"Virgo, jangan bercanda. Ini bukan waktu yang tepat untuk ...."
"Ini fakta, Milly Berliana!" potong Jetro yang sedari tadi terdiam, kini mulai turut andil. Istrinya berpaling dan menatap Jetro dengan napas sesak dan jantung berdebar. "Iblis? Ba-bagaimana mungkin ... kalian ta-tampak normal," ucap Milly dengan susah payah. Virgo ingin menahan Jetro, tapi pria itu tidak peduli. Setelah berdiri dan menggulung lengan kemejanya, Jetro menjentikan jarinya. Muncul api kecil meliuk di atas telunjuknya seperti sihir mentalis yang sering ia saksikan di televisi. "Itu tidak cukup bukti, maksudku, mentalis profesional akan dengan mudah melakukan hal tersebut, bukan?" Milly makin tampak gelisah serta mencoba menyangkal. Jetro tidak berhenti di situ. Lelaki itu kemudian mengubah wujud, serta menunjukkan bentuk aslinya dalam satu kedipan mata!Milly sontak berteriak ketakutan. Ia merapatkan tubuhnya ke sandaran sofa sementara tubuhnya gemetar.&nbsJawaban Jetro yang terlontar membuat Milly makin merasakan kemuakan. Mengetahui bahwa dirinya hidup bersama dua makhluk yang bukan manusia sepenuhnya, menciptakan kengerian begitu mendalam.Milly meningkatkan waspada dan selalu menjaga jarak dengan mereka. Semua yang biasa ia lakukan dengan Virgo, ditolak dengan halus.Memahami jika wanita tersebut sedang dalam proses penerimaan atas fakta yang mereka ungkapkan, Virgo membiarkan Milly untuk menikmati waktu sendiri.Sementara itu Jetro terus menyibukkan diri dengan urusan dengan kekacauan Sybil. Sudah beberapa kali ia mengalami serangan dan entah kenapa, Sybil semakin gencar dan bahkan mengetahui semua gerak geriknya selama ini.Permusuhan yang sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu, semakin meruncing. Sybil juga mencoba menghancurkan bisnis yang Jetro dan Virgo telah bangun selama ini."Aku akan mencoba menyelidikinya," pamit Virgo pada Jetro.Pria itu masih cukup ragu akan keper
Dalam kondisi lemah dan syok, Milly dirawat oleh Minerva dengan sangat baik. Terkadang demam menyerang dan Milly menggigil kedinginan.Jetro menengoknya diam-diam tanpa sepengetahuan Milly. Pada malam kritisnya karena luka di kepala yang baru mulai meradang, pria itu duduk di samping tempat tidur Milly sembari menenangkan.Jahitan sejumlah lima tisikan memang tidak seberapa. Namun kenyataannya, Milly sempat mengalami demam yang cukup parah.Selama Milly sakit, Jetro makin sering menemaninya. Biarpun hanya duduk dan memastikan Milly baik-baik saja, tapi Virgp bisa melihat bahwa Jetro sangat mengkhawatirkan wanita yang telah menjadi istri kontraknya.Empat hari berlalu dan Jetro tahu jika Milly sudah cukup membaik. Malam itu ia berpamitan untuk mengunjungi salah satu bisnis mereka. Virgo mengingatkan untuk tidak berlama-lama.Jetro membalas dengan tepukan pelan."Aku harus memutuskan rantai Sybil sepenuhnya."Virgo tahu dengan b
Milly melangkah masuk rumahnya dengan semangat. Ketika mencoba mencari kunci, pintu terkuak dan Prana muncul."Milly?" sapa Prana heran.Wanita itu tertegun. Sejak kapan Prana sering datang ke rumahnya?"Martin di mana?" tanya Milly mendadak tidak menyukai kehadiran Prana yang tidak pernah ia harapkan. Ada sesuatu dalam diri pria tersebut yang membuat Milly tidak nyaman."Dia ada di dalam. Aku hanya mengunjungi dan memastikan semua keadaan baik-baik saja," cetus Prana seraya memberi alasan yang membuat dirinya ada di rumah tersebut."Terima kasih, Dok. Aku masuk dulu," pamit Milly kikuk.Prana menyingkir ke samping dan memberi ruang untuk Milly berlalu."Martin!" Kakinya terus melangkah ke ruang dapur yang merangkap meja makan.Tangannya menyibak tirai kamar adiknya yang kebetulan ada paling belakang. Adiknya tidur dengan posisi miring dan mukanya menghadap ke tembok.Milly mengira Mar
Makan malam yang Milly harapkan bisa melunturkan kekakuan dan kebekuan hubungannya dengan Martin, berakhir menjadi semakin memburuk. Tidak pernah menyangka jika saat ini dirinya telah kehilangan Martin. Tidak ada yang bisa mengendalikan kemarahan Martin yang terlihat sudah melampaui batas. Prana sendiri terlihat serba salah. "Kita lanjut makan, Pran," ajak Milly dengan suara seperti tercekik. Prana tidak lagi berselera. Kesedihan Milly yang jelas tampak dari raut wajahnya, membuat Prana iba sekaligus bersimpati. "Kita beresin semua aja, Mill. Aku tahu perasaanmu. Jangan paksa diri terlalu kejam," tutur Prana. Milly akhir meletakkan sendok dan garpunya, lalu mulai terisak. Kedua telapak tangannya menutup wajah rapat-rapat. "Martin menjadi pribadi yang aku nggak kenal, Pran," keluh Milly tergugu. "Beri dia waktu," hibur Prana. Setelah memeras mata kuat-kuat, Milly memutuskan untuk tidak lagi menangis. Ini semua me
Virgo sempat khawatir ketika melihat Milly mendadak meminta menjemput malam itu. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Milly terlihat murung dengan wajah ditekuk. Selama perjalanan kembali ke pulau pribadi Jetro, keduanya tidak banyak bicara.Setelah tiba di villa, Milly memilih untuk berpamitan dan masuk ke kamarnya untuk menyendiri. Virgo tidak memiliki alasan yang tepat untuk menahannya. Dengan anggukan pelan, Virgo membiarkan Milly berlalu.Kini Virgo tidak lagi akan tinggal diam. Dia bisa merasakan ada kesedihan yang begitu mendalam pada Milly. Dengan langkah panjang, Virgo bergegas menuju ruangan Jetro biasa berada.Pria itu sedang sibuk menatap layar laptopnya dengan pandangan yang serius.“Virgo, sudah kembali?” sapa Jetro tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.“Milly terlihat jauh lebih buruk dari yang terakhir,” sahut Virgo.Jetro tersenyum miring.“Sudah kukatakan sejak awal, kelua
Semangat untuk menjalani hidup yang baru memang tidak mudah untuk Milly. Terkadang kenangan akan adiknya kembali menyulut kecewa yang membuatnya resah. Ada ganjalan yang membuatnya tidak mampu merasakan damai.Virgo tahu mengenai hal tersebut. Namun untuk mengungkit, pria itu tidak berani. Milly sangat sensitif setiap membicarakan tentang masalah dengan adiknya, Martin.Sudah beberapa hari ini, Virgo sibuk memastikan tower yang khusus dia pesan untuk memperkuat sinyal di pulau pribadi Jetro berjalan seperti yang diharapkan. Setelah badai beberapa kali, tower tersebut sempat tidak berfungsi dengan maksimal. Kedatangan tehnisi yang memperbaiki sistem akhirnya berhasil dengan baik.Milly memekik gembira dan mengatakan akan memasak untuk Virgo sebagai hadiah.“Lain kali, Mill! Ingat, malam ini kau akan pergi untuk undangan pesta dengan Jetro,” tukas Virgo.Milly seketika terdiam. Ada rasa enggan yang menguasai hatinya. Dirinya jarang berkom
“Apa rencanamu, Pran? Kau tahu jika Jetro tahu, aku mungkin tidak akan hidup lagi,” tanya Milly masih terlihat cemas dan khawatir.Prana mengajaknya menjauh dan menuju ke buritan kapal. Pria itu memastikan tidak ada yang melihat mereka.“Pengacara yang akan membantumu adalah manusia seperti Jetro. Tapi jangan takut, dia adalah temanku. Selama kau belum mendapat panggilan dari pengadilan, jangan membuat reaksi apa pun. Bersikaplah seakan tidak tahu apa-apa, Mill. Aku tahu ini bahaya, oleh karena itu, Virgo juga tidak perlu tahu mengenai hal ini sedikit pun.”Milly mengerutkan keningnya dengan heran.“Dari mana kau tahu banyak tentang Jetro? Bahkan mengenal Virgo?”Prana menghela napas panjang.“Aku sudah menyelidiki selama ini. Jetro memang belum lama di daerah Bandung. Tapi sepak terjangnya sangat mengkhawatirkan. Terakhir kali, dia mencoba menguasai supplai obat-obatan yang dipergunakan untuk rumah
Virgo terlihat geram dan matanya jelas menunjukkan kecewa yang begitu mendalam. Tidak pernah ia sangka jika Milly mengkhianati kepercayaannya selama ini. Diam-diam, Milly mengajukan gugatan cerai tanpa memberitahu terlebih dahulu Virgo.Selama ini, janji yang Milly ucapkan hanyalah kebohongan semata!“Aku tidak sanggup hidup bersama dalam pernikahan palsu ini,” kelit Milly dengan tergagap.Wanita itu menelan ludah dan mencoba menenangkan diri untuk tidak tersudut dan hilang keberanian menjawab.Virgo melangkah ke depan mendekati Milly yang mundur dengan sikap waspada.“Cukup, Virgo! Jangan mendekat! Satu langkah lagi, aku akan mengambil tindakan membela diri!” ancam Milly. Tangannya gemetar, teracung ke depan dengan pistol berisi peluru.“Aku bisa meremukkan tubuhmu dalam sedetik! Kau mengkhianatiku dan Jetro!” desis Virgo dengan wajah bengis.Milly tampak ketakutan. Ia tidak menyangka jika Virg