Share

Bab 1

Mariene Lodwight Sagrat tengah bergegas menuju vila pribadinya. Ketika mendengar sirene tanda bahaya serangan udara, meraung-raung memekakan telinga. Diikuti suara pesawat pembom di atasnya, yang siap menjatuhkan muatan. Dia berhenti, terpaku dicengkram kengerian. 

Tiba-tiba dia bagaikan kembali ke Yugoslavia dan bisa mendengar desing suara bom. Dia memjamkan matanya dengan erat. Tetapi mustahil mengusir bayang-bayang mengerikan itu, dari pikirannya. Langit di timur, seolah terbakar. Suara dentum mortir, ledakan bom dan senapan otomatis seolah menulikan telinga. Bau amis darah bercampur bau bubuk mesiu menggumpal di udara. 

Dari jarak yang sedikit jauh, terdengar suara laki-laki berkata, “Anda baik-baik saja, Mademoiselle?” 

Perlahan-lahan, dengan takut-takut, Mariene membuka matanya dan kembali berada di jalan depan vilanya dalam udara dini hari Perancis, mendengarkan suara pesawat jet yang pelanpelan menghilang, dan sirene mobil Citroën ZX polisi yang dibiarkan menyala, yang tadi memicu ingatannya, “Saya baik-baik saja.” 

 “Mademoiselle Mariene Lodwight Sagrat ?” tanya seorang agen berpakaian seragam resmi lengkap dengan senapan serbu jenis Kalashnikov itu. 

 “Oui!” Mariene memegang tenggorokan, dan isaknya tertahan menghentikan kata-katanya. 

                “Tunggu               sebentar!” Lelaki    itu mengeluarkan walkie-talkie       genggam. Lalu berbicara dalam bahasa Prancis dengan sangat cepat. Memberitahukan bahwa, Mariene telah tiba. 

“Mlle Mariene étaient arrivés Capitaine. Bien.” Dia menyimpan        kembali walkie-talkie genggamnya. Lalu menoleh ke arah Mariene sambil mengangkat kedua pasang alis tebalnya. 

“Inspektur saya menunggu Anda di TKP, Mademoiselle!” ujarnya terdengar tidak senang. “Trés bien, merci.” 

              “Kedua    rekan    saya  akan mengantar Anda.” 

“Tapi, saya ....” 

“Maaf, Mademoiselle. Ini prosedur.”  

Mariene merasa seperti seorang buronan yang dikawal masuk gedung pengadilan, saat dua orang polisi mengawalnya dari belakang. Ketika dia sampai di depan pintu yang terbuat dari kayu ek seorang polisi berbadan kekar dengan sebuah senapan mesin lekat memandangnya.  

Polisi yang sedang berjaga itu memerhatikan mata Mariene yang kelabu dan tajam terasa begitu jauh malam ini. Tetapi pipinya tetap bersemu segar, meski rambut pirang sebahunya berantakan. Mata si penjaga beralih ke badannya yang ramping—ke blus creamnya yang transparan. Kemudian rok selutut yang berwarna hitam, dengan belahan tinggi di belakang, dan akhirnya ke arah kakinya ... kaki Mariene Lodwight Sagrat. Seketika mata penjaga itu berkedipkedip, sambil menatap perempuan tersebut cukup lama. Akhirnya, pria itu menggeleng-gelengkan kepala, saat aktivis perang berusia dua puluh lima tahunan itu menghilang di balik pintu dari kayu ek. 

Sementara, di sebuah ruangan dengan kegelapan total,      si            pembunuh menutup sambungan ponsel genggamnya. Fase kedua akan segera dimulai. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status