Share

Terpikat Pesona Tuan Eksekutif
Terpikat Pesona Tuan Eksekutif
Author: Gina Sofiany

Pencarian Sekretaris Baru

Seorang gadis cantik sedang menunggu gelisah di kursi dekat sebuah ruangan yang bertuliskan HRD.

Tak lama namanya dipanggil, dia menghela nafas panjang untuk menetralkan kegugupannya lalu merapihkan pakaiannya.

Lalu masuk ke dalam dan duduk di depan seorang pria tampan, gadis cantik itu sempat terpesona sesaat.

Sayangnya di tangannya sudah terpasang cincin pernikahan.

Pria itu tersenyum pada gadis itu, gadis itu hanya tersenyum singkat saja karena dia sungguh gugup saat ini.

"Santai saja, saya tidak galak. Bisa dimulai?" tanya pria itu, gadis cantik itu mengangguk.

"Sara Ishaq, nama yang bagus kamu ada keturunan arab?"

"Tidak Pak, Papah asli Palembang Mamah asli Banjarmasin," sahutnya sambil mengepal tangannya di atas roknya

Sara, nama gadis cantik itu masih terlihat gugup dan masih berusaha untuk mencoba merilekskan tubuhnya, pria itu mengangguk.

"Panggil saja saya Reno, kamu sudah pernah kerja sebelumnya?"

Sara mengangguk, dia menceritakan pengalaman bekerjanya pada Reno. Pria itu menganggukkan kepalanya.

Wawancara berjalan dengan lancar, untungnya kali ini Sara lulus tes masuk makanya bisa ke tahap wawancara.

Setelah selesai wawancara yang ternyata memakan waktu 25 menit dia keluar dengan helaan nafas panjang dan memegang jantungnya.

"Gimana lancar?" tanya Rina si gadis berhijab. Sara mengangguk.

"Kamu kapan dipanggil?" Rina mengedikkan bahunya, gadis itu melamar dibagian administrasi.

"Mungkin sebentar lagi,"

"Aku duluan ya," Rina mengangguk dan gadis itu pergi dari sana.

****

"Gimana wawancaranya tadi, lancar?" tanya Gabriella sambil menuang air ke dalam gelas.

Sara menganggukkan kepalanya. Bella, nama panggilan gadis itu menganggukkan kepalanya sambil minum, "Ya baguslah semoga keterima, aku kasian sama kamu yang dari kemarin sibuk mencari lowongan pekerjaan. Kamunya juga ga mau ikut aku atau dengerin apa kata Ayah kamu"

Gadis cantik itu sahabat karib Sara sejak kuliah semester 4, dan saat ini Sara sedang ada di apartemen Bella.

Dia tidak mau ikut Bella karena sang sahabat bekerja di Bar menjadi Bartender, tidak ada salahnya dengan pekerjaan itu. Sara hanya ingin bekerja di tempat lain.

"Kak, sudah aku bilang, kasian Ayah kalau harus kasih modal. Kita aja makan pas-pasan untung Sintya susah dapat pekerjaan, seenggaknya bebanku sedikit berkurang," sahutnya santai.

Sara menoleh ke arah sang sahabat lalu menghampiri sahabatnya yang sedang minum minuman bersoda.

Sara mengambil gelas sang sahabat lalu meminumnya, setelah itu menuju ke arah kulkas untuk mengambil es krim.

Tak lama mereka terkejut karena mendengar suara ponsel Sara, gadis itu langsung menghampiri meja dan mengambil ponselnya.

Dan langsung mengangkatnya sambil memegang dadanya gugup, HRD tempat dia wawancara tadi menghubunginya.

Wajah gadis itu langsung berubah sumringah sambil menoleh ke arah Bella, dia menggigit bibirnya dan bilang kalau dia keterima tanpa suara.

Bella tentu saja senang mendengar kabar baik itu, "Terima kasih banyak Pak," sahutnya sambil menggigit jempolnya.

[Jangan lupa besok kamu harus sudah sampai di Kantor jam 7 pagi ya, karena kamu harus ketemu dengan Pak Bryan]

"Siap laksanakan lah pokoknya Pak" sahutnya terlalu excited.

****

"Kenapa bisa keuangan bulan ini menurun? Kalian mau korupsi uang perusahaan?" tanya pemuda itu datar pada kedua karyawan di depannya.

Karyawan wanita terlihat menundukkan kepalanya sambil memainkan jarinya sedangkan karyawan laki-laki hanya diam saja tidak berani menatap wajah datar dan dingin sang bos.

"Apa wajah saya di bawah" tanyanya lagi.

Meski pemuda itu tidak menaikkan nadanya saat marah, mereka tetap takut karena aura gelap yang mengelilingi pemuda tampan itu.

"Jawab pertanyaan saya Resa" sahutnya sambil menatap ke arah Resa, karyawan wanita yang terlihat hampir menangis.

"Bapak sendiri yang memerintahkan Pak Prabu menggunakan uang Perusahaan untuk mendanai Rumah Sehat yang ada di Kalimantan" sahutnya sambil meremas kedua tangannya dan menatap wajah datar Bryan.

Bryan, nama pemuda tampan itu mengerutkan keningnya bingung setelah mendengar ucapan Resa.

"Saya tidak pernah memerintah Pak Prabu untuk mendanai Rumah Sehat itu, kalian tau sendiri kalau saya menolak mendanai mereka" sahutnya sambil memijat keningnya.

Prabu, kepala keuangan di perusahaannya ini memang terkadang melakukan sesuatu seenaknya tanpa persetujuannya belakangan ini.

"Habis makan siang nanti panggil Pak Prabu ke ruangan rapat, kalian harus ikut ada yang ingin saya bicarakan" sahutnya mutlak.

Kedua karyawan itu memutuskan untuk pamit undur diri dari ruangan Bryan. Bryan terlihat memijat keningnya dan melonggarkan dasi yang mencekiknya.

Dia menghela nafas panjang dan kembali membuka dokumen yang belum sempat dia periksa.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang membuat pemuda tampan dan dingin itu menoleh ke arah pintu.

Bryan menyerukan masuk untuk si pengetuk, tak lama pintu terbuka masuklah seorang pria tampan menuju ke arah nya dengan sebuah map di tangannya.

"Ini biodata calon Sekretaris yang akan bekerja besok," sahut Reno di pengetuk. Sambil memberikan map biru kepada Bryan.

Bryan menerimanya, lalu dia membuka map itu dan membaca isinya.

"Baiklah, terima kasih. Ini sesuai dengan kriteria saya. Sudah kamu beritahu tau kalau besok dia harus datang jam 7? Saya tidak ingin menoleransi karyawan yang datang telat kecuali keadaan mendesak," sahutnya menatap dingin pria tampan di depannya.

Reno menganggukkan kepalanya. Bryan menutup map nya dan menaruhnya di laci, Reno pamit undur diri.

Bryan menganggukkan kepalanya, setelah melihat pria itu keluar dari ruangannya Bryan kembali mengambil map itu dan membukanya.

Lalu menatap foto gadis cantik yang akan menjadi sekretarisnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Setelah beberapa detik menatap wajah gadis cantik itu dia kembali menutupnya dan menaruhnya ke dalam laci.

"Aku ragu kalau gadis itu adalah 'Dia' sebelum aku bisa melihat mukanya secara langsung," sahutnya sambil melihat ke arah laci tempat dia menyimpan map milik Sara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status