Share

TUJUH

Author: Lalaa
last update Huling Na-update: 2025-07-14 16:57:16

Marcus tidak menyia-nyiakan waktu. Begitu ada kesempatan, di sebuah acara makan malam bisnis yang dihadiri banyak kolega dan media, ia melancarkan serangannya.

"Pernikahan Davies dan Celine, ya?" Marcus memulai, suaranya lantang, diselingi tawa sinis. "Aku dengar ini hanyalah pernikahan kontrak, demi warisan Kakek Davies. Kalian tidak benar-benar saling mencintai, kan?"

Bisikan-bisikan mulai terdengar, namun Davies dan Celine telah membangun sandiwara mereka dengan begitu meyakinkan. Davies merangkul pinggang Celine, menatapnya dengan pandangan penuh kasih, sebuah ekspresi yang kini terasa lebih alami dari yang ia bayangkan. Celine tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya dengan lembut.

"Marcus, jangan bicara yang tidak-tidak. Davies adalah pria terbaik yang pernah kutemui," jawab Celine, suaranya tenang dan penuh keyakinan. Kata-katanya keluar dengan begitu natural, membuat Davies sendiri sedikit terkejut.

Sandiwara yang telah mereka bangun begitu kokoh, detail-detail yang mereka susun dengan cermat, kini terbayar. Publik dan sebagian besar kolega bisnis Davies tidak percaya pada tuduhan Marcus. Mereka justru melihat Marcus sebagai pria yang iri dan putus asa.

Meskipun demikian, Marcus tak menyerah. Ia adalah pria yang pantang menyerah dalam mencapai tujuannya. Kegagalannya di depan umum hanya memicu amarah dan kecerdikannya. Ia mulai mengganggu pekerjaan Davies dengan berbagai cara licik. Kontrak-kontrak penting tiba-tiba bermasalah, investor-investor potensial tiba-tiba mundur, dan gosip-gosip tak sedap menyebar di kalangan bisnis, semuanya mengarah pada ulah Marcus. Davies harus bekerja ekstra keras untuk mengatasi kekacauan yang diciptakan Marcus.

Di sisi lain, Marcus juga secara intens mendekati Celine. Ia mulai sering mengirim bunga ke rumah, mengirim pesan singkat yang bernada "perhatian", dan bahkan mencoba "secara kebetulan" bertemu Celine di luar.

"Kau tidak pantas disia-siakan oleh Davies, Celine," katanya suatu kali, saat ia berhasil mencegat Celine di lobi gedung kantor. "Aku bisa menyelamatkanmu dari pernikahan palsu ini. Aku tahu kau tidak bahagia."

Celine merasa muak dengan tingkah Marcus. Ia selalu menolaknya dengan sopan namun tegas, namun Marcus tak gentar. Ia bahkan mulai berani mengutarakan ancaman terselubung jika Celine tidak mau "bekerja sama."

Kini, setiap hari adalah medan pertempuran. Marcus menciptakan kekacauan dan konflik terbuka yang sengit, bertekad untuk menghancurkan Davies secara profesional dan merebut Celine untuk kepuasan pribadinya. Ketegangan di antara mereka bertiga mencapai puncaknya, mengancam untuk meruntuhkan tidak hanya pernikahan kontrak, tetapi juga segala hal yang telah Davies dan Celine bangun.

***

Badai yang diciptakan Marcus semakin mengganas, memaksa Davies dan Celine untuk bersatu dan berkoordinasi lebih erat dari sebelumnya. Rumah mewah itu, yang tadinya dipenuhi aturan tak kasat mata, kini menjadi markas strategi mereka. Mereka berdiskusi hingga larut malam di ruang kerja Davies, bukan lagi tentang detail kontrak, melainkan tentang cara menghadapi ancaman yang kini bersifat sangat pribadi dan profesional.

"Marcus mencabut tawaran investasinya di proyek 'Titan'," kata Davies, rahangnya mengeras. "Dia juga menyebarkan rumor tentang kelemahan keuangan perusahaanku." Ia memijat pelipisnya, tampak lelah.

Celine, yang duduk di seberangnya, menggeser beberapa berkas. "Dia juga mencoba menghubungiku lagi hari ini," katanya, nadanya datar namun ada kekesalan. "Mengatakan hal-hal konyol tentang 'menyelamatkanku'."

Mereka harus menyusun strategi, berbagi informasi, dan benar-benar bertindak sebagai satu tim. Interaksi mereka kini jauh melampaui formalitas. Davies mulai mendengarkan ide-ide Celine dengan lebih serius, bahkan mengakui beberapa di antaranya brilian. Celine, di sisi lain, belajar lebih banyak tentang dunia bisnis yang kejam dari Davies, dan bagaimana pria itu mampu tetap tenang di tengah badai.

Di tengah kekacauan dan tekanan yang hebat itu, sebuah hal tak terduga mulai tumbuh. Mereka mulai merasakan kedekatan yang tak terduga, sebuah ikatan yang melampaui kontrak. Mereka tertawa bersama saat menemukan celah lucu dalam rencana Marcus, berbagi pandangan kesal saat Marcus berhasil menciptakan masalah baru, dan saling menopang ketika salah satu dari mereka merasa putus asa.

Suatu sore, Davies dan Celine sedang menghadiri sebuah acara amal. Marcus mendekati Celine, tangannya dengan lancang meraih tangan Celine untuk dicium.

"Kau terlihat memukau malam ini, Nyonya Davies. Davies harusnya lebih sering mengajakmu ke acara-acara seperti ini," ucap Marcus, tatapannya penuh maksud.

Celine mencoba menarik tangannya, namun Marcus menahannya. Saat itulah, Davies yang sedang berbicara dengan klien di dekatnya, melihat kejadian itu. Matanya seketika menajam. Ekspresi dingin yang selalu ia kenakan kini terpecah oleh emosi yang jelas. Davies melangkah cepat, menarik tangan Celine dari genggaman Marcus dengan gerakan halus namun tegas.

"Marcus, aku pikir kau ada urusan lain," desis Davies, suaranya rendah namun penuh peringatan. Ada nada cemburu yang jelas, sebuah emosi yang belum pernah ia duga akan muncul dalam dirinya. Davies, yang selama ini dingin dan rasional, kini merasakan gejolak aneh di dadanya. Perasaan possessive, sebuah keinginan untuk melindungi Celine dari pria lain. Itu adalah realisasi yang mengejutkan.

Marcus tersenyum sinis, namun ia mundur. Davies merangkul pinggang Celine erat, tatapannya kini tak lagi pura-pura. Dalam pelukan itu, Celine merasakan detak jantung Davies yang bergemuruh, sama seperti detak jantungnya sendiri. Badai Marcus mungkin ingin menghancurkan mereka, tetapi tanpa sadar, ia justru menempa sebuah ikatan baru yang lebih kuat.

***

Intrik dan bahaya yang diciptakan Marcus masih terus berlanjut, semakin mengintensifkan suasana di antara Davies dan Celine. Malam-malam mereka kini dihabiskan untuk diskusi strategi, bukan lagi sebagai aktor dalam sebuah sandiwara, melainkan sebagai sekutu dalam perang.

"Dia baru saja mencoba memanipulasi dewan direksi," Davies melaporkan suatu malam, peta jaringan perusahaannya terhampar di meja. "Kita harus mematahkan rantainya, satu per satu, sampai dia tidak bisa bergerak lagi."

Celine mengangguk. "Bagaimana kalau kita menggunakan kelemahannya?" Ia menunjuk sebuah nama di peta. "Dia selalu haus publisitas, kan? Dan dia benci kekalahan."

Mereka mulai merencanakan setiap langkah dengan hati-hati. Davies menjelaskan seluk-beluk dunia korporat yang kejam, sementara Celine, dengan kecerdasan analitisnya, menemukan celah-celah yang tak terpikirkan oleh Davies. Mereka bertukar pikiran, membedah setiap kemungkinan, dan membangun skenario balasan yang mematikan.

"Kita akan menjebaknya dalam kesepakatan yang dia pikir akan menguntungkannya," Davies menjelaskan, seringai tipis muncul di wajahnya. "Tapi sebenarnya itu akan mengikat tangannya."

Hubungan yang tadinya kaku dan formal kini mulai mencair di bawah tekanan. Setiap pertemuan rahasia di ruang kerja Davies, setiap bisikan strategi yang dibagikan di tengah malam, membawa mereka lebih dekat dari yang pernah mereka bayangkan. Ada tawa kecil saat rencana mereka terdengar terlalu gila, ada tatapan penuh pengertian ketika salah satu dari mereka merasa frustrasi, dan ada sentuhan singkat yang kini terasa alami. Mereka saling melindungi dari serangan Marcus yang tak terduga, menjadi perisai bagi satu sama lain.

Beberapa minggu kemudian, rencana mereka dieksekusi. Davies mengumumkan sebuah kesepakatan besar yang melibatkan Marcus, sebuah proyek ambisius yang akan menjanjikan keuntungan fantastis. Marcus, yang terbutakan oleh ambisi dan keinginan untuk mempermalukan Davies, langsung menyambar umpan itu tanpa berpikir panjang. Ia menandatangani kontrak-kontrak yang telah dirancang Davies dengan sangat licik, tanpa menyadari klausul-klausul tersembunyi yang akan menjeratnya.

Beberapa hari setelah pengumuman itu, dunia Marcus runtuh. Detail-detail dari kontrak yang mengikatnya mulai terkuak ke publik. Ia bukan hanya kehilangan proyek-proyek penting, tetapi juga menghadapi gugatan hukum besar-besaran karena klausul yang tidak ia perhatikan. Reputasinya hancur. Aset-asetnya dibekukan. Pukulan itu begitu fatal sehingga Marcus terpaksa menyatakan bangkrut, dan namanya menjadi aib di kalangan bisnis. Konsekuensi buruk yang sangat berat itu adalah hasil dari kerja sama tak terduga antara Davies dan Celine.

Davies menatap berita utama di koran, sebuah senyum kemenangan samar terukir di bibirnya. Ia melirik Celine yang duduk di sampingnya, ada rasa hormat dan sesuatu yang lebih dalam di matanya. Mereka telah memenangkan pertempuran ini bersama.

Setelah ancaman Marcus tak lagi ada, akankah Davies dan Celine kembali ke perjanjian kontrak mereka, ataukah kemenangan ini akan membuka jalan bagi hubungan yang lebih tulus?

___

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Contractual Heart   TIGA BELAS

    Waktu tanpa Celine terasa hampa, dingin, dan kosong bagi Davies. Setiap sudut rumah mewah itu, setiap keheningan, mengingatkannya pada kekosongan yang ditinggalkan Celine. Penyesalan atas perbuatannya menggerogoti hatinya, ditambah kerinduan yang mendalam pada wanita itu. Ia tahu ia telah menyakitinya, dan penyesalan itu jauh lebih pedih dari luka fisik mana pun. Davies menghabiskan hari-harinya dalam kesendirian, merenungkan setiap kesalahan. Ia melihat kembali hidupnya, ambisi yang membutakannya, dan rahasia yang telah menghancurkan segalanya. Ia tahu ia harus berubah, tidak hanya untuk Celine, tetapi juga untuk dirinya sendiri, untuk menjadi pria yang pantas dicintai. Dengan tekad bulat, ia mengambil langkah berani: ia berniat mengakhiri bisnis ilegalnya. Sebuah keputusan yang tidak mudah, mengingat betapa dalamnya ia telah terlibat. Ia mulai membuat panggilan telepon rahasia, merencanakan pertemuan-pertemuan tersembunyi, berusaha mencari jalan keluar dari jeratan sindikat itu.

  • The Contractual Heart   DUA BELAS

    Setelah kepergian Celine, rumah mewah itu terasa hampa, dingin, dan kosong. Davies berjalan kesana kemari bagai jiwa tak tenang. Ia duduk di sofa yang dulu mereka gunakan untuk berdiskusi, namun kini hanya ada keheningan. Di titik krusial ini, Davies harus menghadapi ketakutan terbesarnya: takut kehilangan Celine, takut kehilangan ikatan yang tanpa sadar telah mereka bangun. Perasaan itu menghantamnya begitu kuat hingga ia merasa lumpuh. Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa ia tidak menjelaskan? Mengapa ia begitu takut membuka diri? Penyesalan menggerogoti, membuat Davies menutup dirinya. Ia mengabaikan panggilan telepon dari kantor, menunda rapat penting, dan membiarkan dokumen-dokumen menumpuk di meja kerjanya. Pekerjaannya terhambat, bahkan terancam berantakan. Aura dominan yang selalu ia pancarkan kini digantikan oleh kesuraman dan keputusasaan. Berita tentang kemunduran Davies akhirnya sampai ke telinga Kakek Davies. Khawatir dengan cucunya, sang kakek datang berkunju

  • The Contractual Heart   SEBELAS

    Malam itu terasa dingin, diisi oleh keheningan yang memekakkan telinga setelah pertengkaran mereka. Dalam keputusasaan yang melanda, Celine merasa tidak sanggup melanjutkan. Semua beban dan kebohongan terasa terlalu berat untuk ditanggung. Hatinya hancur, dan ia tahu ia harus pergi. Dengan langkah pelan, Celine berjalan menuju jendela kamarnya. Jendela itu menghadap ke taman belakang, sebuah jalan setapak kecil yang biasa ia gunakan untuk berjalan-jalan. Celine membuka jendela lebar-lebar, udara malam yang dingin menerpa wajahnya, seolah menyambut kebebasannya. Tanpa menoleh ke belakang, tanpa mengeluarkan suara, Celine melangkah keluar, menghilang di kegelapan malam. Ia berharap bisa menemukan ketenangan dari badai emosi yang mengamuk di dalam dirinya. Davies, di sisi lain, masih terpaku di ruang tamu, dihantam oleh kebisuan. Ia duduk di sana untuk waktu yang lama, bergulat dengan dirinya sendiri, dengan beban masa lalu yang begitu berat. Ia tahu ia telah menyakiti Celine, dan ia

  • The Contractual Heart   SEPULUH

    Beberapa hari setelah kunjungan Celine ke Onyx, hidupnya berubah menjadi penyelidikan rahasia. Ia berpura-pura seperti biasa di depan Davies, tertawa, berbicara tentang hal-hal sepele, namun di balik itu, matanya selalu waspada, telinganya selalu siaga. Ia mencari bukti, potongan puzzle yang bisa mengonfirmasi apa yang ia dengar di klub malam itu. Pagi itu, saat Davies menerima telepon di ruang kerjanya, pintu yang sedikit terbuka membuat Celine bisa mendengar samar-samar. "Malam ini... pukul dua belas... tempat biasa," suara Davies terdengar datar, namun ada nada urgensi yang tak biasa. Jantung Celine berdesir. Malam ini. Ia harus siap. *** Malam harinya, Celine berakting sempurna. Ia berbaring di tempat tidur, memejamkan mata, napasnya teratur, berpura-pura tidur nyenyak. Namun, setiap sarafnya tegang. Sekitar pukul dua belas malam, ia mendengar pergerakan pelan di ruang depan. Davies. Celine membuka matanya sedikit, menunggu. Lima menit kemudian, ia mendengar suara pintu utam

  • The Contractual Heart   SEMBILAN

    Malam itu, setelah makan malam, Celine duduk di sofa ruang tamu. Davies ada di sampingnya, sibuk membaca buku tebal tentang ekonomi. Kehangatan yang kini tumbuh di antara mereka membuat Celine merasa nyaman, namun ingatan akan kotak logam dan catatan misterius itu tiba-tiba menyelinap. "Davies," panggil Celine pelan, mencoba terdengar santai. "Beberapa waktu lalu, aku tidak sengaja melihat tas kerjamu terjatuh. Ada sebuah kotak kecil di dalamnya, dan... catatan aneh." Davies menurunkan bukunya, menoleh ke arah Celine. Wajahnya tetap tenang, namun ada kilatan cepat di matanya yang tak luput dari perhatian Celine. "Oh, itu?" jawabnya singkat, seolah tak penting. "Hanya barang lama. Sudah kubereskan." Ia kembali fokus pada bukunya, seolah pembicaraan sudah selesai. Celine merasa tidak yakin. Jawaban Davies terlalu singkat, terlalu cepat, dan ada sesuatu dalam nada suaranya yang terasa seperti penolakan halus. Ia tahu Davies sedang menyembunyikan cerita aslinya. Meskipun hubungan mere

  • The Contractual Heart   DELAPAN

    Setelah badai Marcus berhasil mereka atasi, ketenangan kembali menyelimuti rumah mewah itu. Namun, kali ini, ketenangan itu diisi dengan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru dan tak terduga. Momen-momen romantis mulai bermunculan, tak direncanakan, justru semakin mengaburkan garis antara peran "pasangan kontrak" dan perasaan sesungguhnya. Suatu sore, saat mereka berjalan di taman belakang, tiba-tiba sebuah dahan pohon tua jatuh menimpa tepat di jalur yang akan dilewati Celine. Tanpa berpikir, Davies secara refleks menarik Celine kuat-kuat ke belakangnya, memeluknya erat, melindunginya dari reruntuhan dahan. Gestur itu begitu spontan, begitu naluriah, dan begitu tak terduga. Celine mendongak, menatap mata Davies yang menunjukkan kekhawatiran yang tulus, bukan sekadar basa-basi. Perlahan, mereka mulai melihat satu sama lain bukan hanya sebagai mitra bisnis, tetapi sebagai manusia. Celine menemukan keberanian dan kesetiaan di balik topeng dingin Davies. Ia melihat bagaimana Davies

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status