Pagi itu, Kalila di sibukkan dengan menjadi moderator di acara kampusnya dengan Janu yang menjadi pembicara. Ya, rutinitas yang membawakan takdir Kalila dan Janu bersatu.
Menjadi moderator di pagi itu suasananya pasti sangat berbeda bagi Kalila. Dimana waktu itu Janu dan Kalila hanya manusia yang saling bertegur sapa tanpa adanya ikatan cinta di dalam diri mereka.
Janu menatap Kalila terus-terusan dari sudut panggung dengan beberapa dekan fakultas dan juga rektor yang duduk di dekatnya. Menurutnya, dia adalah laki-laki yang beruntung bisa mendapatkan wanita cerdas, cantik, dan pekerja keras seperti itu. Sementara Kalila tengah memberikan kata sambutan kepada peserta yang mengikuti seminar dengan kemampuan komunikasinya yang tidak diragukan lagi.
“Baiklah, saat ini kita kedatangan pembicara hebat loh. Pengusaha muda sukses dan udah buka beberapa cabang usahanya di Indonesia. Mau tau kan gimana perjalanannya beliau? Kita langsung saja memberikan waktu kepada Pak Janu Sanjaya.” Ucap Kalila dan Janu pun langsung bergegas berdiri dan menghampiri Kalila sembari melemparkan senyum
“I love you, Lil.” Bisik Janu sembari mengambil microphone dari tangan Kalila. Sementara Kalila hanya tersenyum saat mendengar bisikan yang terlontar dari mulut Janu.
“Good luck, sayang.” Bisik Kalila dengan bangga.
Kalila menatap Janu kagum saat tengah menceritakan strategi bisnis yang dia bangun serta pencapaian-pencapaian yang dia miliki. Dia pun seakan merasa mimpinya menjadi kenyataan. Mimpi dimana dia mengidamkan laki-laki seperti Janu.
Beberapa saat setelah acara seminar selesai, Janu tiba-tiba menghampiri Kalila yang tampak sedang sibuk membereskan barang-barangnya.
“Kita ke club, yuk! Temen aku udah pada nunggu.” Ucap Janu ke hadapan Kalila
“Astaghfirullah! Ngagetin banget, sih, Mas.” Ucap Kalila sembari menghembuskan napas kasar “Aku gak bisa, Mas. Aku ketauan sama Bang Adam.” Jelas Kalila dengan wajahnya yang tampak murung.
Janu mengerti posisi hubungannya dengan Kalila saat itu memang masih belum memungkinkan. Apalagi, kesalahan Janu yang mabuk berat itu membuat dia seakan kehilangan harga diri di depan Kalila.
“Ya udah, kita ke rumah aku aja yuk. Aku kangen kamu, Lil. Pengen habisin waktu aja sama kamu.” Jelas Janu sembari mengusap puncak kepala Kalila dan Kalila pun mengangguk menyetujui.
***
“Mas, Mama sama Papa kamu gak balik ke Indonesia lagi?” Tanya Kalila yang memang selama ini belum pernah mendapati kedua orangtua Janu ketika dia mengunjungi rumah megah mereka.
“Katanya sih bulan depan, sayang. Kamu pengen ketemu ya? Sabar ya, Lila.” Jelas Janu sembari meletakkan tasnya di sofa yang berada di kamarnya itu.
Kalila hanya mengangguk dan kembali menatap halaman rumah Janu dari jendela kamar laki-laki itu. Seketika dia menghela napas, rasanya sayang sekali jika rumah sebesar ini jarang ditempati dan juga dinikmati.
Janu tiba-tiba mendekati Kalila dan memeluk wanita itu dari belakang “I love you, Lila. Tadi kamu perfect banget jadi moderator. So proud of you.” Ucap Janu yang masih memeluk Kalila.
Kalila tersenyum bangga dan membalikkan tubuhnya sehingga kedua bola mata mereka saling menatap satu sama lain “I’m so proud of you too, Mas Janu.”
Janu dan Kalila masih saling menatap satu sama lain dengan wajah mereka yang sedikit demi sedikit mendekat sampai tidak ada jarak. Seketika Janu pun mengecup bibir Kalila. Awalnya Kalila terkejut, namun dia pun kembali membalas kecupan Janu. Janu yang mendapati balasan itu pun perlahan mulai mengecup setiap tubuh Kalila sehingga pada akhirnya mereka tenggelam dalam nafsu yang mereka ciptakan. Janu dan Kalila pun tanpa sadar melakukan hal yang tidak seharusnya……..
Kalila mengusap wajah Janu yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya. Tubuh mereka hanya di baluti selimut. Kalila memang baru pertama kali melakukan hubungan diluar batas itu. Ada rasa menyesal sedikit dalam dirinya, namun dia juga menikmatinya saat melakukan hal itu dengan Janu.
“Sayang… Aku mau pulang.” Ucap Kalila lembut kepada Janu sembari mengusap wajah laki-laki itu.
“Iya, sayang. Aku bakal anterin. I love you, Lila. Did I hurt you?” Tanya Janu memastikan karena dia tahu Kalila baru pertama kali melakukan hal itu. Sementara Kalila hanya menggelengkan kepala dan langsung mengecup kening Janu.
***
Acara pelepasan wisuda, sebuah upacara pelantikan bagi mereka yang sudah berhasil menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sebuah acara yang selalu ditunggu bagi seseorang yang secara resmi akan melepas statusnya yang semula menjadi mahasiswa kini menjadi alumni dengan membawa gelar di belakang nama mereka.
Ya, hari itu merupakan hari yang bersejarah bagi Kalila. Bagaimana tidak, Kalila mendapatkan julukan lulusan terbaik dengan predikat cum laude dan IPK 3.98, Ya, IPK yang nyaris sempurna.
Janu menatap Kalila dengan tatapan kagum. Wanita itu benar-benar sempurna di matanya. Kalila bukan hanya mengandalkan fisik yang indah serta wajah yang cantik, namun dia juga memiliki kemampuan yang sangat sempurna di bidang pendidikan.
“Mas…” Ucap Kalila menghampiri Janu dengan Kalila yang terlihat sangat cantik memakai toga saat menghampiri Janu dengan mulutnya yang masih menganga serta pandangannya yang belum pernah melesat sedikit pun dari wajah Kalila
“Mas Janu!!” Teriak Kalila sehingga membuyarkan lamunan Janu
“I-iya, sayang.” Ucap Janu terkejut mendengar teriakan Kalila “Kamu cantik banget, Lila. Congratulations!!!”
“Thank you, Mas. “Mas, aku minta maaf ya, aku cuma bisa ketemu sebentar sama kamu. Orangtua aku, Bang Adam, dan Rangga udah nungguin. A—”
“Gapapa, sayang. Yang terpenting aku udah lihat wanita idaman aku aja udah seneng banget. Besok setelah magang aku jemput kamu. Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.” Jelas Janu
Ya, saat itu Kalila juga berstatus menjadi anak magang di sebuah perusahaan law firm untuk mencari pengalaman agar dia bisa dengan mudah mencari pekerjaan dengan kemampuan serta pengalaman magang yang dia miliki.
“Kamu kenapa, Lila? Kok senyum-senyum sendiri?” Tanya Widia menginterogasi Kalila saat dia mendapati Kalila tengah membersihkan dapur.“Eh… I-ibu.” Ucap Kalila gugup dan terkejut disaat bersamaan “Hmm--- Nggak, kok, Bu. Cuma inget obrolan aku sama temen aja.” Jelas Kalila sembari memberikan senyuman lebar kepada Widia.Widia menepuk bahu Kalila sembari tertawa kecil “Kamu gak bisa bohongi ibu, Nak. Kamu pasti lagi inget Janu, ya?”“Ha? Nggak, Bu.” Ucap Kalila panik sementara Widia masih saja terus menggodanya.“Sssttt… Ibu jangan bahas Mas Janu. Nanti ketahuan Bapak sama Bang Adam.” Ucap Kalila sembari meletakkan jari telunjuknya di bibir.“Suka banget ngalihin kamu.” Ucap Widia terkekeh melihat Kalila masih saja tidak mau mengaku.Widia merasa bahagia melihat Kalila yang pada akhirnya bisa membuka hatinya kepada seorang pria. Widia mengenal per
Mentari pagi tampak memantulkan cahayanya di jendela kamar Kalila sehingga membuat wanita itu terbangun. Namun, Kalila tampak tidak sedang baik-baik saja.Kalila merasa mual dan pusing dengan wajahnya yang juga terlihat pucat. Seketika dia berlari kecil ke kamar mandi akibat mual yang semakin menjadi-jadi."Kamu kenapa, Nak?" Tanya Widia yang tengah memasak di dapur saat mendengar Kalila mual dari dalam kamar mandi yang jaraknya sangat dekat dengan dapur mereka."Aku gak enak badan, Bu." Teriak Kalila dari dalam kamar mandiKalila merasa mual yang dia rasakan itu tidak wajar. Mengingat hubungannya dengan Janu yang sudah kelewat batas dan sudah beberapa kali melakukan hubungan yang tidak wajar itu, Kalila bergegas ke puskesmas yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya untuk memastikan apakah dia sedang mengandung anak Janu atau tidak.Beberapa menit setelah Kalila menunggu di ruang tunggu puskesmas, dokter yang memeriksa Kalila pun menyatakan
"Assalamualaikum." Arwan memberikan salam sembari memasuki rumah dengan wajah yang terlihat sangat lelah."Walaikumsalam… Eh bapak udah balik. Gimana kerjaan?" Tanya Widia menghampiri Arwan sembari mengambil tas yang tengah di pegang olehnya."Ya begitu lah, Bu. Hari ini kerjaannya lumayan banyak.” Jawab Arwan menghela napas dalam “Oh iya. Anak-anak dimana? Adam udah balik koas? Kalila juga udah balik dari tempat magang belum? Terus Rangga?” Tanya Arwan kepada Widia yang selalu menjadi rutinitasnya saat kembali bekerja.“Mereka lagi di ruang makan, Pak. Lagi siapin makan malam. Kita ke ruang makan yuk. Kasian anak-anak juga udah pada nungguin.” Jawab Widia.Saat semua keluarga Arwan tengah asik menyantap makanan, seketika Kalila merasakan mual dan langsung bergegas menuju ke kamar mandi. Sontak jantung Widia berdegup kencang melihat reaksi Kalila seperti itu di hadapan keluarga."Kamu kenapa, Lil?" Tanya Arwan s
Kalila berjalan perlahan dengan menangis terisak-isak. Dia memegangi kopernya sembari menangis setelah Arwan mengusirnya dari rumah. Dia tak tahu harus pergi kemana lagi. Dia ingin sekali pergi menemui Janu namun sepertinya laki-laki itu belum kembali dari Malaysia.Hujan pun tiba-tiba mengguyur kota Jakarta dan terpaksa Kalila harus berteduh di salah satu ruko yang sudah tutup. Kalila melihat arloji, dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak ada satu orang pun yang lewat dan berada di sana. Sementara hujan masih saja menampakkan wujud di hadapannya.Wanita malang itu benar-benar tidak tahu harus pergi kemana lagi. Bahkan Kalila tidak memegang uang sepeser pun.Kalila menatap hujan dengan pikiran kosong sembari memegang perutnya. Sementara itu, tampak dua orang laki-laki berpakaian jaket kulit, memakai kalung, dan memakai celana jeans sobek tengah mendekat kehadapan Kalila. Dari penampilannya, sudah di pastikan mereka adalah seorang preman
"Jadi, dulu mama di rawat dengan orang asing sampai kamu lahiran, Radit." Jelas Janu kepada Radit sembari membuka kacamatanya untuk menghapus air mata yang sudah tergenang sedaritadi di pelupuk mata Janu."Jadi, aku hasil anak hamil diluar nikah? Dan Papa pernah gak menginginkan aku di dunia ini?" Tanya Radit dengan tatapan nanar"Papa minta maaf. Papa--""Dan waktu itu Papa dan Mama gak cerai melainkan belum pernah menikah?” Tanya Radit kesal dan memotong pembicaraan Janu."Mas---" Ucap Dila perlahan kepada Radit sembari meletakkan tangannya di bahu Radit.Radit melepaskan tangan Dila dari bahunya dan langsung bergegas berdiri "Maaf, Pa. Aku mau keluar dulu. Aku masih susah untuk mencerna setiap kejadian ini.” Jelas Radit yang langsung pergi meninggalkan Janu, Dila, dan dokter Adrian.Adrian menghela napas setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Kalila, pasiennya. Mengalami hal seperti itu wajar saja jika Kalila me
Wajah lelah diiringi dengan keringat membasahi wajah Kalila saat dia sedang berjalan kembali ke rumah Sisca dari kantor magangnya. Sebelum kembali kerumah, Kalila mencoba mengunjungi rumah Janu, berharap Janu sudah kembali dari Malaysia.Kalila melihat Janu dengan Ibu dan ayahnya tengah keluar dari rumah mereka, disusul dengan seorang laki-laki dan wanita yang tampak seumuran dengan ayah dan Ibu Janu."Wah! selamat Janu. Saya salut dengan kamu, masih muda tapi sudah membuka cabang bisnis di luar negeri." Ucap laki-laki yang tampak berhadapan dengan Janu"Haha terima kasih banyak, Pak." Jawab Janu dengan wajah yang sangat bahagia."Sudah mapan begini sudah bisa menikah ya Janu." Ucap wanita yang kemungkinan besar adalah istri dari laki-laki yang memberikan ucapan selamat kepada Janu.Kalila pun mencoba mendekat dan menghampiri Janu dan keluarganya. Lagipula, Janu pernah mengatakan bahwa dia akan mengenalkan Kalila dengan orangtuanya."Iya bet
Lima bulan kemudian…Kalila tidak pernah membayangkan akan menjalani kehidupan seperti ini. Tidak di anggap menjadi bagian keluarga dan di tinggalkan begitu saja oleh orang yang di cintainya.“Aw!” Seketika jari telunjuk Kalila terkena pisau saat dia tengah memotong beberapa buah di hadapannya.“Kamu kenapa, Lila? Melamun apa?” Tanya Sisca menghampiri."Aku kepikiran keluarga aku, Bu. Aku kangen sama mereka, udah hampir enam bulan aku gak pernah balik ke rumah.” "Kamu gak mau coba untuk balik ke rumah?""Aku pengen kesana, Bu. Tapi aku takut.""Ibu anterin mau gak?"Kalila merespon Sisca hanya dengan menggelengkan kepalanya. Rasanya sudah tidak ada harapan lagi bagi Kalila untuk kembali ke rumah dan di terima setelah kesalahan yang sudah dia lakukan."Kamu coba balik ke rumah dan minta maaf sama keluarga kamu, Lil. Walaupun mereka masih gak maafin kamu, setidaknya rind
Kandungan Kalila terlihat sudah semakin membesar. Bagaimana tidak, beberapa minggu lagi Kalila sudah bisa melahirkan bayi yang dia kandung selama ini."Lo kenapa mau mempertahankan anak dari Mas Janu, sih, Lil? Dia aja gak mau calon bayi ini ada." Ucap Tina kesal"Sekarang cuma dia yang aku punya, Tin." Tegas Kalila"Gue ada lowongan kerja bagus nih, Lil. Tapi, di law firm ini persyaratannya belum boleh menikah. Sementara kandungan lo udah gak mungkin di tutupi lagi, kan?" Tanya Tina dengan wajahnya yang masih kesal."Pendaftarannya buka sampe kapan?""Gue baca di koran batasnya sekitar dua bulan lagi.""Kemungkinan gue bisa. Gue di prediksikan sepuluh hari lagi udah lahiran sama dokter.” Jelas Kalila."Lil, lo serius? Bayi lo masih kecil banget kalo seandainya lo diterima kerja." Ucap Tina seakan tidak yakin dengan keadaan Kalila dan calon bayinya nanti."Gue bisa pikirkan itu nanti. Gue gak enak harus tinggal d