Share

Adu Domba

"Mas, kita udah melangkah, Siska udah masuk ke perangkap. Kalau kita mundur, Siska enggak mungkin mau keluar dari perangkap kita. Yang ada dia akan semakin menjadi-jadi," ucapku sembari meyakinkan diri sendiri.

"Jadi, kita lanjutin, Mbem?"

"Harus!" jawabku mantap. "Masalah salah paham ini, nanti bisa diluruskan saat rencana kita berhasil."

"Ya udah, Mbem. Bismillah." Mas Adrian tersenyum hangat.

"Makasih, ya, Mas!"

"Makasih, doang? Ogah, ah!"

"Ish! Ngelunjak!" ketusku.

"Oh, awas kamu, Mbem!"

Mas Adrian menarikku dan menghujaniku dengan ciuman. Aku menjerit-jerit sembari tertawa menahan geli.

Malam hari saat kami bersantai sembari menonton televisi, terdengar suara bel berdentang.

"Siapa, ya, Mas?" tanyaku. Karena tak biasanya kami kedatangan tamu. "Jangan-jangan Siska lagi!"

"Coba aku lihat."

Mas Adrian beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju pintu pagar. Aku mengikutinya dari belakang.

Dari teras aku bisa melihat siapa yang bertamu. Bukan Siska, tetapi seorang laki-laki. Karena c
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status