Share

6. Pernikahan

Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Yuliani sudah tidak sabar menyambut Anton bersama dengan keluarganya. Setelah mendapatkan pesan yang membahagiakan, wanita itu semakin semangat untuk menjalani hari. Membayangkan hidup berbahagia dengan pria yang dicintai.

"Kamu terlihat cantik sekali, Yuliani." Dina memuji Yuliani setelah merias diri.

"Terima kasih, Bu. Aku bahagia karena tidak menyangka kalau keluarga Anton merestui dan meminta untuk melangsungkan pernikahan sekarang juga," ujar Yuliani terharu. Pesan yang diterima kemarin selalu diingat, tidak dihapus bahkan semalam dibaca berulang-ulang ketika sulit memejamkan mata.

"Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu," kata Dina memeluk tubuh Yuliani.

"Aamiin, terima kasih do'anya Bu." Yuliani membalas pelukan Dina.

Melihat sinar kebahagiaan yang terpancar dari netra Yuliani membuat Dina juga merasakan kebahagiaan yang sama. Akhirnya, putri kesayangannya menikah juga dan akan menjalani bahtera rumah tangga.

Semua sudah dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Meskipun acaranya dilaksanakan secara mendadak, tidak membuat Yuliani dan Dina menggelar acara asal-asalan. Memang, acaranya begitu sederhana. Namun, bukan berarti tidak bisa terlihat wah. Dekorasi ruangan dalam rumah mereka menghiasnya sendiri dengan bantuan keluarga yang lain. Keluarga yang ikut senang dengan kabar bahagia tersebut. Untuk rias pengantin juga tidak kalah bagus, justru terlihat seperti riasan seorang mua profesional.

"Oya, terima kasih ya Sarah. Sudah membantu Tante hingga Yuliani secantik ini." Dina memeluk tubuh Sarah yang merupakan saudara sepupu Yuliani.

Sarah memang kursus kecantikan, jadi wajar kalau bisa merias wajah dengan bagus. Dia juga sudah terbiasa merias wajah pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan.

"Sama-sama, Tante." Sarah juga terlihat bahagia.

"Ya sudah, kita ke depan yuk!" ajak Sarah kemudian.

"Jangan dulu, Sarah. Biarkan Yuliani di kamar dulu, nanti kalau mempelai prianya datang baru dia keluar. Kamu sama Tante ke dapur dulu yuk, kamu 'kan juga belum makan. Kamu makan dulu ya," ajak Dina merangkul Sarah.

"Iya, Tante." Hanya itu yang keluar dari mulut Sarah.

"Makan yang banyak ya, jangan sungkan." Yuliani ikut berbicara.

"Sudah pasti, Yuliani. Kamu jangan khawatir, ingat satu hal. Jangan grogi," bisik Sarah sembari melirik ke arah Yuliani.

Rahasia kehamilan Yuliani masih menjadi rahasia, tidak ada keluarga yang tahu. Mereka beralasan pernikahan dilakukan secara mendadak karena tidak ingin hubungan asmara antara Anton dan Yuliani kandas di tengah jalan. Tidak hanya itu, Mark dan Dina mengatakan kalau putrinya sudah lamaran secara virtual dari dulu. Beruntung tidak ada keluarga yang curiga, semua terlihat baik-baik saja karena alasan yang diberikan memang masuk akal.

Kini tinggal menunggu mempelai pria yang belum datang juga, padahal jam sudah menunjukkan pukul 08.30 wib. Seharusnya mereka sudah sampai sesuai dengan kesepakatan dari awal.

"Kenapa mempelai prianya belum datang, Bu. Apa jangan-jangan pria itu berbohong?" bisik Mark kepada Dina dengan wajah gelisah.

"Sabar saja, Ayah. Mungkin masih ada di jalan dan terjebak macet," sahut Dina dengan berbisik juga.

"Bukan Ayah tidak sabar, Bu. Tidak enak sama tamu undangan dan juga keluarga, mereka sudah menunggu." Mark menjelaskan situasi dan kondisi yang seharusnya tidak perlu dikatakan.

"Ibu tahu, Ayah. Kita tunggu saja," kata Dina masih berpikir positif.

Tamu undangan hanya terdiri dari keluarga dekat dan juga tetangga dekat. Tidak banyak yang hadir di acara pernikahan kecil-kecilan itu. Namun, jika sampai pernikahan gagal. Tetap saja Mark dan Dina harus menanggung malu. Apalagi dengan omongan tetangga nantinya.

Dengan sabar Mark mengikuti saran dari Dina, meskipun bisik-bisik sudah terdengar jelas. Para tamu undangan sudah menanyakan perihal keberadaan mempelai pria. Pun Herman yang merupakan penghulu yang akan membantu pernikahan Yuliani dengan Anton.

Sudah setengah jam berlalu, tapi Anton tak kunjung datang juga. Yuliani yang ada di kamar juga merasakan gelisah karena tidak kunjung ditemui untuk keluar kamar.

"Lebih baik Ibu sekarang ke kamar Yuliani, tanyakan sama dia kapan pria itu datang. Kenapa sampai detik ini batang hidungnya belum kelihatan juga," bisik Mark setelah merasa gak enak hati.

"Baik, Ayah." Dina langsung berdiri untuk melangkahkan kaki ke arah kamar Yuliani.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Dina pun masuk dan menemui putrinya.

"Bagaimana, Bu? Apakah aku sudah boleh keluar sekarang?" tanya Yuliani dengan wajah berseri-seri.

"Kamu harus hubungi Anton itu sekarang juga, Yuliani. Dia ada di mana? Kenapa sampai sekarang belum datang juga?" cecar Dina gelisah.

"Aku kira dia sudah datang, Bu. Soalnya dia bilang masih ada di jalan." Yuliani menjawab sesuai dengan pesan yang diterima terakhir kali.

"Ya sudah, kamu coba hubungi lagi." Dina memerintah.

Yuliani segera menghubungi, tapi naasnya nomor yang dituju tidak dapat dihubungi. Bagaimana nasib Yuliani selanjutnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status