masker dan jaket yang tudungnya dia naikkan untuk menutupi topi dan kepalanya. Seseorang itu mencekik Sara cukup kuat, Sara tentu saja memberontak dan berusaha untuk melepaskan cekikan seseorang itu. "Bisa-bisanya kau hidup dengan baik setelah merenggut nyawa Fanya" sahutnya, terlihat rahangnya mengeras karena marah. Sara tidak bisa berkata-kata apa-apa karena dia kesulitan bernafas. tangannya berusaha untuk melepaskan cekikan
Keesokan harinya "Kamu ngapain masih di sini? Ini sudah masuk jam Kantor," sahut pemuda itu saat dia melihat Sara sedang kebingungan di pinggir jalan. Sontak gadis itu terkejut dan langsung menoleh ke samping, terlihat bos tampannya dengan wajah dinginnya itu. "Ck, heran itu wajah apa kulkas, dingin banget" lirihnya memalingkan wajahnya sejenak lalu dia menoleh kembali ke arah sang bos dengan kikuk. "Saya ketinggalan Bis Pak Bos, sekarang sedang cari angkutan umum," sahutnya santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Bryan sempat terdiam sejenak dan dia memberi isyarat gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Sara tentu bingung dengan gelagat aneh bosnya itu. Membuat Bryan berdecak sebal. "Masuk, mau sampai kapan kamu di sini? Ingat, saya tidak suka kalau ada karyawan telat masuk Kantor. Untuk kasus kamu hari ini, saya beri keringanan," sahutnya santai tetap dengan tatapan datarnya. Ingin Sara mengumpat tapi dia harus sabar, "Ngomong dong Pak, kan saya ga p
"Itu leher kamu kenapa?" tanya Tiara khawatir. "Kemarin tiba-tiba ada orang aneh yang langsung mencekik aku terus bilang, aku masih bisa hidup baik-baik saja setelah menghilangkan nyawa Fanya, Fanya anaknya siapa aku aja ga tau" sahutnya santai. Tiara yang mendengar itu langsung terdiam, Sara yang melihat Tiara diam saja mengerutkan keningnya. Baru saja dia akan mengeluarkan suara, Sara mendapatkan notifikasi Wa dari atasannya. Bryan tau kalau ada Tiara di sana, dan dia membiarkannya saja karena yang dia lihat gadis itu tetap bekerja dan sepertinya Tiara membantu pekerjaan gadis itu. "Beb, aku ke ruangan Pak Bos dulu ya, kenapa aku takut ya? Apa aku mau diomelin lagi," sahutnya sambil menyimpan file-filenya terlebih dulu. "Tolong liatin dan cek apa sudah disimpan atau belum file-filenya aku takut lupa" sahutnya sebelum membuka pintu. Tiara menganggukkan kepalanya dan gadis itu keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Bryan. "Ada apa ya Pak?" tanya gadis itu setelah menutup
Seorang gadis cantik turun dari taksi, dia sempat merapihkan penampilan sejenak lalu masuk ke dalam lobi perusahaannya. Saat masuk ke dalam lobi dia agak bingung karena ramai sekali orang di sana. Sampai dia melihat temannya yang menuju ke arahnya sambil memainkan ponselnya. Langsung saja Sara menghalangi gadis itu membuat gadis itu terkejut, "Eh Titi, kok rame sih? Ada apa?" "Pak Bryan buka loker buat Sekretaris dan mereka kandidatnya," sahut gadis itu santai, karena dia ada urusan dan dia terburu-buru dia langsung pamit pada gadis itu dan pergi keluar perusahaan. Gadis itu masuk ke dalam, saat dia akan menekan lift ada seseorang yang berdehem padanya membuat gadis itu terkejut. Saat Sara menoleh ke samping dia hanya tersenyum sambil menggaruk kepala bagian belakangnya saja saat melihat pemuda tampan yang sudah melipat tangannya di depan dadanya. "Alasan kali ini apa lagi" sahutnya datar. "Saya ga ada alasan, Bapak sendiri yang meminta saya menemui klien dulu sebelum sampa
Seorang anak remaja dengan baju yang sedikit tercabik dan tubuhnya yang terlihat sangat kurus duduk meringkuk dengan tubuh yang sedikit gemetar. Dia duduk meringkuk dekat bangku taman yang ada di pojok, terlihat banyak anak-anak seusianya dan lebih kecil darinya bermain di sana menghiraukan anak remaja itu. Sampai dia merasakan ada yang mendekat bahkan berdiri di depannya membuat anak laki-laki itu mengangkat kepalanya. Dia menoleh ke atas dengan tatapan kosong dan lelehan air mata di pipinya, ada anak laki-laki tampan yang sepertinya usia anak itu di bawahnya. Anak itu tersenyum manis dan terlihat gigi sampingnya yang ompong.Anak manis itu menyodorkan tangan sebelah kanannya ke arahnya, ia hanya menatap kosong ke arah tangan mungil itu. Karena anak laki-laki itu pegal menyodorkan sebelah tangannya ke arah anak remaja di depannya dan ia tidak menyambut sebelah tangan mungilnya.Anak manis itu berdecak lucu lalu mampoutkan bibirnya kesal, "Tata ga mau bangun? Pegal tau," sahutnya
Keesokan harinya Sara datang tepat waktu sampai di kantor dan dia langsung ke ruangannya, gadis itu ingin tidur sebentar karena dia sangat mengantuk. Tubuhnya juga sedang tidak begitu fit karena sedang datang bulan, Erham ada di sana mereka saling menyapa dan gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Erham yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Kamu sakit?" tanya pemuda itu, dia sedang membereskan barang-barangnya. Mulai hari ini dia akan kembali ke ruangannya dan gadis itu akan dibantu oleh sekretaris baru. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, saya sedang datang bulan Kak jadi kayak gini," sahutnya agak lesu. "Kalau sakit seharusnya jangan masuk," Gadis itu hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda itu, "Pengennya libur tapi kerjaan lagi banyak,""Tiap hari juga banyak pekerjaan kamu banyak" "Betul juga ya" sahutnya sambil cekikikan. Erham hanya menggelengkan kepalanya lalu dia pamit undur diri, pemuda itu bilang pada Sara kalau sekretaris yang baru a