Home / Romansa / Tersandung Cinta Tuan Muda / Bab 8: Aturan Adrian

Share

Bab 8: Aturan Adrian

Author: Melsya Aulia
last update Huling Na-update: 2025-03-08 10:49:26

Di meja makan yang luas dan mewah, suasana terasa tegang. Naira duduk berhadapan dengan Adrian, tetapi tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut pria itu.

Hanya suara sendok dan garpu yang terdengar sesekali.

Baru sehari setelah pernikahan mereka, dan Naira sudah merasa seperti tahanan di rumah ini.

Tiba-tiba, Adrian meletakkan pisau steaknya dan menatapnya tajam.

"Mulai hari ini, kau akan mengikuti beberapa aturan," katanya tanpa basa-basi.

Naira mengangkat alis. "Aturan?"

Adrian mengambil sebuah amplop dan meletakkannya di depan Naira.

"Baca dan pahami."

Dengan sedikit ragu, Naira membuka amplop itu dan menemukan selembar kertas berisi daftar peraturan.

1. Di depan publik, kita harus bertindak sebagai pasangan harmonis.

2. Jangan pernah mengumbar masalah pribadi kepada siapa pun.

3. Jika media bertanya, cukup jawab dengan singkat dan tegas.

4. Jangan membantah atau membuatku terlihat buruk di depan orang lain.

5. Jangan mencampuri urusan bisnis atau keluargaku.

6. Jangan keluar rumah tanpa seizinku.

7. Selalu kenakan cincin pernikahan di depan umum.

8. Setiap pagi dan malam, sarapan dan makan malam harus bersama.

9. Jangan membawa orang luar ke rumah tanpa izin.

10. Kontrak ini hanya berlaku satu tahun, jangan lupa itu.

Mata Naira membulat saat membaca poin terakhir.

"Jadi aku benar-benar tak boleh pergi tanpa izin?" tanyanya, menatap Adrian penuh protes.

Adrian mengangkat bahu. "Aku tidak suka orang yang sulit diatur."

Naira mengepalkan tangannya. "Dan bagaimana jika aku melanggar salah satu aturan ini?"

Pria itu menatapnya dalam, ekspresi wajahnya sulit ditebak. "Maka aku akan memastikan kau menyesalinya."

Ada nada ancaman halus dalam suaranya yang membuat bulu kuduk Naira berdiri.

---

Menjalani Peran sebagai Istri Sempurna

Sejak pagi, Naira mulai berlatih menjadi istri yang ‘sempurna’ sesuai aturan Adrian.

Ia belajar cara tersenyum anggun di depan publik, memilih busana elegan, hingga bagaimana cara menghadapi media dengan tenang.

Namun, setiap kali ia melakukan kesalahan kecil, Adrian akan selalu ada untuk mengoreksi.

"Jangan menunduk saat berjalan. Itu membuatmu terlihat tidak percaya diri," tegur Adrian saat mereka berjalan di lobi perusahaan milik keluarga Nathaniel.

Naira mendesah. "Kau tahu, aku bukan aktris yang harus berpura-pura sepanjang waktu."

"Tapi kau sudah menandatangani kontrak ini. Jadi bersikaplah profesional."

Naira menahan diri agar tidak mendebat lebih jauh.

Namun, dalam hati, ia merasa semakin terkurung.

---

Natasha Berusaha Menjatuhkan Naira

Setiap hari, Natasha tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meremehkan Naira.

Saat makan malam keluarga, Natasha menatapnya dengan sinis.

"Oh, Naira, kau tidak minum wine? Aku lupa, kau pasti belum terbiasa dengan gaya hidup kelas atas seperti ini."

Naira tersenyum tipis. "Aku lebih suka teh. Lagipula, minuman beralkohol tidak baik untuk kesehatan, bukan?"

Natasha mendengus. "Kau pikir dengan menikahi Adrian, kau bisa menjadi bagian dari keluarga ini?"

Sebelum Naira sempat menjawab, Adrian berbicara dengan nada dingin.

"Natasha, jaga sikapmu," katanya tajam. "Naira adalah istriku, dan itu tidak akan berubah."

Natasha terdiam, tetapi tatapan bencinya tetap tidak hilang.

Di sisi lain, Naira terkejut dengan sikap Adrian. Pria itu selalu dingin padanya, tetapi kali ini, ia seolah melindunginya.

---

Perhatian Kecil dari Adrian

Meskipun Adrian dikenal sebagai pria dingin dan tidak peduli, Naira mulai menyadari bahwa pria itu kadang menunjukkan perhatian kecil yang membingungkannya.

Suatu malam, Naira merasa kepalanya pusing setelah seharian menjalani jadwal padat.

Saat ia kembali ke kamar, ia menemukan segelas air hangat dan obat sakit kepala di nakas samping tempat tidur.

Naira mengernyit. Siapa yang meletakkan ini?

Ia menoleh dan melihat Adrian sedang membaca dokumen di sofa.

"Minum obatnya sebelum kau pingsan," ucapnya tanpa menatapnya.

Naira menatapnya heran. "Kau yang menyiapkan ini?"

Adrian hanya mengangkat bahu. "Aku tidak ingin kau merepotkan rumah sakit jika kau jatuh sakit."

Naira tidak tahu apakah itu alasan sebenarnya, tetapi tetap saja, ada sesuatu dalam sikap Adrian yang membuatnya bertanya-tanya.

---

Ancaman dari Masa Lalu

Saat Naira mulai beradaptasi dengan kehidupannya yang baru, tiba-tiba muncul ancaman tak terduga.

Salah satu mantan kekasih Adrian, seorang wanita bernama Elena, kembali ke kota.

Rumor mulai menyebar bahwa Elena ingin mengungkap kebenaran pernikahan Adrian dan Naira.

"Pernikahan mereka hanya sandiwara!"

"Adrian hanya menikahi gadis itu karena terpaksa!"

Berita itu mulai beredar di media, membuat Naira panik.

Sementara itu, Adrian terlihat tenang, tetapi tatapan matanya semakin tajam.

"Aku akan menangani ini," katanya tegas.

Namun, Naira bisa merasakan sesuatu yang berbeda dalam sikapnya.

Seolah… ada hal lain yang lebih dalam terkait Elena dan masa lalu Adrian.

Dan entah kenapa, Naira merasa bahwa ia akan segera terlibat dalam konflik yang lebih besar.

Naira Mulai Melawan

Beberapa hari setelah Adrian memberikan daftar aturannya, Naira mulai merasa bahwa dirinya tidak bisa terus mengikuti semua perintah tanpa perlawanan.

Malam itu, ia duduk di ruang baca, memandangi cincin kawin di jarinya dengan perasaan campur aduk.

"Aku hanya bagian dari kontrak, tapi kenapa aku harus tunduk sepenuhnya?" pikirnya.

Saat Adrian masuk, Naira langsung menatapnya dengan serius.

"Kau benar-benar ingin aku mengikuti aturan-aturan itu tanpa protes?" tanyanya.

Adrian menatapnya tanpa ekspresi. "Kau sudah menandatangani kontrak. Apa kau menyesal?"

Naira menghela napas panjang. "Aku hanya ingin sedikit kebebasan. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang memalukan. Aku hanya ingin keluar tanpa perlu selalu meminta izinmu."

Adrian mendekatinya, menatapnya tajam. "Kau tidak mengerti, Naira. Dunia ini berbeda dari dunia yang biasa kau jalani. Satu kesalahan kecil bisa membuat semuanya berantakan."

Naira menggertakkan giginya. "Tapi aku bukan boneka! Aku juga punya kehidupan, Adrian!"

Untuk pertama kalinya, mata Adrian sedikit melembut, tetapi ia tetap pada pendiriannya.

"Jika kau ingin kebebasan, buktikan dulu bahwa kau bisa menjaga citraku. Sampai saat itu tiba, tetaplah mengikuti aturan."

---

Konflik dengan Natasha Semakin Panas

Natasha tidak berhenti mencari celah untuk menjatuhkan Naira.

Saat ada acara keluarga besar di salah satu restoran mewah, Natasha sengaja membuat Naira malu.

"Oh, Naira, kenapa kau tidak berbicara banyak? Jangan-jangan kau merasa canggung karena tidak terbiasa dengan lingkungan seperti ini?" ucap Natasha dengan nada mengejek.

Beberapa tamu tertawa kecil, tetapi Naira tetap tersenyum.

"Tidak, aku hanya lebih suka mengamati orang-orang yang terlalu banyak bicara tanpa berpikir," balasnya santai.

Wajah Natasha langsung berubah masam.

Sementara itu, Adrian yang duduk di sebelah Naira hanya meliriknya dengan sedikit rasa kagum.

Gadis ini ternyata tidak selemah yang ia kira.

Namun, Natasha belum selesai.

Saat makan malam hampir selesai, Natasha sengaja menjatuhkan segelas anggur merah ke gaun putih Naira.

"Oh! Aku tidak sengaja! Maafkan aku, Naira!" ucapnya dengan senyum sinis.

Semua mata tertuju pada mereka.

Naira menatap Natasha tanpa ekspresi, lalu berdiri dengan tenang.

Tanpa mengatakan apa pun, ia mengambil gelas air putih di meja dan menyiramkannya ke gaun Natasha.

Ruangan menjadi hening.

"Ups, aku juga tidak sengaja," kata Naira dengan senyum polos.

Ekspresi Natasha berubah merah padam.

Beberapa anggota keluarga berusaha menahan tawa, sementara Adrian hanya mengangkat alis.

Setelah acara selesai, Adrian berjalan di samping Naira sambil berbisik, "Kau semakin berani."

Naira hanya tersenyum kecil. "Aku tidak akan membiarkan diriku diinjak-injak."

Untuk pertama kalinya, Adrian merasa bahwa gadis yang ia nikahi bukan sekadar gadis biasa.

---

Misteri di Balik Adrian dan Elena

Malam itu, saat Adrian sibuk dengan pekerjaannya, Naira tidak sengaja mendengar percakapan teleponnya dengan seseorang.

"Kenapa kau kembali?" suara Adrian terdengar tegang.

Naira menahan napas di balik pintu.

"Kau pikir aku akan diam saja setelah kau menikahi orang lain?" suara seorang wanita terdengar marah.

Naira mengernyit. Elena?

"Aku sudah membuat keputusan. Pergilah dari kehidupanku," kata Adrian dingin.

Namun, wanita itu tertawa kecil.

"Apa kau yakin? Aku tahu rahasiamu, Adrian. Kau tidak akan bisa mengabaikanku begitu saja."

Naira langsung merinding.

Setelah Adrian menutup telepon, Naira berpikir keras. Apa sebenarnya hubungan Adrian dan Elena? Dan apa rahasia yang ia sembunyikan?

Ia semakin sadar bahwa pernikahan ini jauh lebih rumit dari yang ia kira.

---

Ancaman Media

Tidak lama setelah kejadian itu, media mulai menggali informasi tentang pernikahan mereka.

Sebuah artikel muncul dengan judul:

"Siapa Sebenarnya Naira, Istri Baru Adrian Nathaniel? Apakah Pernikahan Ini Hanya Formalitas?"

Naira membaca artikel itu dengan tangan gemetar.

"Mereka mulai mencurigai kita..." gumamnya.

Saat Adrian pulang malam itu, Naira langsung menunjukkan berita tersebut padanya.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya cemas.

Adrian membaca artikel itu sekilas, lalu meletakkan ponselnya dengan tenang.

"Jangan panik. Ini baru permulaan."

Naira menatapnya bingung. "Maksudmu?"

Adrian menatapnya dalam. "Jika kau ingin bertahan dalam pernikahan ini, bersiaplah menghadapi badai yang lebih besar."

Naira menelan ludah.

Ia baru menyadari bahwa ini bukan hanya tentang kontrak atau perasaan mereka berdua.

Ada banyak pihak yang tidak ingin pernikahan ini terjadi, dan ia harus bersiap menghadapi segala kemungkinan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tersandung Cinta Tuan Muda   Bab 111 – Rumah Itu Bernama Kita

    Tiga tahun kemudian... Langit sore tampak teduh di atas taman kecil di panti asuhan Harapan. Angin berembus lembut, menerpa bunga-bunga yang tumbuh di sepanjang jalan setapak. Anak-anak berlarian sambil tertawa, membawa balon warna-warni dan bendera kecil bertuliskan "Terima Kasih, Kak Adrian & Kak Naira!" Di tengah keramaian itu, sepasang suami istri berdiri berdampingan, tangan mereka saling menggenggam erat. Adrian mengenakan kemeja putih sederhana, sementara Naira mengenakan gaun biru langit dengan riasan ringan. Wajah mereka tak lagi tegang seperti dulu—hanya ada ketenangan, kedewasaan, dan bahagia yang tak meledak-ledak, tapi terasa penuh. Hari itu bukan hari ulang tahun pernikahan mereka, bukan pula perayaan besar. Hari itu adalah hari peresmian ruang belajar baru di panti asuhan tersebut. Ruangan itu dinamai: Ruang Harapan – Persembahan dari Naira & Adrian. Sebuah ruang kecil, penuh buku, meja belajar mungil, dan papan tulis dengan hiasan tangan-tangan kecil anak-anak.

  • Tersandung Cinta Tuan Muda   Bab 110 – Surat Cinta Terakhir

    Langit sore mulai berubah jingga, senja yang hangat menelusup melalui jendela kamar kerja Adrian yang kini sudah menjadi ruang bersama mereka. Meja kayu di dekat balkon tampak rapi, kecuali satu benda yang kini tergeletak di atasnya: sebuah surat, dengan amplop putih sederhana, dan tulisan tangan Naira di bagian depannya. “Untuk Adrian, dari wanita yang memilihmu.” Adrian belum pulang. Tapi Naira duduk di tepi kursi, menatap surat yang baru saja selesai ditulisnya. Tangannya masih gemetar, bukan karena ragu, tapi karena beban emosi yang begitu dalam saat menuliskan tiap kata. Ia menarik napas panjang, sebelum perlahan mulai membaca ulang isi surat yang telah ditulisnya dengan tinta biru tua. --- Adrian yang aku pilih… Aku menulis surat ini bukan karena aku tak mampu mengatakannya secara langsung. Tapi justru karena aku ingin setiap kalimat dalam surat ini bisa kamu baca kembali, kapan pun kamu merasa ragu, atau lelah, atau lupa kenapa kita berjuang sejauh ini. Banyak hal y

  • Tersandung Cinta Tuan Muda   Bab 109 – Hari Baru, Janji Baru

    Hari itu datang tanpa gemuruh. Tidak ada karangan bunga mewah, tidak ada gaun putih panjang, tidak ada sorotan kamera seperti satu tahun yang lalu saat mereka menikah karena kesepakatan bisnis. Tapi di dalam hati Naira, tanggal itu terasa lebih sakral dari apa pun yang pernah ia alami sebelumnya. Ini bukan sekadar hari ulang tahun pernikahan mereka. Ini hari di mana mereka memilih untuk mengulang segalanya, dengan kesadaran penuh dan cinta yang tumbuh dari keberanian untuk memperbaiki. Pagi hari, Adrian datang ke kamar Naira membawa nampan sarapan dan seikat bunga liar dari halaman belakang. “Selamat ulang tahun pernikahan—versi baru,” ucapnya sambil tersenyum. Naira tertawa kecil. “Kita benar-benar mulai dari awal, ya? Bahkan bunganya juga bukan yang mahal.” “Justru itu. Ini bukan tentang harga, tapi tentang niat. Sama seperti kita.” ** Mereka sepakat merayakan hari itu dengan cara paling sederhana: mengadakan syukuran kecil di panti asuhan tempat segalanya berubah. Tem

  • Tersandung Cinta Tuan Muda   Bab 108 – Jalan Tengah

    Udara pagi terasa segar di halaman belakang rumah mereka. Burung-burung mulai berkicau dari balik pepohonan, seolah menyambut awal yang benar-benar baru. Naira berdiri di depan meja kayu kecil, menyeduh dua cangkir teh hangat. Di dadanya, ada ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—bukan karena semuanya sudah sempurna, tapi karena akhirnya ia memilih dengan sepenuh hati. Adrian muncul dari dalam rumah, masih mengenakan baju rumah dan wajah yang tampak tenang. “Mimpi buruk semalam?” tanyanya lembut, melihat wajah Naira sedikit lelah. Naira mengangguk kecil. “Iya, tapi tidak seperti dulu. Dulu aku merasa sendirian setelah bangun. Sekarang tidak.” Adrian duduk di hadapannya, lalu meraih salah satu cangkir. “Mungkin karena kamu sudah memilih untuk tidak berlari lagi.” “Mungkin,” balas Naira pelan. Mereka duduk dalam diam sejenak. Bukan keheningan yang canggung, tapi keheningan yang saling memberi ruang. “Aku tahu ini nggak akan langsung jadi hubungan yang ideal,”

  • Tersandung Cinta Tuan Muda   Bab 107 – Pilihan yang Terbuka

    Senja mulai turun ketika Naira duduk di ruang keluarga. Cahaya oranye temaram menembus jendela, memantulkan bayangan samar di wajahnya yang murung. Tak lama, langkah kaki Adrian terdengar memasuki ruangan, tenang namun penuh beban. "Aku ingin kita bicara… untuk terakhir kalinya, jika memang itu yang kamu inginkan," ucap Adrian, duduk di seberangnya dengan wajah tegas namun lembut. Naira menatapnya. "Kamu bilang kamu mencintaiku. Tapi kenapa kamu seolah siap kehilangan aku begitu saja?" Adrian menarik napas dalam-dalam. "Karena cinta yang memaksa untuk memiliki bukan cinta yang benar, Naira. Aku belajar... bahwa jika aku benar-benar mencintaimu, aku harus membiarkan kamu memilih tanpa beban masa lalu. Tanpa rasa bersalah." Dia berdiri, lalu berjalan menuju meja kecil di sisi ruangan dan meletakkan dua amplop. “Yang satu berisi tiket ke luar kota, lengkap dengan penginapan dan segala keperluan untuk memulai hidup baru. Yang satu lagi... kosong, simbol bahwa kamu memilih untuk te

  • Tersandung Cinta Tuan Muda   Bab 106 – Titik Balik

    Langit sore berwarna jingga saat Naira turun dari taksi di depan rumah besar itu. Udara terasa lebih berat daripada biasanya—seolah tahu bahwa malam ini bukan hanya soal pulang, tapi soal keputusan besar yang akan diambil. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mendorong pintu pagar. Adrian berdiri di teras, seolah menunggu. Tatapan matanya kosong, tapi bahunya tegang. Ketika melihat Naira berjalan mendekat, ia berdiri lebih tegak, siap menghadapi apa pun yang akan datang. "Aku perlu bicara," kata Naira tanpa basa-basi. Adrian mengangguk. "Aku tahu. Aku juga." Mereka duduk di ruang tamu, tak ada teh, tak ada formalitas. Hanya dua hati yang lelah dan jujur. "Aku lelah dengan semua drama ini, Adrian," ucap Naira memulai. "Kalau kamu masih menyimpan kebohongan, lebih baik kita akhiri sekarang. Aku tidak ingin hidup dengan setengah kebenaran." Adrian menunduk, lalu mengangkat kepalanya dengan tatapan yang berbeda. “Aku tak menyimpan apa-apa lagi, Naira. Semuanya sudah kubuka. Pes

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status