Home / Romansa / Tetangga Penggoda / Suara Anak Siapa?

Share

Suara Anak Siapa?

Author: Srirama Adafi
last update Huling Na-update: 2022-09-23 13:06:46

Mas Adrian langsung berdiri. Matanya nyalang menatap Siska. Seakan hendak memakannya hidup-hidup. Hidungnya kembang-kempis, wajahnya pun merah padam. Namun, yang ditatap tampak biasa saja.

"Benar-benar kamu, ya!" hardik Mas Adrian. "Apa kamu enggak bisa mikir dulu sebelum ngomong, hah?"

"Yan! Sudah, jangan begitu! Malu banyak orang!" tegur ibu mertua.

Dahiku mengernyit menatap ibu mertua. Entah mengapa, aku jadi merasa ibu mertua seperti tidak memihakku.

"Enggak, Bu! Aku enggak terima ada yang ngata-ngatain Nana seperti itu," bantah Mas Adrian. Kemudian kembali menatap tajam pada Siska. "Aku benar-benar enggak habis pikir, ada manusia seperti kamu, ya!" hardik Mas Adrian. "Apa kamu enggak takut, ucapanmu itu akan berbalik pada keluargamu?"

"Ya, jelas enggak, lah, Mas," jawab Siska dengan santai. "Kan, udah jelas, aku udah punya anak."

"Hah?" Mas Adrian tertawa getir. "Kamu enggak mikir itu bisa berbalik ke anakmu?" cecar Mas Adrian.

Siska membuka mulutnya, kemudian mengatup kembali.

"Yan! sudah, sudah!" tegur ibu mertua lagi.

"Iya. lagian aku, kan, cuma tanya," kilah Siska. "Kalau emang enggak mandul, ya, tinggal jawab aja, enggak!" ketus Siska sembari melirikku sinis.

"Rasa-rasanya aku mandul atau enggak bukan urusanmu, deh, Mbak!" sinisku. "Aku aja enggak peduli pas lihat kamu jalan sama suami orang, kok!"

"Apa?" Mata Siska seketika melebar mendengar ucapanku. Ia mungkin tak menyangka sama sekali aku akan berkata seperti itu. "Pintar sekali kamu mengalihkan pembicaraan, ya?" tuduh Siska. "Sampai tega fitnah aku seperti itu! Pantas aja kamu mandul!"

"Mau aku tunjukkin buktinya?" tantangku. Walaupun sebenarnya aku tak ingin mengungkapnya karena kasihan pada Bu Mirna.

"Sudah, Na!" tegur ibu mertua. "Enggak sopan sama tamu begitu! Sebentar lagi acara juga mau dimulai. Malah ribut-ribut enggak penting gitu!"

"Iya itu menantu Ibu, masa aku diperlakukan gitu!" adu Siska.

Aku memilih diam. Karena memang lebih baik menghindari perdebatan, walaupun aku ada dalam posisi yang benar. Apalagi berdebat dengan manusia seperti Siska, hanya mencoreng nama baikku saja.

"Tapi, kamu emang enggak seharusnya bilang seperti itu, Sis!" tegur Bu Pur. "Apalagi sama orang baru seperti Mbak Nana. Sama keluargamu sendiri aja enggak baik ngomong begitu!"

"Ah, Bu Pur mah dari dulu mana pernah belain aku!" sungut Siska.

Benar-benar manusia minus attitude memang.

"Bukannya gitu, Sis!" Kali ini Bu Mirna yang bicara. "Masalah anak itu urusan Allah. Allah Maha Tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Menurut Allah yang terbaik untuk Mbak Nana dan Mas Adrian saat ini belum dikaruniai momongan. Jadi, siapa kamu berani mengolok seperti itu!"

Siska hanya mencebik. Kemudian melirik Pak Abas yang hanya diam. Tak membelanya ataupun membenarkan istrinya.

Kami semua akhirnya terdiam cukup lama. Sampai azan isya berkumandang. Para laki-laki bergegas ke masjid, sedang para wanita solat di rumahku. Siska bilang sedang berhalangan makanya tidak solat.

Selesai solat, Mbak Rani datang bersama anak bungsunya, Amira. Disusul bapak-bapak yang akan mengikuti acara tasyakuran. Termasuk suami Siska. Begitu tasyakuran dimulai, Siska pulang. Katanya, anaknya mengantuk. Padahal anak itu masih terlihat cukup aktif bermain. Aku tak ambil pusing soal itu.

"Mbak Nana, coba dihitung berapa jumlah yang hadir!" titah Bu Pur yang sedang menyiapkan minuman.

Aku mengangguk, kemudian menuju ruang tamu menghitung jumlah orang yang hadir. Dahiku mengernyit saat tak melihat wajah Pak Abas. Padahal tadi dia duduk di samping pintu masuk.

Pikiranku jadi mengembara kemana-mana. Apalagi kebetulan Siska pamit pulang. Jangan-jangan ....

Ah, gila saja mereka kalau nekat seperti itu. Rumah Siska, kan, tak jauh dari rumahku.

Kemudian aku kembali ke dapur, menyampaikan total orang yang hadir pada Bu Pur yang sedang berbincang dengan ibu mertua.

"Bu, ada 33 orang. Tapi, Pak Abas enggak kelihatan," ucapku sengaja ingin melihat reaksi Bu Mirna. Apa sebenarnya wanita ini sudah tahu kalau suaminya main gila?

"Loh, kemana, ya? Tadi ada," sahut Bu Pur.

"Apa pulang, ya?" tebak Bu Mirna. "Tapi, ngapain?"

"Coba Ibu lihat di rumah dulu! Takut gimana-gimana," usul ibu mertua.

"Oh, ya, aku telepon si bungsu aja," tolak Bu Mirna.

Sementara Bu Pur dan Mbak Rani menyeduh teh panas, aku memperhatikan Bu Mirna. Sepertinya wanita ini tidak tahu kelakuan suaminya bersama tetangganya.

"Suamiku enggak di rumah," ucap Bu Mirna. "Coba aku intip ke depan. Tadi duduk di samping pintu, kan?"

"Iya, Bu," jawabku.

Aku pun menemani Bu Mirna yang mengecek keberadaan suaminya. Namun, hasilnya masih sama. Tak ada Pak Abas di antara bapak-bapak yang sedang melantunkan doa-doa.

"Kemana, ya?" Bu Mirna terlihat bingung.

"Bawa hp apa enggak, Bu?" tanyaku sembari berjalan berdampingan ke dapur.

"Oh, iya. Aku telepon dulu, Mbak. Heh! Orang-orang lagi pada pengajian malah ngilang!" gerutunya.

Kemudian Bu Mirna mengambil ponsel di saku gamisnya dan menelepon suaminya.

"Enggak diangkat," ucapnya. Kemudian menelepon lagi. Sampai entah berapa kali baru kemudian diangkat.

"Halo, Pak. Bapak dimana?" tanya Bu Mirna sembari menempelkan ponsel di telinganya.

Aku yang berdiri persis di sebelah Bu Mirna, samar-samar bisa mendengar jawaban Pak Abas. Lelaki itu bilang, habis pulang karena perutnya mulas.

"Tapi, Andin bilang bapak enggak di rumah?" kejar Bu Mirna.

Pak Abas bilang, Andin ada di kamar makanya tidak tahu dia pulang.

Semoga saja memang begitu.

"Oh," sahut Bu Mirna. Namun, saat Bu Mirna hendak mengakhiri sambungan teleponnya, terdengar jelas sekali ada suara anak kecil menangis.

"Loh, Pak, Bapak dimana? Itu suara anak siapa?"

Dadaku langsung berdebar hebat. Apakah akhirnya Bu Mirna akan tahu pengkhianatan suaminya?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tetangga Penggoda   Ending

    "Mas! Tunggu! Mas!" teriak Siska sembari mengenakan pakaiannya. Wanita itu seolah sudah tak peduli berapa banyak pasang mata yang menyaksikan tubuh polosnya. Setelah mengenakan seluruh pakaiannya, Siska berlari hendak mengejar Mas Guntur. Namun, Bu Mirna menghalanginya. "Mau ke mana kamu?" Bu Mirna mencekal lengan Siska. "Lepas! Bukan urusanmu!" ketus Siska. Plak! Siska mengelus pipinya yang terasa pedih dan panas oleh tamparan Bu Mirna. Kontan mata Siska melotot pada Bu Mirna. Aku benar-benar baru tahu kalau pelakor lebih galak dari istri sah. Bahkan Siska sama sekali tak merasa takut atau bersalah pada Bu Mirna. “Apa? Mau apa kamu?” tantang Bu Mirna. Sementara Siska melotot pada istri selingkuhannya sembari memegangi pipinya.“Bawa mereka berdua!” titah Bu Mirna pada warga yang berbondong-bondong di kamar hotel Pak Abas dan Siska. “Jangan gila kamu, Bu!” seru Pak Abas sembari memegangi selimutnya agar tidak lolos dari tubuh polosnya. “Lepas!” teriak Pak Abas lagi. Tanganny

  • Tetangga Penggoda   Kamar Hotel

    Mas Adrian membuka kunci pintu pagar. Bu Mirna langsung mendekat saat pintu telah terbuka."Mbak Nana!" panggilnya."Iya, Bu. Maaf, ini ada apa, ya?" tanyaku sembari memandangi beberapa tetangga yang sudah berkumpul di depan rumahku."Mbak, saya mau minta tolong." Kali ini Mas Guntur yang bicara."Iya, Mas, mau minta tolong apa?" tanyaku sembari menoleh pada Mas Adrian. Aku takut kalau apa yang kulakukan pada Siska berbalik ke arahku."Boleh kami masuk, Mbak? Biar enggak di pinggir jalan gini," pinta Mas Guntur."Oh, iya, iya. Silakan masuk!" perintah Mas Adrian.Para tetangga berbondong-bondong masuk sampai memenuhi halaman rumahku yang tak begitu luas. Mas Guntur, Bu Mirna, Pak RT, Bu RT, Pak RW dan Bu RW berdiri di teras rumahku."Ada apa ini, Mas Guntur?" tanya Mas Adrian."Maaf sekali, Mas, sebelumnya. Mas Adrian pasti kaget, ya?" tanya Mas Guntur.Aku dan Mas Adrian kompak mengangguk. "Iya, ada apa?" tanya Mas Adrian lagi."Jadi, tadi aku dan Bu Mirna ngobrol-ngobrol. Intinya te

  • Tetangga Penggoda   Bel Malam Hari

    "Mas, kita jahat banget apa enggak, sih?" tanyaku pada Mas Adrian saat kita sudah bersiap tidur."Ke Siska?" tanya lelaki berkaos putih itu.Aku mengangguk. "Kayaknya tadi dompetnya terkuras, deh. Dia sampai rela nebeng kita padahal sempit gitu.""Udahlah, biarin aja." Mas Adrian langsung memelukku dan memejamkan mata.Sementara Mas Adrian tidur, mataku tak juga bisa terpejam. Akhirnya aku mengambil ponsel Mas Adrian, ingin melihat hasil kerjanya tadi pada Siska.Rupanya Mas Adrian berhasil menyadap WA Siska. Segera kulihat percakapan wanita itu di WA.Terlihat baru saja dia mengirim pesan untuk Pak Abas. Dia mengadu tentang kejadian traktiran tadi. Namun, dia tak mengatakan yang sebenarnya. Siska bilang, aku yang memintanya mentraktir sebagai balas budi Mas Adrian telah membantunya mendapatkan pekerjaan. Karena hal itu, sekarang uang gajinya ludes. Sehingga dia meminta uang pada Pak Abas. Aku salut, sih. Dia pintar sekali merayu untuk meminta uang seperti itu. Namun, balasan Pak Ab

  • Tetangga Penggoda   Makan Malam

    Gara-gara membaca pesan Siska yang berusaha mengadu domba aku dengan Mas Adrian, aku jadi penasaran ingin melihat status WA-nya. Apakah dia menyindirku, atau seperti apa?Kuatur WA Mas Adrian agar tak muncul namanya saat melihat status orang lain. Setelahnya baru kucari status Siska.Status pertama di-posting kemarin sore.[Dasar enggak punya attitude! Bermesraan di depan umum! Wanita rendahan, ya, begitu! Dicium di mobil, kok, mau!]Dahiku mengernyit membaca status itu.Kira-kira dia ngatain siapa, ya? Ternyata dia enggak cuma penggoda, tetapi suka julid juga.Ck! Dasar!"Apaan, Mbem?" tanya Mas Adrian."Ini, Siska bikin status kemarin. Ngata-ngatain orang ciuman di mobil.""Oh, ya? Jangan-jangan kemarin dia lihat kita?" tebak Mas Adrian."Kita?" tanyaku bingung."Iya, pas di garasi, loh, Mbem!" Mas Adrian mengingatkan."Masa, sih? Emang bisa kelihatan dari luar?""Mungkin aja. Garasi kita kan lebih tinggi dari halaman, jadi orang bisa lihat dari balik pagar.""Tapi, kan, pasti engga

  • Tetangga Penggoda   Adu Domba

    "Mas, kita udah melangkah, Siska udah masuk ke perangkap. Kalau kita mundur, Siska enggak mungkin mau keluar dari perangkap kita. Yang ada dia akan semakin menjadi-jadi," ucapku sembari meyakinkan diri sendiri."Jadi, kita lanjutin, Mbem?""Harus!" jawabku mantap. "Masalah salah paham ini, nanti bisa diluruskan saat rencana kita berhasil.""Ya udah, Mbem. Bismillah." Mas Adrian tersenyum hangat."Makasih, ya, Mas!""Makasih, doang? Ogah, ah!""Ish! Ngelunjak!" ketusku."Oh, awas kamu, Mbem!"Mas Adrian menarikku dan menghujaniku dengan ciuman. Aku menjerit-jerit sembari tertawa menahan geli.Malam hari saat kami bersantai sembari menonton televisi, terdengar suara bel berdentang."Siapa, ya, Mas?" tanyaku. Karena tak biasanya kami kedatangan tamu. "Jangan-jangan Siska lagi!""Coba aku lihat."Mas Adrian beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju pintu pagar. Aku mengikutinya dari belakang.Dari teras aku bisa melihat siapa yang bertamu. Bukan Siska, tetapi seorang laki-laki. Karena c

  • Tetangga Penggoda   Salah Paham

    Mas Adrian menyetujui rencanaku untuk memberi pelajaran pada Siska. Semoga dengan apa yang nanti aku lakukan, bisa membuat perempuan itu jera."Kamu harus janji, loh, Mbem, enggak boleh cemburu! Kalau kamu ribut sendiri, aku enggak mau," ucap Mas Adrian."Iya, yang penting kamu turuti aku."Kemudian kubalas pesan dari Siska, seolah-olah Mas Adrian yang membalasnya.[Iya, Bu.]Tak berselang lama Siska membalas.[Jadi Mas terima tawaran makan dariku? Tapi, Mas jangan panggil aku bu terus, dong!][Iya.] balasku.[Wah, senang banget aku, Mas. Makasih, ya. Mas benar-benar baik. Mas adalah laki-laki terbaik yang pernah aku temui.]Aku menatap balasan dari Siska tanpa bisa berkata-kata.Ya Allah, gini banget ini perempuan!"Kenapa, Mbem?" tanya Mas Adrian.Mungkin dia bingung melihat ekspresiku setelah membaca pesan dari Siska. Segera saja kutunjukkan pesan itu padanya.Di luar dugaan, Mas Adrian malah terbahak-bahak."Apanya yang lucu?" tanyaku sembari menatapnya aneh."Hahahaha. Ada, ya, M

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status