Accueil / Romansa / Tetangga Penggoda / Baju Tidur Seksi

Share

Baju Tidur Seksi

Auteur: Srirama Adafi
last update Dernière mise à jour: 2023-08-23 12:36:29

Sambungan telepon Bu Mirna dan Pak Abas terputus begitu saja. Aku melihat ada sorot kesedihan di mata Bu Mirna. Apa sebenarnya dia tahu yang dilakukan suaminya?

"Dimatiin, Mbak," ucapnya.

Aku mengelus lengan Bu Mirna. Tak tahu harus berkata apa. Rasanya tak tega melihat wanita seusia dia terluka.

"Em, apa Ibu mau cek ke rumah?" tawarku.

Kebetulan kalau dari rumahku ke rumah Bu Mirna, melewati rumah Siska. Feelingku Pak Abas di rumah Siska.

Bu Mirna menatapku ragu. Mungkinkah dia takut memergoki suaminya bermain gila? Atau ingin menutupi aib suaminya dari orang lain sepertiku?

Ah, lelaki, kenapa tak kau pikirkan perasaan istrimu saat bermain gila? Tahukah kamu jika istrimu begitu takut aibmu akan terbongkar?

"Ya udah, yuk, Mbak temani aku!" ajak Bu Mirna.

Kami pun segera berpamitan kepada Bu Pur dan ibu mertua.

Baru saja kami tiba di halaman rumahku, Pak Abas tergopoh-gopoh datang.

"Loh, Ibu mau kemana?" tanyanya pada Bu Mirna.

"Mau cari Bapak," jawab Bu Mirna. Kemudian menoleh kepadaku memberi kode ingin bicara empat mata dengan suaminya. Tak ingin mencampuri privasi mereka, aku pamit masuk kembali.

Begitu memasuki dapur, Bu Pur dan yang lainnya sedang membagikan makanan kepada orang-orang yang ikut pengajian.

"Gimana, Mbak?" tanya Mbak Rani saat kembali ke dapur.

"Itu, mereka di depan," jawabku.

"Kasihan, ya, Bu Mirna," ucap Mbak Rani membuatku kaget.

"Kenapa?"

"Aduh, kok, aku malah keceplosan!" ucapnya sambil menepuk keningnya sendiri.

Aku tertawa kecil melihat tingkah Mbak Rani. "Kenapa, Mbak? Cerita aja!"

Mbak Rani menoleh ke arah pintu masuk. Mungkin dia takut Bu Mirna datang.

"Denger-denger, kan, Pak Abas ada main sama Siska," bisiknya.

"Oh, ya?"

Rani mengangguk mantap. "Katanya sih, gitu. Tapi, enggak tahu juga, sih, benar apa enggak."

"Terus Bu Mirna udah tahu?" tanyaku.

"Mungkin, tapi aku enggak tahu pasti, sih, Mbak. Keluarga mereka, kan, tertutup untuk masalah pribadi. Jadi cuma dengar-dengar aja katanya gitu."

"Terus suami Siska?" korekku.

"Aku enggak tahu juga, Mba. Secara Siska, kan, pinter banget ngomong. Paling dia enggak ngaku sama suaminya."

"Suaminya kerja apa, sih, Mbak?" Aku jadi penasaran.

"Di bank setahuku, Mbak. Tapi, enggak tahu bagian apa. Suaminya, kan, jarang bergaul. Enggak kaya Siska yang gampang ngobrol sama orang."

"Aneh, ya? Suami Siska masih muda gitu, kok mau selingkuh sama kakek-kakek," ucapku sambil menutup mulut.

"Duitnya, dong, Mbak, pasti. Pak Abas, kan, kaya raya. Toko bangunannya aja ada beberapa. Kalau ngandelin gaji suaminya, mana bisa Siska hidup semewah itu."

"Emh, ngeri, ya? Terus selama ini, dia ada dekat dengan laki-laki lain apa enggak, sih?" Sekalian aku mencari banyak informasi dari Mbak Rani.

"Kayaknya, sih, enggak, ya. Cuma Pak Abas aja."

"Oh." Bibirku membulat sempurna.

Tapi, kenapa deketin Mas Adrian, ya?

"Mbak Nana, itu udah pada mau pamit pulang," ucap Bu Pur menemuiku di dapur.

"Oh, iya, Bu."

Aku bergegas ke ruang tamu. Mendampingi Mas Adrian yang sedang dipamiti para tetangga yang mengikuti pengajian.

Setelah semua pulang, aku beres-beres masih dibantuin Bu Pur, Mbak Rani, dan ibu mertua. Sementara Bu Mirna tak kembali ke rumahku lagi.

Mas Adrian dan ayah mertua membereskan ruang tamu. Setelah semua beres dan Bu Pur serta Mbak Rani pulang, kami langsung istirahat karena kecapaian.

Pagi hari, seperti biasa seperti minggu pagi sebelumnya, aku berbelanja sayur di tukang sayur keliling. Biasanya aku akan menyetok untuk beberapa hari ke depan. Soalnya repot kalau harus berbelanja setiap hari.

Tampak sudah ada Bu Tejo, Mbak Rani, Mbak Sonia, dan Bu Pur sedang memilih-milih sayuran. Aku datang dan menyapa mereka.

Tak berselang lama, Siska datang masih mengenakan pakaian tidur seksinya.

Astaga!

Mataku melebar melihat pemandangan itu. Apa memang kebiasaannya begitu?

Mana tukang sayur ini mangkal persis di depan rumahku lagi. Kalau Mas Adrian keluar bisa ternoda matanya.

Aduh! Punya tetangga gini amat, sih?

Wanita berpakaian tidur seksi itu masih bersikap ketus padaku. Mungkin, dia masih marah karena perdebatan kami semalam. Harusnya, kan, aku yang marah. Orang dia yang mengolokku mandul.

Dasar, tetangga enggak ada akhlak!

Kami memilih sayur sembari mengobrol ringan seperti biasa. Meski mata-mata kami sesekali melirik penampilan Siska. Aku juga tak lupa melirik tukang sayur yang tampak terpesona.

Bagaimana tidak, ada ibu muda berbelanja mengenakan pakaian tidur yang cukup seksi. Meskipun tak sampai menerawang. Namun, pakaian tanpa lengan itu mengeksplor pundaknya, dadanya, dan juga pahanya. Lelaki mana yang sanggup tak meneguk air liur saat memandanginya.

Bahkan mungkin tukang sayur itu dalam hati berkata, "Mimpi apa aku semalam? Kok, pagi-pagi dapat rejeki nomplok. Bisa cuci mata gratis sepuas-puasnya."

Aku tersenyum sendiri memikirkannya. Apalagi melihat wajah tukang sayur itu sampai seperti lupa bernafas.

"Mbem!"

Waduh, itu, kan, suara Mas Adrian. Ngapain dia ke sini?

Segera aku menoleh dan berlari ke arahnya yang sedang berjalan menuju tukang sayur. Sengaja aku berdiri persis di depannya agar dia tak melihat Siska.

"Ada apa? Ngapain kamu ke sini, Mas?" tanyaku panik.

"Itu, ibu minta ...."

"Udah, udah! Ayo, masuk, masuk!" titahku sembari membalikkan badan Mas Adrian.

"Eh, Mas Adrian!" Manusia yang aku hindari malah menyapa. "Mau beli apa, Mas?" tanyanya dengan suara mendayu.

Sementara aku dan Mas Adrian masih mematung. Aku memegangi kedua lengan Mas Adrian dari belakang dengan erat. Aku tak mau lelakiku berbalik dan melihat nyiur hijau yang melambai-lambai.

"Mas," panggil Siska lagi dengan suara manja.

Mas Adrian menggaruk tengkuknya, kemudian berbalik.

Aduh, mata suamiku ternoda.

Lelaki tampanku tersenyum simpul kemudian menjawab, "Ada apa?"

"Mau ikutan belanja, ya?" tanyanya sambil tersenyum genit.

"Enggak, kok, Bu. Cuma mau nyuruh pulang istri. Mau aku ajak bikin baby," jawabnya sambil merengkuh bahuku.

Mata Siska melotot mendengar jawaban Mas Adrian.

Keren juga kamu, Mas!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Tetangga Penggoda   Ending

    "Mas! Tunggu! Mas!" teriak Siska sembari mengenakan pakaiannya. Wanita itu seolah sudah tak peduli berapa banyak pasang mata yang menyaksikan tubuh polosnya. Setelah mengenakan seluruh pakaiannya, Siska berlari hendak mengejar Mas Guntur. Namun, Bu Mirna menghalanginya. "Mau ke mana kamu?" Bu Mirna mencekal lengan Siska. "Lepas! Bukan urusanmu!" ketus Siska. Plak! Siska mengelus pipinya yang terasa pedih dan panas oleh tamparan Bu Mirna. Kontan mata Siska melotot pada Bu Mirna. Aku benar-benar baru tahu kalau pelakor lebih galak dari istri sah. Bahkan Siska sama sekali tak merasa takut atau bersalah pada Bu Mirna. “Apa? Mau apa kamu?” tantang Bu Mirna. Sementara Siska melotot pada istri selingkuhannya sembari memegangi pipinya.“Bawa mereka berdua!” titah Bu Mirna pada warga yang berbondong-bondong di kamar hotel Pak Abas dan Siska. “Jangan gila kamu, Bu!” seru Pak Abas sembari memegangi selimutnya agar tidak lolos dari tubuh polosnya. “Lepas!” teriak Pak Abas lagi. Tanganny

  • Tetangga Penggoda   Kamar Hotel

    Mas Adrian membuka kunci pintu pagar. Bu Mirna langsung mendekat saat pintu telah terbuka."Mbak Nana!" panggilnya."Iya, Bu. Maaf, ini ada apa, ya?" tanyaku sembari memandangi beberapa tetangga yang sudah berkumpul di depan rumahku."Mbak, saya mau minta tolong." Kali ini Mas Guntur yang bicara."Iya, Mas, mau minta tolong apa?" tanyaku sembari menoleh pada Mas Adrian. Aku takut kalau apa yang kulakukan pada Siska berbalik ke arahku."Boleh kami masuk, Mbak? Biar enggak di pinggir jalan gini," pinta Mas Guntur."Oh, iya, iya. Silakan masuk!" perintah Mas Adrian.Para tetangga berbondong-bondong masuk sampai memenuhi halaman rumahku yang tak begitu luas. Mas Guntur, Bu Mirna, Pak RT, Bu RT, Pak RW dan Bu RW berdiri di teras rumahku."Ada apa ini, Mas Guntur?" tanya Mas Adrian."Maaf sekali, Mas, sebelumnya. Mas Adrian pasti kaget, ya?" tanya Mas Guntur.Aku dan Mas Adrian kompak mengangguk. "Iya, ada apa?" tanya Mas Adrian lagi."Jadi, tadi aku dan Bu Mirna ngobrol-ngobrol. Intinya te

  • Tetangga Penggoda   Bel Malam Hari

    "Mas, kita jahat banget apa enggak, sih?" tanyaku pada Mas Adrian saat kita sudah bersiap tidur."Ke Siska?" tanya lelaki berkaos putih itu.Aku mengangguk. "Kayaknya tadi dompetnya terkuras, deh. Dia sampai rela nebeng kita padahal sempit gitu.""Udahlah, biarin aja." Mas Adrian langsung memelukku dan memejamkan mata.Sementara Mas Adrian tidur, mataku tak juga bisa terpejam. Akhirnya aku mengambil ponsel Mas Adrian, ingin melihat hasil kerjanya tadi pada Siska.Rupanya Mas Adrian berhasil menyadap WA Siska. Segera kulihat percakapan wanita itu di WA.Terlihat baru saja dia mengirim pesan untuk Pak Abas. Dia mengadu tentang kejadian traktiran tadi. Namun, dia tak mengatakan yang sebenarnya. Siska bilang, aku yang memintanya mentraktir sebagai balas budi Mas Adrian telah membantunya mendapatkan pekerjaan. Karena hal itu, sekarang uang gajinya ludes. Sehingga dia meminta uang pada Pak Abas. Aku salut, sih. Dia pintar sekali merayu untuk meminta uang seperti itu. Namun, balasan Pak Ab

  • Tetangga Penggoda   Makan Malam

    Gara-gara membaca pesan Siska yang berusaha mengadu domba aku dengan Mas Adrian, aku jadi penasaran ingin melihat status WA-nya. Apakah dia menyindirku, atau seperti apa?Kuatur WA Mas Adrian agar tak muncul namanya saat melihat status orang lain. Setelahnya baru kucari status Siska.Status pertama di-posting kemarin sore.[Dasar enggak punya attitude! Bermesraan di depan umum! Wanita rendahan, ya, begitu! Dicium di mobil, kok, mau!]Dahiku mengernyit membaca status itu.Kira-kira dia ngatain siapa, ya? Ternyata dia enggak cuma penggoda, tetapi suka julid juga.Ck! Dasar!"Apaan, Mbem?" tanya Mas Adrian."Ini, Siska bikin status kemarin. Ngata-ngatain orang ciuman di mobil.""Oh, ya? Jangan-jangan kemarin dia lihat kita?" tebak Mas Adrian."Kita?" tanyaku bingung."Iya, pas di garasi, loh, Mbem!" Mas Adrian mengingatkan."Masa, sih? Emang bisa kelihatan dari luar?""Mungkin aja. Garasi kita kan lebih tinggi dari halaman, jadi orang bisa lihat dari balik pagar.""Tapi, kan, pasti engga

  • Tetangga Penggoda   Adu Domba

    "Mas, kita udah melangkah, Siska udah masuk ke perangkap. Kalau kita mundur, Siska enggak mungkin mau keluar dari perangkap kita. Yang ada dia akan semakin menjadi-jadi," ucapku sembari meyakinkan diri sendiri."Jadi, kita lanjutin, Mbem?""Harus!" jawabku mantap. "Masalah salah paham ini, nanti bisa diluruskan saat rencana kita berhasil.""Ya udah, Mbem. Bismillah." Mas Adrian tersenyum hangat."Makasih, ya, Mas!""Makasih, doang? Ogah, ah!""Ish! Ngelunjak!" ketusku."Oh, awas kamu, Mbem!"Mas Adrian menarikku dan menghujaniku dengan ciuman. Aku menjerit-jerit sembari tertawa menahan geli.Malam hari saat kami bersantai sembari menonton televisi, terdengar suara bel berdentang."Siapa, ya, Mas?" tanyaku. Karena tak biasanya kami kedatangan tamu. "Jangan-jangan Siska lagi!""Coba aku lihat."Mas Adrian beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju pintu pagar. Aku mengikutinya dari belakang.Dari teras aku bisa melihat siapa yang bertamu. Bukan Siska, tetapi seorang laki-laki. Karena c

  • Tetangga Penggoda   Salah Paham

    Mas Adrian menyetujui rencanaku untuk memberi pelajaran pada Siska. Semoga dengan apa yang nanti aku lakukan, bisa membuat perempuan itu jera."Kamu harus janji, loh, Mbem, enggak boleh cemburu! Kalau kamu ribut sendiri, aku enggak mau," ucap Mas Adrian."Iya, yang penting kamu turuti aku."Kemudian kubalas pesan dari Siska, seolah-olah Mas Adrian yang membalasnya.[Iya, Bu.]Tak berselang lama Siska membalas.[Jadi Mas terima tawaran makan dariku? Tapi, Mas jangan panggil aku bu terus, dong!][Iya.] balasku.[Wah, senang banget aku, Mas. Makasih, ya. Mas benar-benar baik. Mas adalah laki-laki terbaik yang pernah aku temui.]Aku menatap balasan dari Siska tanpa bisa berkata-kata.Ya Allah, gini banget ini perempuan!"Kenapa, Mbem?" tanya Mas Adrian.Mungkin dia bingung melihat ekspresiku setelah membaca pesan dari Siska. Segera saja kutunjukkan pesan itu padanya.Di luar dugaan, Mas Adrian malah terbahak-bahak."Apanya yang lucu?" tanyaku sembari menatapnya aneh."Hahahaha. Ada, ya, M

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status