Share

7. Rencana Mark

"Kamu ke mana sih, Anton. Kenapa nomornya tidak aktif?" pikir Yuliani masih berusaha untuk menghubungi Anton.

"Bagaimana? Apa sudah ada jawaban darinya?" tanya Dina tampak gelisah. Firasatnya sudah mengatakan yang tidak-tidak. Akan tetapi, dia masih terus berusaha untuk berpikir positif.

"Nomornya sudah tidak aktif, Bu." Yuliani berbicara terbata-bata.

"Ibu sudah menduga dari awal, pria itu pasti gak mau bertanggung jawab." Dina mulai meyakini firasatnya.

"Gak mungkin, Bu. Dia sendiri yang sudah berjanji untuk menikahi ku. Mungkin saja kehabisan baterai, atau kehilangan signal. Bisa saja seperti itu 'kan, Bu?" cetus Yuliani berusaha meyakinkan diri sendiri juga.

"Sudah, Yuliani. Jangan berharap lagi sama pria itu, dia mungkin tidak akan datang. Jangan buang-buang waktu lagi. Di luar para tamu sudah menunggu. Alasan apa yang akan kita katakan pada mereka? Ibu malu, Yuliani!" hardik Dina. Wanita yang semula selalu sabar, kini tidak tahan juga dengan permasalahan yang terjadi.

Yuliani mondar-mandir tidak menentu, memikirkan sebuah alasan yang tepat. Meskipun hati kecilnya masih berharap Anton akan segera datang walaupun telat.

"Ibu akan mengatakan semua pada Ayahmu, siapa tahu saja Ayah memiliki ide," kata Dina lima menit kemudian.

Yuliani tidak mencegah kepergian Dina, sebab dia juga sudah kehabisan ide. Yang dia bisa hanya berusaha untuk menghubungi Anton lagi. Siapa tahu saja panggilannya bisa terhubung.

"Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi."

Lagi-lagi hanya suara itu yang terdengar. Harapannya sudah musnah, kini dia cuma bisa menunggu keputusan sang Ayah.

Dina mempercepat langkahnya, sebab sudah terlalu lama para tamu menunggu. Pun keluarga yang sudah diundang. Wanita yang memakai kebaya berwarna abu-abu itu pun segera duduk di samping suaminya.

"Bagaimana? Apa sudah ada kabar pria itu dimana?" tanya Mark setengah berbisik.

"Dia gak mungkin datang, Ayah. Nomornya tidak aktif, dia sudah mengingkari janji." Dina menjawab dengan bisikan juga. Sesekali netranya melihat ke sekeliling. Memastikan ekspresi wajah setiap orang yang sudah datang dan menunggu.

"Apa!" seru Mark keceplosan. Nada suara yang lantang itu membuat para tamu semakin berbisik-bisik.

"Kayaknya acara pernikahan ini tidak akan terjadi deh, Jeng. Lihat saja wajah Pak Mark tegang gitu, Bu Dina juga sama." Mawar mulai menggosip. Wanita berpakaian kebaya putih itu tinggal bertetangga di samping rumah Dina.

"Sst! Jangan asal bicara dulu, Bu. Siapa tahu saja bukan perihal pernikahan ini. Bisa saja urusan bisnisnya 'kan?" Marni yang merupakan tetangga lain berusaha untuk berpikir positif.

"Kita lihat saja, Bu. Apa yang akan terjadi selanjutnya." Mawar masih tetap pada opini yang ada dibenaknya.

Mark spontan meminta maaf ketika beberapa sorot mata tengah memperhatikannya karena terlalu lantang nada suaranya.

"Kalau memang pria tidak tahu diri itu tidak bisa datang, berarti ini adalah waktunya Ayah bertindak." Mark mengambil keputusan sesuai rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

"Apa maksudnya, Ayah? Apakah kita langsung bubarkan saja acara ini?" tanya Dina tidak mengerti dengan omongan suaminya.

"Acara ini akan tetap dilangsungkan, Yuliani akan tetap menikah dengan pria pilihan Ayah. Sebenarnya dari kemarin Ayah punya firasat ini semua akan terjadi. Jadi Ayah sudah memutuskan sebuah rencana tanpa berdiskusi dengan Ibu." Mark menjelaskan semua dengan pelan sehingga tidak terdengar para tamu dan juga penghulu.

"Kenapa Ayah melakukan semua tanpa berbicara dengan Ibu sih!" protes Dina. Akan tetapi, protesnya tidak digubris oleh Mark karena tidak ada waktu lagi untuk berdebat. Justru suaminya meminta Dina untuk memanggil Yuliani secepatnya.

"Sebelum Ibu memanggil Yuliani, Ayah harus beritahu Ibu dulu. Siapa pria pilihan Ayah itu? Apakah Ibu mengenalnya?" tanya Dina tidak ingin Mark salah pilih.

"Itu semua tidak penting, Bu. Yang terpenting sekarang, Ibu panggil saja Yuliani. Pria yang Ayah maksud sebentar lagi akan sampai. Ayah sudah menghubungi tadi ketika Ibu ke kamar Yuliani. Sudah tidak ada waktu lagi Ayah menjelaskan semuanya, kasihan para tamu yang sudah menunggu." Mark masih bersikeras tidak ingin memberitahu siapa pria yang akan menikahi Yuliani.

Dina akhirnya pasrah, mengikuti kemauan Mark. Dalam benaknya berpikir bahwa dia akan tahu siapa pria yang dipilih suaminya ketika pria itu datang. Kepergian Dina membuat sang Suami tersenyum puas. Dia kembali mengambil handphonenya dan segera membalas pesan yang sudah diterima.

"Gak sia-sia aku membuat rencana kedua, dengan begitu Yuliani bisa menikah dengan pria yang aku tahu bibit, bebet dan bobotnya. Bukan seperti pria yang bernama Anton itu." Mark bergumam. Jempolnya masih asik membalas pesan, hingga handphonenya harus terjatuh ketika mendengar sebuah teriakan Dina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status