"Sudahlah tidak apa-apa, pokoknya hari minggu kau harus ikut datang ya Lin!" Kata Marta meminta ke Lina untuk ikut acara reunian itu.
"Lah apaan?" Tanya Lina sedikit protes atas ajakan Marta.
"Tidak apa-apa Lin. Teman ku SD (Sekolah dasar) banyak kok teman SMA (sekolah menengah atas) kita juga. Jadi banyak teman SD (sekolah dasar) ku yang kau kenal." Kata Marta.
"Iya datang aja buat nemani Dimas, kasihan kalau dia sendirian." Kata Denny mengajak Lina.
"Maaf Bu, jadi bagaimana ini hari Minggu? jadi Ibu, buat acara bersama teman-teman Ibu?" Tanya manajer kepada Marta yang memotong pembicaraan.
"Iya Pak jadi." Jawab Marta.
"Ya sudah kalau gitu saya permisi dulu ya Bu." Kata manajer permisi ke Marta untuk kembali bekerja.
"Ya Pak, silahkan." Jawab Marta.
"Eh Denny, teman mu dari tadi kok diam aja, macam lukisan sejarah aja dia disini hehehe." Canda Marta.
"Eh, em, ini, oh ini. Aku lagi nikmati makanan yang sangat enak ini." Aku menjawab candaan Marta dengan sedikit kaget. Aku diam dari tadi sebab aku tidak tahu harus bicara apa dengan mereka.
"Oh iya, kita lupa tanya ke Dimas Marta. Gimana Way hari Minggu bisa kan?" Tanya Denny ke aku.
"Aman Denny. Jam berapa acaranya?" Tanya ku ke Denny.
"Nanti hari Kamis aku kabari Way jam nya. Ya Sudah kita pulang yuk, capek kali aku ini hari." Ajak Denny.
"Terserah Den." Jawabku.
"Ya sudah, Marta kami pulang ya?" Kata Denny ke Marta untuk pamitan pulang.
"Ya sudah, nanti aku hubungi lagi kau ya Den." Jawab Marta.
"Ok." Kata Denny singkat sambil berdiri bersiap untuk pulang.
"Makasih ya Marta, aku duluan ya?" Kata ku permisi pada Marta, Lina, dan satu teman mereka yang tidak aku kenal, sebab dari tadi diam saja. Mungkin dia diam karena melihat Marta yang sedang asik bicara, mungkin dia sama dengan aku, bingung harus bicara apa.
"Ok, ok. Hati-hati kalian di jalan ya." Kata Marta.
"Ok." Jawabku dan Denny serentak.
Setelah menjawab kata Marta dengan serentak. Aku, dan Denny langsung berjalan keluar menuju mobil box kami yang terparkir. Tidak butuh waktu lama, kami pun sampai di mobil.
"Eh Way, cewek tadi itu cantik juga ya? apalagi, gas kan lah Way, tanpa rem gas nya kalau bisa, nggak usah pakai-pakai adat pacaran. Langsung aja ajak nikah. Kata Denny membicarakan Lina kepada ku.
"Hehe... iya Way. Cantik kali pun itu cewek, tapi masalahnya dia cewek setengah macan, dia tipe cewek yang jutek gitu Way, jadi aku bingung untuk dekati dia." kata ku ke Denny sambil menghidupkan mesin mobil.
"Ah, kalau masalah itu aman itu Way, dia sepertinya akrab sekali dengan si Marta, nanti aku minta bantuan ke Marta untuk jodoh kan Kau ke cewek itu. Yang paling penting sekarang, antar aja aku ke rumah dengan tenang, nyaman, santai, dan yang paling penting antar aku dengan selamat. Kata Denny padaku.
"Serius kau ini Way, kau mau bantu aku?" Tanya ku ke Denny untuk memastikan perkataan nya tadi.
"Iya loh Way... Tenang aja. Kalau kau nanti pacaran sama cewek itu aku senang kali Way. Kata Denny.
"Kenapa senang pula kau Way?" Tanya ku pada Denny
"Iya lah, kalau kau pacaran, dugaan ku kalau kau homo karena tadi siang kau coba menggoda ku jadi sirna. Jadi aku tidak perlu takut lagi sama kau hehe..." Canda Denny pada ku.
BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA.
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA TULISAN KU.
"Hehe... Aku sangka kau yang homo Den, makannya aku goda kau tadi. Sebab kau juga jomblo, padahal kau ganteng." Balas ku terhadap candaan Denny. "Aku nggak jomblo Way, aku punya pacar, tapi saat ini dia di Jakarta. Sudah hampir dua tahun kami pacaran, tapi semenjak dia di Jakarta kami lebih sering ribut. Sakit kepala ku dibuatnya, dia curiga terus ke aku." Kata Denny yang tiba-tiba curhat ke aku. "Ini Way ya, aku tidak punya pengalaman tentang LDR (Hubungan jarak jauh) jadi aku cuma bisa mendengarkan curhatan kau aja tanpa aku bisa kasih saran ke kau. Tapi Den, curhatnya jangan sampai nyaman ya, nanti kau jadi suka pula sama aku. Aku normal Den, nggak homo." Kata ku ke Denny mencoba memecahkan suasana yang menyedihkan itu. "Way-way, lagi-lagi homo yang kau bahas Way. Yaudah lupain aja kisahku tadi." Kata Denny ya
Sebelum aku selesai bicara, Lina sudah menutup telpon nya. "Mau bicara apa si Lina ya?" Batin ku yang menemani perjalanan ku pulang kali ini, bersama mobil box yang aku bawa pulang ke kost ku. Sesampai di kust ku, aku langsung berbaring di kasur yang masi berantakan. Sebab aku merasa lelah sekali, hingga aku tertidur sampai pagi hari. Kali ini aku sengaja bangun pagi tidak seperti biasanya, aku bangun sedikit telat. Sebab hari ini ada mobil box yang akan mengantar ku untuk pergi bekerja. Sesudah mandi, dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja aku terkejut bukan main. Sebab aku lihat ponsel ku ada lima panggilan tidak terjawab dari Lina. "Waw... ada apa ini si Lina ya?" Batin ku yang merespon lima panggilan dari Lina yang aku lewat kan karena tidur ku yang sangat lelap. Aku telpon Lina untuk menjawab pertanyaan ku yang bingung, kenapa ini ya? kok tiba-tiba aku begitu pentingnya untuk si Lina, sampai-sampai lima kali Lina menelpon ku karen
"Nih..." Kata Lina sambil melempar kunci motornya. "Mau kemana kita?" Tanya ku, sambil mengikuti Lina berjalan. "Jalan-jalan." Kata Lina yang sedang berjalan sambil memakai jaketnya. "Kemana?" Tanya ku. "Kemana aja yang kau suka." Kata Lina. "Aku tidak ada uang." Kata ku. "Aman." Kata Lina singkat. "Ok." Kata ku singkat juga. Sebab masih bingung dengan prilaku Lina. Tidak Lama kami berjalan, kami pun sampai di parkiran motor di plaza itu. Aku langsung menyalakan motor Lina yang terparkir, dan membawanya. "Ini uang parkirnya." Kata Lina yang memberikan selembar uang lima ribu rupiah sambil duduk di belakang ku. "Ok." Kata ku. Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Sebab selain bingung mau aku bawa kemana motor ini berjalan, aku juga gerogi karena Lina diam saja di perjalanan. "Eh, eh, rampok... rampok... rampok..." Lina tiba-tiba teriak "Tadi diam terus, eh sekaliny
"Ah, sudah lah Lin tidak usah di pikiri." Kata ku santai untuk hentikan imajinasi Lina kepada tiga orang tadi. "Ah, iya juga ya." Kata Lina yang mencoba menghentikan pikirannya tentang tiga pria berjas hitam yang gagah, dan misterius itu baginya. "Iya lah Lin, yang terpenting saat ini kita selamat, ya kan?." Kata ku. "Iya selamat, berarti kau sadar tadi kita hampir saja mati gara-gara kelakuan kau?" Kata Lina dengan sedikit membesarkan kedua bola matanya. "Lah kok gara-gara aku Lin? aku kan cuma mau menyelamat kan barang mu." Jawab ku "Iya tapi kau itu sok jagoan, benar apa kata Marta rupanya! Perampok-perampok itu kan sudah menyuruh kita pergi, kenapa coba kau tetap lawan meraka? kau kira kau bisa menang apa?" Kata Lina dengan nada sedikit tinggi, dan dengan kedua bola matanya yang masih membesar. "Ini dua mangkuk baksonya Mas." Kata penjul bakso yang mengantar kan baksonya ke meja tempat kami duduk, dan karena kedatangan tukang bakso
Sepanjang perjalanan kami berdua hanya berdiam saja, sampai tiba di jalan ayahanda baru lah aku coba memecahkan suasana kami berdua yang sunyi itu. "Sudah mau sampai ni." Kata ku yang membuka pembicaraan. "Iya." Kata Lina singkat. "Dimana rumah mu, biar aku antar!" Kata ku. "Udah jangan banyak gaya, nanti setelah kau antar aku di rumah, terus kau mau pulang naik apa? ini kan motor ku." Kata Lina. "Gampang, aku bisa naik angkot atau jalan kaki kok." Jawabku. "Udah, kau turun di kost mu aja, nanti aku pulang sendiri aja. Dekat kok, nggak jauh, lagian nanti aku mau kerumah Marta dulu
Tidak butuh waktu lama kami pun sampai di warung kopi. "Dimas..., Alex... sini-sini duduk! pesan apa? kopi apa? ini hari pesanan kalian berdua geratis." Sapaan Yogik, barista kopi si pecandu judi online. "Ada yang lagi cair nampaknya nih Lex." Kata ku ke Alex sambil melirikan mata ku ke Yogik. "Haha... aman, apapun pesanan kalian berdua, ini malam geratis." Kata Yogik. "Tidak salah ini malam kau mengajak aku kemari Way." Kata Alex sambil menyenggol ku. "Iya lah... Aku mana pernah salah, yang gratis itu rasanya lebih..." "Enak..." Sambut Alex atas perkataan ku.  
"Hehe… susah sih kalau sudah menjadi kebiasaan." Kata ku "Iya Way, apalagi si babi ini sudah berjudi dari kami SMP (sekolah menengah pertama)." Kata Alex ke aku. "Iya Mas, dari SMP (sekolah menengah pertama) aku sudah berjudi. Jangan lah kalian berdua coba-coba berjudi, ih.. seram lah pokoknya." Kata Yogik ke kami. "Eh… jenggot firaun, simpan nasehat itu untuk dirimu sendiri, kami nggak butuh." Kata Alex ke Yogik. "Hehe… pulang kita yuk Lex." Ajakku. "Ih cepat kali pulang bah." Kata Yogik. "Iya Gik, besok kerja aku." Jawabku
"Itu mereka." Kata Denny sambil membalas lambaian tangan Marta. "Iya, itu mereka." Jawabku. Tidak lama kami berjalan, kami pun sampai di tempat Marta dan Lina yang sudah menunggu kami. "Yok." Kata Marta, mengajak kami saat kami tiba di dekatnya. "Nih." Kata Lina melempar kunci motornya ke arah ku. Kami pun langsung pergi menuju pantai bali lestari, salah satu pantai di Medan yang berkonsep seperti Bali. Dari plaza millenium tempat kami bekerja, menuju pantai bali lestari, kurang lebih memakan waktu dua jam. Selama kuran