Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-10-30 19:24:17

Serina berjalan gontai keluar dari ruangan Damar. Ucapan dari Damar cukup menampar Serina. Pria itu seolah ingin menunjukkan jika dirinya bukanlah pelakunya. Dari nada bicara Damar, tak sedikitpun menunjukkan keraguan.

Serina hampir percaya dengan itu. Tapi, Serina juga tak bisa mengabaikan firasatnya. Jelas sekali, jika Damar yang berdiri di belakangnya. Jika bukan Damar, lalu siapa yang melakukannya? Apa benar pria tua itu? Entahlah, sampai saat ini, Serina masih meyakini jika Damar lah pelakunya.

“Apa aku yang salah? Bagaimana jika Pak Damar bukan pelakunya? Lebih baik aku tidak mengusiknya lagi."

Ketakutan Serina terhadap ancaman Damar tadi, jelas memunculkan rasa waspada dalam diri Serina. Bagaimana jika Damar serius dengan ancamannya?

Sungguh, Serina tak mau menjadi penghuni sel di usianya yang masih sangat muda. Serina terus memikirkan hal ini hingga membuatnya tidak fokus mengikuti sisa perkuliahannya hari ini.

Serina lebih banyak bengong di kelas karena bayangan wajah Damar terus berputar-putar di kepalanya.

“Bareng yuk!” ajak Ajeng ketika mereka hendak pulang.

“Tidak. Aku pulang sendiri saja.”

“Ih, ayo dong bareng. Aku akan antar kamu sampai rumah.”

Desakan dari Ajeng tak merubah keputusan Serina. “Tidak usah. Rumah kamu bahkan berlawanan arah denganku. Aku tidak mau merepotkan mu terus-terusan. Lagipula, aku harus mampir ke pangkalan ojek untuk menemui bang Beni.”

Mendengar penolakan itu, tentu saja mengecewakan untuk Ajeng. Tapi, ia hargai keputusan Serina.

“Ya sudah. Aku pulang duluan. Sampai bertemu besok.”

Tangan Serina melambaikan ketika mereka berpisah di loby fakultas. Serina kemudian bergegas juga untuk pulang dan kali ini ia memutuskan untuk naik ojek. Ia harus menemui sang kakak yang sudah tak pulang selama tiga hari.

“Berhenti di pangkalan ojek ya, Bang.” pinta Serina kepada driver ojek yang membawanya.

“Iya, Mbak.”

Driver itu menghentikan motornya tepat di dekat pangkalan ojek yang ada di dekat pasar.

“Terimakasih, Bang.”

“Sama-sama.”

Serina tak langsung kesana. Ia mengamati apakah Beni sang kakak memang berada disana atau tidak. Dan setelah memastikan jika Beni ada, barulah Serina berani mendekat.

“Bang Beni.” panggilnya tanpa basa-basi.

“Serina.”

Beni yang tengah duduk berdua dengan temannya disana pun terkejut sekali dengan kedatangan adik semata wayangnya itu. Beni langsung membuang putung rokoknya yang masih menyala dan turun dari gardu itu.

“Apa yang kamu lakukan disini?"

“Aku ingin mengajak abang pulang.”

“Tidak. Aku tidak akan pulang.”

“Kenapa? Kasihan Bapak sama ibu, Bang. Sejak, kepergian Abang, asma Bapak sering kumat.”

Serina seolah ingin membuka mata Beni. Serina tahu jika hubungan Beni dan orang tuanya sedang tak akur ketika Beni ketahuan memiliki banyak hutang kepada rentenir. Gara-gara judi online, Beni sampai rela berhutang pada lintah darat tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Dan tentu saja, hutang yang semula tak seberapa berubah menjadi menggunung karena bunganya yang sangat besar. Beberapa hari lalu, rentenir itu datang dan mengancam Beni akan menyita rumah yang mereka tempati saat ini. Dari situlah, Farah dan Surya baru tahu kalau Beni terlilit hutang.

Mereka murka dan akhirnya terlibat pertengkaran hebat. Sampai-sampai, Beni memutuskan untuk pergi dari rumah dan tak mau kembali sampai sekarang.

“Aku tidak peduli. Mereka sudah mengusirku, jadi untuk apa aku kembali?”

“Mereka tidak mengusir kamu, Bang. Tapi, kamu sendiri yang pergi dari rumah.”

“Ah, sudahlah. Lebih baik kamu pulang dan jangan datang kesini lagi.”

“Abang...”

Belum juga Serina menyelesaikan kalimatnya, Beni sudah lebih dulu pergi dari pangkalan ojek itu.

“Bang Beni!” teriakan keras Serina seolah sia-sia. Beni masih keras kepala tak mau pulang dan itu sangat menyedihkan bagi Serina.

“Sabar ya, Serina. Beni memang keras kepala. Lebih baik, kamu pulang saja. Hari sudah mulai petang.”

Serina coba paksakan senyumnya, “Iya, Pak Asep. Aku pulang dulu.”

Serina menyusuri jalanan yang mulai gelap.Tak terhitung sudah berapa kali Serina mencoba membujuk Beni untuk pulang. Tapi, sang kakak tetap saja tak mau pulang bersamanya. Dan tentu saja itu membuat Serina sedih.

Namun, kesedihan Serina berubah menjadi keterkejutan yang luar biasa ketika ia melihat pertengkaran antara orang tuanya bersama dengan pria bertubuh gempal di depan rumahnya sendiri.

“Tolong, jangan bawa motor ini! Kami janji akan membayarnya segera.”

“Ibu, Bapak...” lirih Serina.

Tanpa pikir panjang, Serina langsung berlari ke halaman rumahnya. Terlihat sangat jelas, bagaimana orang tuanya tengah mempertahankan motor milik Surya yang tengah diambil paksa oleh pria tersebut.

“Ada apa ini?” tanya Serina tak kenal takut.

Melihat wajah pria itu, Serina sudah tak asing lagi. Pria bertubuh gempal itu adalah petugas bank tempat dimana orang tua Serina memiliki pinjaman disana.

“Orang tua kamu sudah menunggak pembayaran selama tiga bulan. Dan kami tidak bisa memberikan toleransi lagi. Jadi, motor ini harus kami sita sebagai jaminannya.”

“Jangan seperti ini, Pak. Kita bisa bicarakan baik-baik.” bujuk Serina.

“Saya sudah memberikan kalian kelonggaran, tapi kalian tidak berusaha sama sekali. Jadi, jangan salah saya jika saya bertindak tegas.”

Farah bersimpuh di bawah kaki pria itu dan memohon, “Berikan kami waktu dua hari lagi. Kami berjanji akan membayarnya. Tapi, tolong jangan bawa motor ini. Jika tidak ada motor ini kami...”

“Aku tidak peduli. Ini sudah perintah dari atasan.” potong pria itu dengan cepat.

“Jangan semena-mena, Pak. Apa susahnya memberikan kelonggaran lagi. Saat ini, orang tua saya memang tidak punya uang.” sungut Serina.

“Jangan ikut campur kamu anak kecil. Menyingkir lah!”

Tubuh Serina terdorong hingga tubuhnya menjadi tak seimbang. Serina sudah pasrah jika tubuhnya akan membentur tanah. Namun, siapa sangka jika ada sebuah tangan yang menahan tubuhnya.

“Kamu baik-baik saja?”

Suara yang sangat familiar itu masuk dengan lembutnya di telinga Serina. Mata Serina yang semula terpejam pun kini akhirnya terbuka. Dan betapa terkejutnya Serina melihat sosok Damar sekarang ada di depan matanya.

“P-pak Damar.” ucap Serina tergagap.

Tubuhnya masih berada dalam dekapan Damar. Dan dari jarak sedekat ini, Serina harus mengakui jika wajah Damar sangatlah tampan.

“Ada apa ini?”

Namun, pertanyaan lanjutan dari Damar akhirnya menyadarkan Serina dari pikirannya yang nakal. Tubuhnya kembali berdiri tegak ketika Damar melepaskan tubuhnya.

“Siapa kamu? Jangan ikut campur masalah kami.”

Serina terus memperhatikan Damar yang ada di sampingnya. Serina bertanya-tanya, apa yang Damar lakukan di rumahnya.

Bagaimana bisa pria ini tahu alamat rumahnya? Atau jangan-jangan, Damar memata-matainya?

Apakah kesalahannya sangat fatal hingga Damar mengikutinya sampai disini?

“Saya tetangga mereka. Rumah saya berada persis di samping rumah ini.”

“Apa?” Serina terkejut bukan main ketika Damar menunjuk rumah bekas milik Bu Juleha.

Apa ini mimpi? Jadi, orang yang menyewa rumah Bu Juleha adalah Damar dosennya di kampus. Oh tidak, takdir benar-benar mempermainkan Serina sekarang.

“Mereka tidak bisa membayar pinjaman mereka selama tiga bulan. Jadi, sesuai dengan aturan, kami harus mengambilnya.”

“Tinggalkan saja motor itu. Saya yang akan membayar tunggakannya.”

“Jangan bercanda.” ucap pria itu dengan remeh.

Damar kemudian mengeluarkan black card nya yang mana hanya orang kaya saja yang bisa memilikinya. Tentu saja, pria itu hanya bisa melongo melihatnya.

“Berapa hutang mereka? Saya yang akan membayarnya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 7

    “Cepat kemari sekarang, Serina. Ibu tutup teleponnya.” Telepon yang ia dapatkan dari sang ibu, membuat Serina sedikit bisa bernapas lega. Serina mengusap air matanya dengan kasar lalu menerobos hujan deras. Ia abaikan tubuhnya sendiri karena yang utama sekarang adalah keselamatan dari Surya. Dengan tubuh yang basah kuyup, Serina berlari menuju ke IGD. Dari kejauhan, Serina masih bisa melihat Farah yang masih terduduk di ruang tunggu. “Ibu!” panggil Serina. Farah yang semula menunduk langsung mendongak ketika mendengar suara putrinya. Ada sebersit senyum dan juga kesedihan yang tergambar di wajah Farah.“Ibu sudah mendapatkannya?”Farah mengangguk. “Benar.”“Ibu meminjam uang itu kepada siapa?”Farah mendadak panik. Ia usap wajah sang putri yang masih basah dengan telapak tangannya. Bibir Serina membiru dan tubuh putrinya itu menggigil. Farah kemudian lepaskan jaketnya dan memakaikannya kepada Serina.“Nanti ibu beri tahu. Sekarang, kita harus masuk ke dalam karena sebentar lagi Ba

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 6

    Tanpa berpikir panjang, Damar menarik Serina untuk pergi dari sana. Mereka tak mungkin membuang waktu lagi dan harus segera sampai ke rumah sakit. Serina yakin sekali jika sang ibu tengah ketakutan sekarang.Selama perjalanan, Serina tak berhenti berdoa. Air matanya terus mengalir tiada henti. Seolah, kerisauan hati yang Serina rasakan sejak tadi telah menemukan jawabannya. Ini adalah firasat dari seorang anak yang tak pernah salah.Sesampainya di rumah sakit, keduanya langsung menuju ke IGD dimana Surya masih mendapatkan penanganan. Serina berlari dan menghampiri Farah yang terduduk di ruang tunggu.“Ibu...” Farah yang semula menunduk pun seketika menoleh ketika mendengar suara putrinya. ”Serina!”Serina menghambur memeluk Farah. Tangisan kedua wanita ini pecah. Mereka sama-sama ketakutan sekarang.“Bapak kamu, Serin.”Pelukan mereka terurai. Serina genggam tangan Farah yang terasa dingin. Sedangkan, Damar yang juga ada disana, hanya menatap kedua wanita itu saja tanpa bersuara. “

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 5

    “Bapak kemana, Bu?”Serina yang sudah siap berangkat ke kampus, menghampiri sang ibu yang terduduk di teras. Farah terlihat menunggu jualan nasi uduknya yang ia dasar di teras. “Bapak kamu barusan berangkat.”Serina cukup terkejut dengan jawaban Farah, “Berangkat kemana?” Farah mulai mengambilkan nasi dan lauk pauk sebagai bekal putrinya. Setiap harinya, Serina memang membawa bekalnya sendiri dari rumah untuk menghemat uangnya.“Bapak kamu diminta Pak Soleh untuk mengirim pasir ke rumah pembelinya.” “Naik apa?”“Naik mobil pick up.”Raut wajah Serina seketika berubah. “Kenapa ibu izinkan Bapak pergi?”Farah terdiam sejenak ketika hendak menutup kotak bekal milik Serina. “Bapakmu memaksa. Ibu sudah melarang, tapi dia tetap bersikeras untuk pergi.”“Ibu tahu kan, sejak kecelakaan itu, penglihatan Bapak sedikit terganggu. Bapak juga tidak mungkin menyetir jika sesak nafasnya kumat. Itulah kenapa, dokter melarang Bapak untuk berkendara di jalan raya. Kalaupun naik sepeda pun, Bapak ha

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 4

    "Saya sudah transfer uangnya. Jadi, sekarang pergi dari rumah ini." ucap Damar dengan tegas. Pria itu tersenyum. "Baiklah. Ingat, mulai bulan depan kalian tidak boleh menunggak lagi." pungkasnya yang kemudian berlalu pergi dari sana. Farah dan Surya akhir bisa bernapas lega setelah Damar membantu keluarganya. “Terimakasih banyak atas bantuannya, Pak Damar. Kami berjanji akan mengembalikan uang Bapak secepatnya.” ucap Farah yang tak dapat membendung rasa bersyukurnya. Damar muncul bak pahlawan yang membantu keluarganya. Damar melunasi tunggakan tiga bulan hingga membuat petugas itu akhirnya tidak jadi merampas motor mereka. “Jangan pikirkan itu. Saya ikhlas membantu.” "Mari masuk dulu, Pak. Biarkan kami menjamu Bapak sebagai gantinya." Damar tak menolak dan akhirnya masuk ke dalam rumah milik keluarga Serina. Sebenarnya, Serina sedikit keberatan, tapi ia juga tak mau egois karena bagaimanapun Damar sudah membantu keluarganya. Ketika orang tuanya tengah berbincang dengan D

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 3

    Serina berjalan gontai keluar dari ruangan Damar. Ucapan dari Damar cukup menampar Serina. Pria itu seolah ingin menunjukkan jika dirinya bukanlah pelakunya. Dari nada bicara Damar, tak sedikitpun menunjukkan keraguan. Serina hampir percaya dengan itu. Tapi, Serina juga tak bisa mengabaikan firasatnya. Jelas sekali, jika Damar yang berdiri di belakangnya. Jika bukan Damar, lalu siapa yang melakukannya? Apa benar pria tua itu? Entahlah, sampai saat ini, Serina masih meyakini jika Damar lah pelakunya. “Apa aku yang salah? Bagaimana jika Pak Damar bukan pelakunya? Lebih baik aku tidak mengusiknya lagi."Ketakutan Serina terhadap ancaman Damar tadi, jelas memunculkan rasa waspada dalam diri Serina. Bagaimana jika Damar serius dengan ancamannya?Sungguh, Serina tak mau menjadi penghuni sel di usianya yang masih sangat muda. Serina terus memikirkan hal ini hingga membuatnya tidak fokus mengikuti sisa perkuliahannya hari ini. Serina lebih banyak bengong di kelas karena bayangan wajah Dam

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 2

    Damar melangkahkan kakinya dengan sangat yakin. Auranya yang sangat kuat mampu membuat siapa saja menjadi segan kepadanya. Bahkan, para wanita di kelas ini sampai dibuat tak berkedip ketika memperhatikan Damar. Ketampanan Damar benar-benar mampu menyihir para wanita. Namun, beda cerita dengan Serina. Dari tempatnya yang berada di tingkat kursi paling belakang, Serina hanya bisa terdiam dan melongo melihat sosok dosen yang baru saja memasuki ruang kelasnya itu. Jantung Serina berdegup sangat kencang. Serina bahkan mengerjap berkali-kali untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah. “Pria itu...“ Serina menutup mulutnya sendiri. Ia sama sekali tak menyangka jika pria yang terlibat insiden tadi pagi dengannya adalah dosen barunya. Dan detik itu juga, tatapan Serina bertabrakan dengan mata hazel milik Damar yang ternyata juga tengah menatap dirinya. “Tidak mungkin.” batinnya. Dengan penuh ketenangan, Damar berdiri di depan dan menghadap semua mahasiswanya. Dari tempatnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status