Share

Bab 5

last update Last Updated: 2025-10-30 19:43:48

“Bapak kemana, Bu?”

Serina yang sudah siap berangkat ke kampus, menghampiri sang ibu yang terduduk di teras. Farah terlihat menunggu jualan nasi uduknya yang ia dasar di teras.

“Bapak kamu barusan berangkat.”

Serina cukup terkejut dengan jawaban Farah, “Berangkat kemana?”

Farah mulai mengambilkan nasi dan lauk pauk sebagai bekal putrinya. Setiap harinya, Serina memang membawa bekalnya sendiri dari rumah untuk menghemat uangnya.

“Bapak kamu diminta Pak Soleh untuk mengirim pasir ke rumah pembelinya.”

“Naik apa?”

“Naik mobil pick up.”

Raut wajah Serina seketika berubah. “Kenapa ibu izinkan Bapak pergi?”

Farah terdiam sejenak ketika hendak menutup kotak bekal milik Serina. “Bapakmu memaksa. Ibu sudah melarang, tapi dia tetap bersikeras untuk pergi.”

“Ibu tahu kan, sejak kecelakaan itu, penglihatan Bapak sedikit terganggu. Bapak juga tidak mungkin menyetir jika sesak nafasnya kumat. Itulah kenapa, dokter melarang Bapak untuk berkendara di jalan raya. Kalaupun naik sepeda pun, Bapak hanya sebatas di sekitar komplek ini saja. Tapi, kenapa ibu malah biarkan Bapak pergi?”

Serina tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Selama ini, Serina dan Farah sudah ikhlas jika Surya tak bisa bekerja berat. Dan semua beban keluarga dilimpahkan pada Farah dan Serina. Selama ini, Serina mendapatkan penghasilan dari hobinya menulis novel di salah satu platform online meski tak seberapa. Namun, itu cukup untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Bapak kamu memaksa, Serin. Bapak kamu hari ini tidak bekerja, jadi dia ingin cari tambahan lain untuk membayar cicilan motor nya Beni.”

Sejak mengalami kecelakaan parah, kondisi Surya memang tidak stabil. Apalagi, penglihatannya yang memburuk. Meski, sudah dibantu oleh kacamata tapi itu tak membantunya sembuh seratus persen.

Jari-jemari Serina meremas tote bag berisi bekal makannya. Jujur saja, Serina miris sekali mendengar ini dari Farah. Beni sudah beberapa hari tak pulang dan sekarang Beni kembali menyusahkan orang tua mereka.

“Bang Beni yang ambil motor itu. Jadi, kenapa harus kalian yang bingung membayar. Biarkan dia yang mencari uang untuk mencicil motornya sendiri. Bang Beni sudah besar Bu, dia bukan anak kecil lagi yang selalu bergantung pada ibu dan bapak.”

Serina luapkan kekesalan hatinya. Selama ini, Serina hanya diam. Beni bertingkah seenaknya dan terus menyusahkan Farah dan Surya.

“Sudah... Nanti, ibu akan bicara dengannya kalau dia pulang.”

“Tidak usah di cari, Bu. Biarkan saja dia pergi. Pulang atau tidak, terserah dia. Jika ibu dan bapak mencarinya, yang ada dia akan besar kepala.”

Dada Serina naik turun menahan amarahnya. “Kalau begitu, aku berangkat dulu.”

“Hati-hati.”

Farah hanya bisa menatap nanar kepergian Serina. Selama ini, Serina memang cukup pendiam dan tak terlalu ikut campur masalah Beni. Tapi, putri bungsunya itu nampaknya sudah mauk dengan segala tingkah polah dari Beni.

Sesampainya di kampus, Serina langsung masuk ke dalam kelasnya. Wajahnya nampak sangat kusut dan tak bersemangat.

Serina tak tahu kenapa, sejak meninggalkan rumahnya tadi, perasaan Serina menjadi tak karuan. Ada rasa sesak, takut, khawatir, tanpa alasan. Mungkin, Serina mengkhawatirkan Surya, tapi kenapa sampai seperti ini.

Harusnya, Serina tenang karena tadi Surya membalas pesannya dan mengatakan jika Surya baik-baik saja. Tapi, tetap saja Serina tak bisa bernapas dengan tenang sampai sekarang.

“Selamat pagi.”

“Pagi, Pak.”

Semua orang duduk dengan rapi ketika Damar memasuki kelas. Damar sekilas melirik Serina yang terlihat tak bersemangat sama sekali. Namun, Damar kembali fokus pada tujuannya untuk memberikan kuliah pagi ini.

“Hari ini, saya akan mengadakan kuis untuk membuka kuliah hari ini.”

“Kuis lagi?”

Tentunya semua ini membuat semuanya terkejut. Mereka bahkan tidak persiapan apapun. Damar memang sangat tidak terduga dan karena itulah metode mengajar Damar tak disukai oleh hampir semua mahasiswa.

“Jika ada yang tidak mau, silahkan keluar dari kelas saya. Dan detik ini juga, saya akan berikan kalian nilai E. Dengan begitu, kalian akan mengulang mata kuliah ini semester depan.”

Suasana kelas langsung hening. Ancaman dari Damar ini tentu saja membuat semuanya takut. Lagipula, siapa yang mau mengulang lagi semester depan? Yang ada, itu akan mengulur waktu kelulusan mereka.

“Kuis kita mulai. Siapkan selembar kertas.”

**

Setelah sembilan puluh menit berlalu, akhirnya perkuliahan Damar berakhir. Semuanya mulai berkemas untuk berpindah ke ruang kuliah lain untuk mengikuti mata kuliah lanjutan.

“Ayo!”

“Sebentar, Jeng. Sejak tadi, ibu telepon. Kamu duluan ya, jangan lupa carikan aku kursi juga.”

“Siap. Aku tunggu disana ya...”

Serina anggukkan kepala. Masih di dalam kelas itu, Serina mencoba menghubungi sang ibu kembali. Firasat Serina semakin tidak enak karena tidak biasanya Farah menelepon saat Serina sedang kuliah.

Tapi kali ini, Farah bahkan menelponnya sampai lima kali. Namun, Serina tetap berdoa agar tak ada apapun yang terjadi.

“Halo, Bu. Ada apa? Aku baru saja selesai.”

“Cepat kemari, Serin. Bapak kamu..."

Serina bangkit dari kursinya. Jantungnya memompa semakin cepat ketika mendengar Farah menangis dari balik panggilan suara itu.

“Ada apa, Bu? Bapak kenapa?”

“Bapak kamu kecelakaan. Dan sekarang dia ada di rumah sakit kota.”

“Apa?"

Tubuh Serina meluruh ke bawah. Bahkan, ponselnya saja sampai terjatuh ke lantai. Serina shock hingga ia tak mampu bicara apapun sekarang.

“Halo, Bu.”

Damar yang memang masih ada di kelas itu, langsung mengambil alih ponsel Serina yang masih tersambung dengan Farah.

“Ini saya, Damar.”

“Pak, tolong bawa Serina kemari. Bapaknya Serina mengalami kecelakaan dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit kota.”

Damar melirik ke arah Serina yang terlihat menangis.”Ibu tenang saja, kami akan segera kesana.”

“Terimakasih, Pak.”

Damar mengakhiri sambungan itu. Ia kemudian beralih pada Serina yang masih terisak. Dengan sangat sadar, Damar mendekap tubuh Serina.

“Bapak...” lirih Serina.

Damar menepuk-nepuk punggung Serina. “Tenanglah. Kita kesana sekarang.”

“Saya takut, Pak. Saya...”

“Ssssttt... Jangan pikirkan apapun. Lebih baik kita pergi sekarang.”

Serina tak kunjung beranjak. Lututnya sudah sangat lemas seperti jelly. Bahkan untuk berdiri saja rasanya Serina tak mampu. Sekujur tubuhnya gemetar karena Serina sangat takut sekarang.

“Mau saya gendong?”

Tawaran dari Damar menyadarkan Serina. Akhirnya dengan bantuan Damar, Serina bisa berdiri lagi.

“Saya bisa pergi ke rumah sakit sendiri.”

“Tidak, saya tidak akan biarkan kamu pergi sendirian dalam kondisi seperti ini. Kamu butuh pendampingan, Serina.”

“Tapi, Pak...”

“Jangan takutkan apapun. Sekarang yang paling penting adalah keselamatan bapak kamu. Kamu tidak mau kan kalau...“

“Bapak saya pasti akan baik-baik saja kan, Pak?” potong Serina dengan cepat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 7

    “Cepat kemari sekarang, Serina. Ibu tutup teleponnya.” Telepon yang ia dapatkan dari sang ibu, membuat Serina sedikit bisa bernapas lega. Serina mengusap air matanya dengan kasar lalu menerobos hujan deras. Ia abaikan tubuhnya sendiri karena yang utama sekarang adalah keselamatan dari Surya. Dengan tubuh yang basah kuyup, Serina berlari menuju ke IGD. Dari kejauhan, Serina masih bisa melihat Farah yang masih terduduk di ruang tunggu. “Ibu!” panggil Serina. Farah yang semula menunduk langsung mendongak ketika mendengar suara putrinya. Ada sebersit senyum dan juga kesedihan yang tergambar di wajah Farah.“Ibu sudah mendapatkannya?”Farah mengangguk. “Benar.”“Ibu meminjam uang itu kepada siapa?”Farah mendadak panik. Ia usap wajah sang putri yang masih basah dengan telapak tangannya. Bibir Serina membiru dan tubuh putrinya itu menggigil. Farah kemudian lepaskan jaketnya dan memakaikannya kepada Serina.“Nanti ibu beri tahu. Sekarang, kita harus masuk ke dalam karena sebentar lagi Ba

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 6

    Tanpa berpikir panjang, Damar menarik Serina untuk pergi dari sana. Mereka tak mungkin membuang waktu lagi dan harus segera sampai ke rumah sakit. Serina yakin sekali jika sang ibu tengah ketakutan sekarang.Selama perjalanan, Serina tak berhenti berdoa. Air matanya terus mengalir tiada henti. Seolah, kerisauan hati yang Serina rasakan sejak tadi telah menemukan jawabannya. Ini adalah firasat dari seorang anak yang tak pernah salah.Sesampainya di rumah sakit, keduanya langsung menuju ke IGD dimana Surya masih mendapatkan penanganan. Serina berlari dan menghampiri Farah yang terduduk di ruang tunggu.“Ibu...” Farah yang semula menunduk pun seketika menoleh ketika mendengar suara putrinya. ”Serina!”Serina menghambur memeluk Farah. Tangisan kedua wanita ini pecah. Mereka sama-sama ketakutan sekarang.“Bapak kamu, Serin.”Pelukan mereka terurai. Serina genggam tangan Farah yang terasa dingin. Sedangkan, Damar yang juga ada disana, hanya menatap kedua wanita itu saja tanpa bersuara. “

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 5

    “Bapak kemana, Bu?”Serina yang sudah siap berangkat ke kampus, menghampiri sang ibu yang terduduk di teras. Farah terlihat menunggu jualan nasi uduknya yang ia dasar di teras. “Bapak kamu barusan berangkat.”Serina cukup terkejut dengan jawaban Farah, “Berangkat kemana?” Farah mulai mengambilkan nasi dan lauk pauk sebagai bekal putrinya. Setiap harinya, Serina memang membawa bekalnya sendiri dari rumah untuk menghemat uangnya.“Bapak kamu diminta Pak Soleh untuk mengirim pasir ke rumah pembelinya.” “Naik apa?”“Naik mobil pick up.”Raut wajah Serina seketika berubah. “Kenapa ibu izinkan Bapak pergi?”Farah terdiam sejenak ketika hendak menutup kotak bekal milik Serina. “Bapakmu memaksa. Ibu sudah melarang, tapi dia tetap bersikeras untuk pergi.”“Ibu tahu kan, sejak kecelakaan itu, penglihatan Bapak sedikit terganggu. Bapak juga tidak mungkin menyetir jika sesak nafasnya kumat. Itulah kenapa, dokter melarang Bapak untuk berkendara di jalan raya. Kalaupun naik sepeda pun, Bapak ha

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 4

    "Saya sudah transfer uangnya. Jadi, sekarang pergi dari rumah ini." ucap Damar dengan tegas. Pria itu tersenyum. "Baiklah. Ingat, mulai bulan depan kalian tidak boleh menunggak lagi." pungkasnya yang kemudian berlalu pergi dari sana. Farah dan Surya akhir bisa bernapas lega setelah Damar membantu keluarganya. “Terimakasih banyak atas bantuannya, Pak Damar. Kami berjanji akan mengembalikan uang Bapak secepatnya.” ucap Farah yang tak dapat membendung rasa bersyukurnya. Damar muncul bak pahlawan yang membantu keluarganya. Damar melunasi tunggakan tiga bulan hingga membuat petugas itu akhirnya tidak jadi merampas motor mereka. “Jangan pikirkan itu. Saya ikhlas membantu.” "Mari masuk dulu, Pak. Biarkan kami menjamu Bapak sebagai gantinya." Damar tak menolak dan akhirnya masuk ke dalam rumah milik keluarga Serina. Sebenarnya, Serina sedikit keberatan, tapi ia juga tak mau egois karena bagaimanapun Damar sudah membantu keluarganya. Ketika orang tuanya tengah berbincang dengan D

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 3

    Serina berjalan gontai keluar dari ruangan Damar. Ucapan dari Damar cukup menampar Serina. Pria itu seolah ingin menunjukkan jika dirinya bukanlah pelakunya. Dari nada bicara Damar, tak sedikitpun menunjukkan keraguan. Serina hampir percaya dengan itu. Tapi, Serina juga tak bisa mengabaikan firasatnya. Jelas sekali, jika Damar yang berdiri di belakangnya. Jika bukan Damar, lalu siapa yang melakukannya? Apa benar pria tua itu? Entahlah, sampai saat ini, Serina masih meyakini jika Damar lah pelakunya. “Apa aku yang salah? Bagaimana jika Pak Damar bukan pelakunya? Lebih baik aku tidak mengusiknya lagi."Ketakutan Serina terhadap ancaman Damar tadi, jelas memunculkan rasa waspada dalam diri Serina. Bagaimana jika Damar serius dengan ancamannya?Sungguh, Serina tak mau menjadi penghuni sel di usianya yang masih sangat muda. Serina terus memikirkan hal ini hingga membuatnya tidak fokus mengikuti sisa perkuliahannya hari ini. Serina lebih banyak bengong di kelas karena bayangan wajah Dam

  • Tetangga Mesumku, Ternyata Dosenku!   Bab 2

    Damar melangkahkan kakinya dengan sangat yakin. Auranya yang sangat kuat mampu membuat siapa saja menjadi segan kepadanya. Bahkan, para wanita di kelas ini sampai dibuat tak berkedip ketika memperhatikan Damar. Ketampanan Damar benar-benar mampu menyihir para wanita. Namun, beda cerita dengan Serina. Dari tempatnya yang berada di tingkat kursi paling belakang, Serina hanya bisa terdiam dan melongo melihat sosok dosen yang baru saja memasuki ruang kelasnya itu. Jantung Serina berdegup sangat kencang. Serina bahkan mengerjap berkali-kali untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah. “Pria itu...“ Serina menutup mulutnya sendiri. Ia sama sekali tak menyangka jika pria yang terlibat insiden tadi pagi dengannya adalah dosen barunya. Dan detik itu juga, tatapan Serina bertabrakan dengan mata hazel milik Damar yang ternyata juga tengah menatap dirinya. “Tidak mungkin.” batinnya. Dengan penuh ketenangan, Damar berdiri di depan dan menghadap semua mahasiswanya. Dari tempatnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status