Being the only heiress of the Philippines' largest group of companies, living in luxury is indeed a privilege for Autumn Davis. She may be raised to be resilient but behind her cold personality lies a heart of a woman, yearning for true love. At the night of an intimate family dinner to formally announce her engagement with the country's sought after bachelor, Elliot Carson, the wall she had built to protect her image crumbled to ground when she found out that the only man, Kristopher Ferrer, whom she have ever loved is now her half-sister’s most-prized possession. Aurora Williams on other hand believes that she's nothing but a fruit of an affair by her late mom, Selene and Autumn's father, Benedict. Although life has been tough on her, she still managed to create a name in the shoe industry with the help of her father. In a society where wealth matters more than true love… half sisters, Autumn and Aurora will go neck and neck to get the throne and be crowned as the lone victor. Four lives intertwined by a cruel fate. Will another lie be able to conceal the scar of their pasts?
View MoreDelapan belas jam sebelum tragedi besar itu terjadi, di kantin yang ramai oleh siswa-siswi SMA, Eliz tengah duduk bersama seorang sahabat baiknya. Selembar undangan tergeletak di meja dan dua remaja itu memandanginya dengan lekat.
"Lu yakin?" Anne, sahabat Eliza, bertanya untuk kesekian kali. "Yakin lah, Ne! Ini kesempatan gue buat ketemu pria itu!" Eliza ngotot dengan keputusannya. "Kapan lagi gue bisa nemuin pria itu kalo bukan malam ini! Gue harus nemuin dia sebelum pertemuan keluarga bulan depan. Dan, lu harus bantuin gue!" "Tapi, 'kan masih banyak waktu, El." "Nggak ada! Mulai minggu depan kita udah sibuk ujian, Ne. Please, temenin gue, ya!?" Eliza memohon dengan tatapan memelas yang selalu jadi andalannya untuk membujuk Anne. "Lu 'kan tahu, gue nggak sejago lu dalam merayu orang! Cuma lu yang bisa gue andelin buat nemuin pria itu." Sembari menghembuskan napasnya berat, akhirnya Anne menganggukkan kepala. "Oke, gue temenin lu! Tapi sebagai gantinya, lu harus beliin gue--" "Gue akan beliin apapun yang lu minta. Gue janji!" Jari telunjuk dan jari tengah Eliza terangkat membentuk huruf 'V' sebagai bentuk kesungguhan ucapannya. "Jam 7 nanti gue jemput lu. Pokoknya lu harus udah siap!" "Oke." Dan malamnya, Eliza benar-benar menjemput Anne tepat waktu. Gadis yang jarang keluar rumah itu, tiba-tiba saja menjadi sangat antusias untuk datang ke pesta topeng yang diadakan oleh salah satu perusahaan otomotif, di hotel milik keluarga Eliza. "Lu yakin, Liz?" Anne kembali menegaskan keraguannya. Ia merasa Eliza yang sekarang duduk di belakang kemudi itu bukanlah Eliza yang ia kenal. Tak biasanya Eliz sangat ngotot untuk menemui pria itu, pria yang akan dinikahkan dengannya tahun depan. "Nggak pernah seyakin ini, Ne. Lu nggak lihat gue udah dandan semenor ini biar nggak kelihatan kaya bocil?" Tatapan Anne menyelidiki setiap jengkal wajah sahabatnya yang memang tampak berbeda malam ini. "Ya udah, pokoknya lu jangan sampai bikin gaduh ya di pesta itu. Sesuai rencana tadi siang, kita cuma datang buat nemuin cowo itu dan setelahnya kita pulang!" "Oke!" Nyatanya, rencana yang sudah tersusun rapi mendadak buyar ketika Anne bertemu DJ favoritnya di pesta itu. Anne yang memang gadis pesta, sontak lupa pada tujuannya datang ke sana. Ia meninggalkan Eliza yang kebingungan sendiri di antara ratusan tamu yang hadir dengan topeng beraneka ragam. "Minum, Miss?" "Oh!" Eliza menoleh dengan terkejut ketika seseorang telah berdiri di depannya sembari membawa nampan berisi beberapa gelas minuman berwarna-warni. Merasa haus, Eliz memilih salah satu gelas berisi cairan berwarna pink dan meneguknya dengan kalap. Eliza tak tahu, jika yang baru saja ia telan adalah minuman alkohol dengan kadar tinggi yang sontak membuatnya pening beberapa menit kemudian. "Kenapa semua orang jadi berputar-putar?" gumam Eliz bingung sembari bangkit dari kursinya. Dengan langkah sempoyongan, Eliz berusaha menuju toilet karena mendadak ia ingin muntah. "Di mana Anne?!" dengusnya kesal, ketika teringat pada temannya yang justru menghilang tanpa jejak diantara ratusan tamu. Tepat di sebuah lorong menuju toilet, Eliza merasakan kepalanya semakin berat dan tubuhnya seakan ringan. "Jangan pingsan di sini, Liz! Jangan!" Masih dengan langkahnya yang semakin terseok-seok, Eliza memberi sugesti pada dirinya sendiri. Eliz tak menyadari, seseorang juga sedang berjalan di belakangnya dengan tubuh panas membara. Ia baru saja meneguk minuman yang diberi oleh rekan kerjanya beberapa menit yang lalu. Melihat seorang perempuan bergaun backless berjalan dengan sangat lambat dan sedikit oleng di depannya, membuat pria itu mengawasinya dengan waspada. Punggung mulus wanita itu nampak sangat menggiurkan, tubuhnya yang sintal dan mungil juga mulai mengusik gelora nafsunya. Saat tiba-tiba tubuh Eliza berhenti dan ambruk, pria itu sontak mendekat dengan panik. "Nona, are you oke?" Pria itu mengangkat kepala Eliz dengan cemas. "Geri!! Geri, di mana kamu!" teriaknya seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun, tak ada siapapun di lorong itu. Semua orang sedang menikmati musik yang menghentak riuh dan menggema. Entah mendapat dorongan dari mana, pria itu mengangkat tubuh Eliza dan membopongnya. Masih dengan topeng yang menutupi wajah keduanya, pria itu membawa Eliza keluar dari gedung pesta. Sesuatu di dalam tubuhnya semakin memanas ketika melihat belahan dada Eliz yang tersingkap kala pria itu menggendongnya. Tidak, jauh sebelumnya pun pria ini merasa tubuhnya tak baik-baik saja usai meneguk minuman sialan itu. Karena tak tahu harus membawa wanita ini ke mana, akhirnya ia menggotongnya ke dalam kamar yang sudah ia tempati sejak tadi sore. Ia membaringkan tubuh mungil Eliza di atas ranjang kingsize itu dengan napas tertahan. "Minuman brengsek!" maki pria itu sembari beringsut ke kamar mandi untuk membasahi badannya yang terasa panas terbakar. Namun, rupanya dinginnya air shower tak mampu melenyapkan sensasi aneh yang semakin menyiksa di sekujur tubuhnya. Merasa semakin pening dan ingin meledak, pria itu akhirnya keluar dari kamar mandi sambil terus menggerutu, tatapannya lantas tersita pada seseorang yang sedang duduk di atas ranjang. Untuk beberapa detik, pria itu terpana menatap wajah cantik yang kini sudah melepas topeng yang ia kenakan. "Lu ganteng banget." Eliz masih belum sadar dari pengaruh alkohol. Melihat seorang pria tiba-tiba muncul di depannya hanya dengan mengenakan bath robe dan rambut basah, respon otaknya seketika menganggap pria itu adalah idolanya. "Maaf, kamu bilang apa?" "Lu ganteng banget, sih! Boleh peluk dan minta tandatangan, nggak?" **************"I APOLOGIZE for Autumn's unruly behavior." Iyon ang paulit-ulit na sabi ng ama nina Autumn at Aurora sa matandang babae na kasama nila.Tahimik na nakamasid si Kristopher habang abala ang asawa niyang si Aurora sa tabi ng ama nitong si Benedict. Batid niyang hindi iyon ang tamang oras upang manghimasok siya sa personal na problema ng mga ito. Subalit hindi rin maalis sa isip niya ang mariing pag-iwas sa kaniya ni Autumn."It's okay. Maybe she was just stunned by your news," sagot naman ng sa tingin niya'y ina ng isa pang lalaki na kasama nila.Kung tama man ang pagkakatanda niya'y Elliot ang pangalan nito. Abala ito sa pag-alo sa ina at wala man ni isa sa kanila ang nagbalak na sumunod man lang kay Autumn. Hindi niya tuloy maiwasang mainis sa mga nangyayari kahit pa sa puntong iyo'y wala siyang karapatan na mag-alala man lang sa dalaga."Excuse me," pagputol niya sa mga ito. "I need to go to the restroom."Sa isang iglap ay sandaling natuon ang atensyon ng lahat sa kaniya. Mabilis di
"GUSTO kita, Autumn…"Natigilan si Autumn sa ginagawa niyang pagpunas ng mesa at kaagad na nilingon ang binatang si Kristopher. Nangungusap ang mga mata nitong nakatingin sa kaniya. Maingay ang paligid dahil huling gabi iyon ng school fair nila, subalit tila tumigil ang lahat para sa kanilang dalawa.Mabuti na nga lang at sila na lang dalawa ang naiwan doon para mag-ayos ng kanilang pop-up snack bar. Ang iba kasi nilang kaklase ay nauna na sa center park para sa fireworks display, bilang hudyat ng pagtatapos ng kanilang taunang event na iyon."Don't joke around, Tupe. Hindi nakakatu—""Bakit ba sa tuwing pipiliin kong magseryoso, iniisip mong nagbibiro ako?" Hindi na ito nakapagpigil pa at kaagad na siyang nilapitan. Maingat nitong inabot ang isa niyang kamay habang nakatitig pa rin sa kaniyang mga mata. "Alam kong hindi ka pa handang makipagrelasyon. Pero hindi ko na kasi alam ang gagawin ko kapag hindi ko pa sinabi sa 'yo ang nararamdaman ko."Nagsimula na siyang makaramdam ng kakai
"CONFIRMED! Businessman nga ang daddy mo."Pinandilatan ng tingin ni Autumn ang kaibigan na si Shantal dahil sa patutsada nito. Kasalukuyan silang nasa loob ng kaniyang opisina; siya'y abala sa mga trabahong kailangan niyang tapusin habang ito'y prente lamang na nakaupo sa pulang leather sofa na naroon."I'm not in the mood, Shan. Hindi pa ako moved on sa financial report na natuklasan ko kanina—""Isa pa 'yan! Gaano katagal na bang sinusuportahan ng daddy mo ang business ng kapatid—I mean, ni Aurora?"Tuluyan nang nawala sa kaniyang konsentrasyon si Autumn. Marahan niyang ibinaba ang gamit na fountain pen sa kaniyang mesa at saka sumandal sa inuupuang swivel chair. She's aware that forging financial documents is a piece of cake for her father. Especially when no one dares to question how he runs the whole company. But does that mean the whole board of directors were on his side as well? "Oh, natahimik ka riyan? You find it suspicious too, right?" Umiling-iling siya sa naging tanong
"MISS Davis, hindi po talaga kayo p'wedeng pu—"Isang matalim na tingin ang ipinukol ni Autumn sa mga personal bodyguards ng kaniyang ama na si Benedict. Iyon ay dahil sa mariin na pagharang ng mga ito sa kaniya para makapasok sa opisina ng ama."You'll let me in or I'll make a scene here?" May halong pagbabanta na ang kaniyang tono ngunit tila hindi man lang natinag ang mga lalaki. Isang bagay na mas lalong nagpaigting ng kaniyang inis."Pasensya na po ma'am. Mahigpit na bilin ni Mr. Davis na—""Let her through," ani isang malalim na boses hindi kalayuan. Sabay-sabay silang napalingon sa direksyon nito at mula roo'y tumambad sa kanila si Elliot. Nakapamulsa ito habang naglalakad papalapit sa kanila.Parang mga asong sumunod ang mga bodyguards na animo'y mas takot pa ang mga ito sa binata kaysa sa kaniya — siya na anak mismo ng kanilang amo. Mas dumoble ang pagkulo ng kaniyang dugo nang bahagyang yumuko ang mga ito kay Elliot."I have an appointment with Mr. Davis today," muli nitong
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Comments