Share

Part 5. Dia

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-16 15:40:54

Tepati janji, Jena sudah sampai di rumah megah Maden di jam setengah enam pagi, ia meminta kunci mobil kepada salah satu Maid dan segera berangkat menuju ke pasar grosir. Ia tak mau ke supermarket, karena kualitas kesegaran sayur dan buah terjamin di pasar grosir itu. Tiga puluh menit kemudian, Jena sampai di lokasi pasar. Ia berjalan sambil meminum sisa kopi dan roti yang ia beli diperjalanan tadi. 

Matanya melirik ke nama toko yang sudah ia hafal betul. King fruits, toko buah-buahan milik Leon, seorang kenalan lama dirinya semenjak pindah ke Newyork. Sapaan hangat diterima Jena dari Leon yang tampak semakin tua dengan waena silver di rambutnya. 

"Apa kabar gadis cantik," sapa Leon sambil menepuk bahu Jena. 

"Baik Paman, Bibi mana? Aku lama tidak ke sini, maafkan aku Paman," Jena mengambil keranjang dan memasukan buah-buahan yang sudah ia catat di dalam kepalanya. 

"Kau sibuk Jena, Paman dan Bibi tau, tak mudah menutup Cafemu itu, semoga kerugianmu bisa tertutupi dengan cepat ya,"

Jena menoleh sambil tersenyum. "Sudah ada gantinya, aku sekarang bekerja sebagai juru masak keluarga kaya raya, untuk itu, aku butuh buah-buahan segar Paman," Jena mengedipkan sebelah matanya. Leon tertawa. 

"Ambilah, pilih, kau bisa terus percaya dengan kualitas buah di sini, Jena sayang," Leon melempar buah pisang ke arah Jena yang ia tangkap dengan tepat, tak meleset. 

"Tentu, terima kasih, ini gratis 'kan?" Jena mengangkat buah pisang di tangannya ke arah Leon. Anggukan Leon menjadi jawabannya. 

"Paman, apa pesanan ku sudah bisa ku ambil?" Jena menoleh, suara bariton seorang pria membuatnya penasaran. Namun, rasa penasaran itu menguap setelah ia melihat sosok pemilik suara itu. 

'Dia! Oh Tuhan,' 

Jena menunduk sambil memasukan tiga kotam strawbery ke dalam keranjang. Lalu melipir ke aeah lain, mengjindar kontak mata dengan pria tersebut. Drew, koki terkenal itu dengan wajah dan pembawaan angkuh luar biasa. 

"Ah! Sudah siap tuan Dew. Biar anak buah kami yabg membawa ke mobilmu, apa kau butuu buah lain? Tampaknya, kau begitu kacau,"

"Tidak. Cukup buah yang kupesan. Dan, ya, kacau sedikit. Ada gadis yang mengacak-ngacak makananku dan membuatku terus berfikir di mana letak kesalahanku. Aku pergi, teri.a kasih, kirim gagihan ke restoranku, Paman." Dengan ketus Drew berbigata kepada Leon. Pria tua itu seakan sudah paham, ia lalu melambaikan tangan dan beralih ke Jena lagi. 

"Sudah kau pilih, Jen?" Leon menghampiri. Jena mengangguk. 

"Paman, apa kau kenal pria tadi?" tanya Jena dengan suara pelan. Leon mengangguk. 

"Apa dia semenyeramkan itu?" Kedua mata Jena menelisik. Leon mengangguk. 

"Jika yabg kau maksud angkuh dan sombong. Jelas. Lihat saja cara ia bernicara, berjalan, dan menatap. Bahkan, semut pun enggan mendekat, tapi, dia pelanggan tetapku, jadi, tetap ku layani dengan ramah,"

Jena menganghuk paham. Ia lalu menyerahkan keranjang dan membayar belanjaannya. Lokasi lain masih harus ia telurusi, kali ini toko sayuran, Jena harua membeli beberapa bahan penting saja, yang memang harus segar saat dimasak. 

Dengan perlahan Jena membawa dua kantung besar berisi belanjaannya hingga ke parkiran mobil, ia menatap sekeliling, berharap tak melihat atau bertemu dengan Drew. Ia bisa mati kutu jika sampai bertemu dengan pria itu. Membayangkan aura dinginnya saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Bagaimana jika berhadapan langsung. 

Jena memasukan belanjaannya di jok belakang, sementara ia harus kembali lagi ke dalam area pasar untuk membeli bahan membuat kue dan puding. 

"Aw!" Jena memekik. Ia melihat ke pergelangan tangan kirinya. Lalu kedua bola matanya berjalan ke arah tangan kekar dan merambat hingga ke kedua netra gelap itu. 

"Kau. Kau wanita itu, 'kan!" ucap Ketus Drew. Jena gelagapan. Ia melepas cengkraman tangan Drew dan berlari keluar pasar. Drew mengejarnya. Terjadilah adegan kejar-kejaran di area pasar, 

"Bukan! Aku bukan orang itu!" Teriak Jena dengan bodohnya. 

"Berhenti kau!" Teriak Drew. Jena berdebar hebat. Ia takut akan dituntut untuk tindakannya karena sudah mengacak-ngacak masakannya. Lari Jena semakin kencang, ia menghindar, hingga sosok Drew tertinggal di belakang. 

Jena mengatur nafasnya, ia memegang dadanya yang berdebar hebat. 

"Hampir saja," Jena lalu membuka pintu mobil. Ia segera masuk dan menutup pintu. Namun gerakannya terhenti saat Drew sudah berdiri di sisi pintu dan menahannya supaya tak tertutup. 

"Penjahat kecil. Turun." Perintah Drew. Jena menggeleng. 

"Untuk apa. Siapa kau! Berani memerintahku!" Jena menolak. Pikirannga kacau, ia hanya ingin segera pergi dari sana. 

Kekehan Drew terdengar. Dengan kuat, ia menarik lengan Jena dan wanita itu keluar dari mobil sambil meringis. Jena menendang tulang kering Drew yang justru membuat Drew hanya tersenyum sinis. 

"Kau. Sudah berani mengacak-ngacak masakanku. Siapa kamu!" Bentaknya. Jena menatap dua netre hitam legam itu, warnanya sama dengan rambut hitam lebat miliknya juga. 

Kekehan sinis Jena membuat Drew menatapnya tajam. 

"Oh. Masakan itu. Well, memang tampak buruk. Asal kau tau tuan koki, rasa masakanmu enak, tapi untuk penyajian, buruk." Pelotot Jena. "Lepas! Aku mau pulang!" Teriak Jena. Drew melepaskan cekalan tengannya pada lengan Jena.wanita itu masuk ke dalam mobil dan dengan cepat pergi dari pasar itu. 

Ia melirik ke spion mobil, menatap Drew yang masih menatap kepergiaannya. "Kau, tampan, sexy dan, panas, tapi, angkuh dan, kasar. Nilaimu terjun bebas dari kriteria pria masa depanku, tuan Drew," Jena menekan oedal gas lebih dalam dan melesat ke arah rumah Maden. Sedangkan Drew, mengambil ponsel dari saku celana jinsnya dan menelfon seseorang. 

"Cari tau wanita yang fotonya ada di ruang kerjaku, dan bawa wanita itu ke hadapanku secepatnya. Akan ku cincang dia seperti daging giling! Wanita sialan! Mengacaukan fokus ku!" Omel Drew sambil memutuskan sambungan telfon sepihak. 

***

"Selamat makan," ucap Jena sambil berlalu menuju ke dapur. Ia menyiapkan hidangan pencuci mulut disaat keluarga Maden sedang makan malam. 

Ponsel Jena berbunyi, nama Reesw terluhat jelas dilayar. Jena tersenyum dan membaca pesan singkat itu. 

Reese : [Jena, kau bekerja di rumah Maden? Wah, aku yakin Maden begitu bahagia] 

Kedua alis mata Jena bertaut. Ia membalas pesan Reese cepat. 

Jena : [haha, ya, uang yang ia tawarkan begitu menggiurkanku. Tugasku pun, hanya memasak]

Lalu pesan selanjutnya masuk. 

Reese : [Ya, ya, ya, Maden tak perlu lagi untuk meluangkan waktunya sekedar menatap dan berbicara denganmu. Apa kau tau inisial M yang selalu mengirimkan mu bunga setiap bulan dengan kata-kata romantisnya?]

Jena : [Maksudmu? Inisial M itu, Maden]

Jena diam, ia menatap layar ponselnya lekat. Lalu balasan Reese membuat Jena terbelalak. 

Reese : [Ya. M itu Maden, si penganggum rahasiamu Jena, seorang pria yang begitu menatap mu bak putri raja]

Jena tak membalas pesan singkat dadi Reese lagi. Ia menoleh, Maden berjalan mendekat dan tersenyum menatap Jena. 

"Kau, makan bersama kami, Jena, ayo," Maden meraih jemari tangan Jena. Membawanya melangkah ke area ruang makan. Jena hanya diam, menatap Maden dari samping yang tampak begitu tampan. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
drew sadis bgt sih wkwkwk....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • The Hot chef and me   72. Kebahagiaan bersama

    Satu tahun berlalu, Jena dan Drew begitu sibuk mengelola bisnis mereka, tetapi tak melupakan urusan keluarga, hal itu tetap menjadi prioritas utamanya. Restoran mahal yang dibangun Drew dengan mengusung nama Phil's Steak house by Drew and Jena, perlahan menarik banyak orang untuk menikmati kelezatan masakan Drew, walaupun Drew hanya sesekali terjun langsung ke dapur, ia tak ingin begitu menonjol, takut jika akan memancing kaum hawa yang akan terkesima melihatnya beraksi di dapur. Ia tak mau kehidupan pribadinya juga kembali tersorot media.Lain dengan Jena yang toko kue dan pastrynya tak pernah sepi, Nina bahkan dipercayakan sebagai manajer toko. Jena sendiri lebih senang berada di dapur untuk membuat makanannya.Ayah Mark, bekerja dan mengelola steak dengan konsep merakyat, jangkauan masyarakat sekitar dan perkantoran ya

  • The Hot chef and me   71. Philippe Andrew Sebastian

    Pahit, perih, kecewa, seolah menjadi kata yang mampu mengungkapkan masa lalu keduanya. Jelas sepele, hanya salah paham, tetapi bagi beberapa manusia, hak itu tetaplah menjadi momok perkara besar dari hal sepele.Dengan perut besarnya, Jena menatap interior toko kue dan pastry miliknya. Bernuansa putih dan merah muda. Drew yang duduk di kursi tinggi itu ikut menatap kagum sembari mengusap pinggang Jena yang katanya pegal. Memasuki kehamilan 39 minggu sudah membuatnya semakin lelah dan pegal sana sini.Kecupan Drew mendarat di lengan Jena yang kali itu memakai pakaian hamil lengan buntung. Mengekspos lengan putihnya, lalu tangannya mengusap perut Jena yang begitu keras."Jena, aku pikir oven ini cukup, kita akan mempekerjakan dua karyawan saja, kan?" ucap ibu

  • The Hot chef and me   70. Rencana masa depan

    Jena dan Drew sudah merapikan kamar mereka yang di tambah dengan lemari pakaian anak, dan juga hiasan lainnya. Keduanya tampak puas dengan hasil yang mereka kerjakan berdua."Apa kau tahu, Jen, aku merasa hidupku jauh berbeda semenjak akan menjadi seorang Ayah, malaikat kecil di dalam sini sungguh membuatku bertekuk lutut," ucap Drew sembari mengusap perut isrinya dengan posisi ia duduk di kursi sedangkan Jena berdiri di samping lemari pakaian bayi."Kadang, kita memang harus menerjang badai untuk bisa melihat lautan tenang yang luas, dengan sinar matahari yang terang. Aku hanya berharap, dirimu jangan mengulangi kesalahan yang sama, karena akan berimbas ke keluarga kita.Aku kecewa padamu, karena kamu tidak mempercayai kata-kataku, wanita yang kau cintai,

  • The Hot chef and me   69. Tersentuh

    Victor memberi tahu arah rumah teman sekolahnya. Mereka bertiga kini menuju ke rumah tersebut."Vic, kau yakin itu rumahnya?" tanya Drew meyakinkan lagi sebelum menepikan mobil."Iya, itu. Dan kau lihat, temanku dan dua adiknya sedang duduk di teras, temanku selalu berusaha terlihat tegar." Lanjut Victor."Siapa nama temanku, aku lupa?" Kini Jena bertanya."Mark. Dia anak berprestasi di sekolah, Kak, aku terkejut saat mengetahui kondisi keluarganya." Victor melepaskan sabuk pengaman, ia dan kedua kakaknya bersiap turun."Vic, jangan kau bawa turun dulu yang tadi kita beli, nanti saja." Perintah Drew, Victor paham.

  • The Hot chef and me   68. Daddy baby boy

    Jena berdecak sebal ke Drew, pria itu dengan seenaknya membuat daftar kebutuhan belanja perlengkapan bayi. Jena bahkan terkejut saat melihat jumlah yang harus mereka bayar."Drew, kau pikir anakmu membutuhkan semua ini? Jangan berlebihan." Jena mencoret beberapa barang yang ditulis suaminya, dan hampir semuanya mainan. "Philippe butuh pakaian, popok, selimut, itu yang utama, bukan ini. Kau gila," keluh Jena. Drew lalu meregangkan otot-otot tubuhnya, ia bersandar pada kursi meja makan, menatap Jena yang mencatat ulang barang belanjaan.Hari itu mereka memutuskan mulai membeli perlengkapan bayi, usia kandungan Jena memang masih enam bulan, mereka melakukan itu karena akan mulai memikirkan membangun usaha, takut terlalu fokus lalu mendadak lupa untuk menyiapkan hal terpenting lainnya.

  • The Hot chef and me   Part 67. Pillow talk

    Drew sudah beranjak lebih dulu ke atas ranjang, ia merasa nyaman bisa tidur di kasur yang luar biasa empuk. Jena menatap suaminya dari pantulan cermin, ia masih sibuk mengoleskan lotion untuk perutnya. Drew memiringkan badan, menatap pemandangan itu sembari tersenyum. Ia mengagumi istrinya melebihi apa pun."Apa yang kau lihat?" tanya Jena judes. Drew terkekeh."Tidak ada," jawabnya namun diakhiri senyuman. Jena mendengkus, ia berjalan mendekat ke arah ranjang, lalu duduk bersila di atasnya."Kau mau apa, Drew?" Jena menatap suaminya itu."Aku mencintaimu, Jena," ucap Drew setelahnya ia mengulum senyum. Jena diam, ia merebahkan dirinya, memiringkan tubuhnya ke kiri."Aku membencimu," balas Jena.&

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status