Share

5. Putri Duyung Cantik

The legend of the coral cave. Kisah ini di tulis pada tahun 1930 dalam buku harian seorang polisi tampan. Awalnya, pria itu menuliskan kisahnya dengan seorang wanita yang ia cintai setiap malam, dengan menatap wajah wanita tersebut.

Namun, kisah ini bukanlah cerita biasa dari seorang pemuda yang jatuh hati pada wanita cantik. Melainkan, sebuah kisah yang terjadi karena takdir dan sebuah kisah yang terkenang abadi.

Lake Atkinston, wajahnya tampan, hatinya dermawan, dan senyumannya menawan. Semua orang tahu, bahwa Lake adalah pria yang baik dan penuh kasih sayang. Ia selalu mementingkan urusan negara, dibandingkan dengan urusan pribadinya.

Dia penyayang, pada siapa pun itu. Dan dirinya tidak pernah membeda-bedakan orang-orang di sekitarnya, sama halnya dengan para penjahat yang berhasil ia tangkap. Lake, adalah seorang polisi yang cukup terkenal pada tahun 1930.

Hari itu, dia bersama keluarganya tengah berlibur bersama di pantai Watergate Bay, di Newquay. Pantai itu berada cukup jauh dari tempat tinggalnya, London. Tempat wisata yang ramai tersebut, selalu menjadi tempat favoritnya.

“Lake, kau ingin berjalan-jalan?” tanya sang Ibu.

Pria tampan itu tersenyum sangat manis, “Iya.”

“Kau memang harus jalan-jalan, pergilah dan jangan terlambat kembali.”

Dia terkenal dengan sikapnya yang baik, penyabar, dan jujur. Setelah bekerja keras selama bertahun-tahun menjadi seorang polisi, kini adalah waktu untuknya beristirahat sejenak dari semua kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Lake berjalan mengitari pantai, di tengah keramaian. Kedua tangannya di tautkan di belakang punggung, ia berjalan dengan langkah tegap serta senyuman kecil di wajahnya.

Sesekali, dia menghirup udara yang begitu asri dan menyenangkan. Sampai tiba-tiba, matanya menangkap sebuah keramaian yang berisikan anak-anak, keningnya pun berkerut seraya berjalan menghampiri mereka.

Seorang anak kecil berlari menghampirinya, dengan tangan yang menunjuk ke arah dalam gua, “Di sana ada monster, Paman!”

Lake, dia terkekeh kecil lalu menepuk pucuk kepala anak kecil tersebut. Sungguh, ia tidak percaya dengan adanya hal-hal yang kini tengah ramai, sama sekali tidak percaya. Kemudian ia berjongkok, “Pergilah bermain, dan lupakan monster itu.”

Anak kecil itu langsung mengajak teman-temannya pergi dari tempat sepi, di antara yang lain itu. Awalnya, Lake ingin ikut pergi tetapi langkahnya tertahan. Ia menoleh sesaat ke arah pintu gua yang gelap, kemudian berjalan mendekati gua tersebut.

Sejujurnya, Lake adalah tipikal pria dengan pikiran positif dan penuh logika. Dia jarang mengenakan perasaannya, tetapi semua itu tidak membuatnya menjadi jahat. Dia akan terukir dalam sejarah sebagai pria terbaik. Dia mengikuti jejak yang ada pada pasir di dalam gua, bukan jejak kaki manusia, bahkan ia menemukan sebuah sirip ikan berukuran besar dengan warna yang indah. Dan karena rasa penasarannya besar, ia pun semakin melangkah masuk ke dalam gua.

06 April 1930, pada hari Minggu. Lake mengukir tanggal tersebut dalam tulisannya, di sebuah buku yang sengaja ia simpan. Hari itu, adalah hari pertamanya melihat seekor Mermaid cantik yang berhasil memikat hati, dan juga hidupnya hanya dengan sekali menatap makhluk tersebut.

Lake berhenti melangkah, dia dibuat terkejut dengan sosok mermaid yang tengah memainkan ekornya di atas batu. Mermaid itu tersenyum dengan senyuman termanis, yang pernah Lake lihat seumur hidupnya. Entah mengapa, dirinya merasakan bahwa debaran jantung itu menghampirinya, seolah-olah ia tengah merasa jatuh cinta.

Sampai akhirnya, mermaid cantik dengan rambut panjang sampai pinggangnya, dengan ekor berwarna abu-abu gelap serta sirip yang bercahaya itu menyadari kehadiran Lake. Mereka saling melempar tatapan, dan wajah mermaid itu terlihat terkejut akan kehadiran manusia yang tidak ia kenali.

“Manusia?”

Lake masih diam di tempatnya, mulutnya sedikit terbuka ketika mendengar suara merdu dari mermaid itu. Ternyata, seekor makhluk laut bisa berbicara mengenakan bahasa manusia? Mungkin saja itu bisa terjadi, pasalnya mereka memiliki tubuh setengah manusia dan setengahnya lagi adalah ikan.

“Siapa namamu? Sedang apa kamu di sini?”

Ketika mermaid itu mulai bertanya, Lake memberanikan dirinya untuk mendekati sosok mermaid cantik tersebut. Matanya terus memandangi ekor yang begitu panjang, tetapi terlihat begitu cantik karena warnanya dapat memikat perhatian.

“Aku Lake ...Lake Atkinston,” jawab Lake.

“Lake? Namamu bagus, tetapi apa yang membawamu memasuki gua ini?”

“Kau,” balas Lake, ia mulai menatap wajah yang ternyata benar-bebar cantik tanpa kekurangan di hadapannya ini, “Beberapa anak kecil memberi tahuku, mengenai keberadaan seekor monster laut di daratan. Aku adalah seorang polisi yang bertugas di London.”

“Apakah kau akan membawaku pergi?”

Kening Lake berkerut, “Membawamu?”

Sementara wajah ceria mermaid itu, berubah menjadi murung dan sedih, “Manusia membawa orang tuaku pergi, saat itu aku masih kecil. Mereka mempergunakan kedua orang tuaku untuk menghasilkan uang, karena hal itu paman dan bibiku memintaku untuk mengikuti mereka pindah ke pantai ini.”

“Mereka membawa orang tuamu ke mana?”

“Aku tidak tahu, tetapi paman dan bibiku mengatakan mereka menyiksa kedua orang tuaku hingga mati.”

“Bagaimana paman dan bibimu itu bisa tahu? Bukankah mereka berada di laut bersamamu?”

“Kau ingin melihat sesuatu?” tanya mermaid itu mengalihkan pembicaraan.

“Apa?”

Mermaid cantik tersebut menyunggingkan senyumannya, ia turun dari atas batu karang yang sangat besar. Lalu mengesot, membiarkan ekornya kotor akibat pasir-pasir tersebut. Dia terlihat mengambil sebuah kain, yang sepertinya sengaja disembunyikannya di sela-sela batu karang, lalu menggunakan kain itu untuk menutupi bagian tubuhnya membentuk sebuah baju.

Bukan itu yang membuat Lake sampai terlonjak terkejut, melainkan sebuah kaki yang muncul dari ekor ikan. Sebuah fenomena yang pertama kali Lake lihat, dan mampu membuatnya merasa ketakutan, terkejut, dan terpana dalam waktu yang bersamaan. Bahkan, sekarang mermaid itu bisa berdiri seperti dirinya, masih dengan senyuman yang sama.

“Aku bisa menjadi seperti kamu ...dan namaku, Larissa.”

Bisakah seseorang mencintai hanya dengan pertemuan pertama? Jawabannya, tentu saja bisa. Jika dua orang telah memiliki takdir yang menjadi tali di antara mereka, maka sampai kapan pun mereka akan terikat dengan baik. Seperti saat ini, debaran pada jantung Lake semakin menjadi-jadi, mungkin tidak akan ada yang percaya padanya bahwa ini adalah cinta pertamanya.

Cinta pertama yang datang ketika umurnya menginjak dua puluh delapan tahun, cinta pertama yang tidak akan pernah dilupakan olehnya, dan cinta pertama yang akan mewarnai hari-harinya. Ini adalah kisah cinta, kisah cinta Lake dengan seekor mermaid yang ia jumpai di dalam gua karang, yang berada di pantai Watergate Bay, Newquay.

Larissa berjalan mendekati Lake, sesekali ia membenarkan tataan rambut hitam panjangnya ke belakang telinga. Dan dia masih mempertahankan senyumannya yang begitu manis. Ketika dia sudah berada di depan Lake, tangannya terulur menyentuh wajah pria tampan itu, “Senang berkenalan denganmu, Lake.”

Lake mematung di tempatnya, ketika Larissa menempelkan bibir tipis miliknya pada bibir Lake yang tertutup rapat. Wanita itu menutup matanya ketika melakukan hal itu, sepertinya dia tidak menyadari betapa terkejutnya Lake, dengan degup jantung yang memburu tanpa henti.

6. Together

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status