Share

4. Mata ke Mata

Pertemuan itu, terkadang dapat memiliki sebuah arti yang tak terduga. Seperti kenangan, atau sisa-sisa memori mengenai kehidupan sebelumnya. Tidak banyak yang percaya mengenai kehidupan yang memiliki kehidupan lagi sebelumnya. Rasanya seperti aneh, tetapi ini adalah takdir yang tidak bisa dihindari.

Manusia memang memiliki kesempatan untuk mengubah takdir, akan tetapi hanya satu yang di permasalahkan. Sanggupkah seseorang itu dalam mengubah takdirnya atau tidak. Ketika di kehidupan sebelumnya seseorang memiliki nasib buruk, yang hanya mereka bisa lakukan adalah berharap adanya kehidupan yang lebih baik lagi, tanpa mereka ketahui seharusnya mereka bisa mengubah semua yang ingin diubah.

Seorang wanita cantik, dengan rambut hitam sebahu yang bergelombang berjalan menuruni tangga rumahnya satu per satu. Dengan busana kasual, ia berjalan menuju meja makan yang sepi seperti hari-hari sebelumnya. Ia selalu sarapan sendiri. Matanya menatap lukisan yang berada di antara pembatas dapur dengan ruang keluarga seraya tersenyum kecil.

Lukisan itu diberikan kepadanya saat berumur 17 tahun. Ketika itu, takdir mengubah segalanya walau terkadang ia masih bingung, benarkah sesuatu itu benar-benar takdir atau hanya sebuah kutukan? Dan lukisan itu menggambarkan seekor mermaid di atas batu karang yang berada di dalam sebuah gua tengah memainkan ekornya.

Ia meneguk minumannya dengan cepat seraya menatap arloji pada tangan kanannya kemudian cepat-cepat bergegas keluar rumah untuk pergi ke Kampus dan mulai mengajar.

tuk hari ini, sialnya karena Levin tengah mendapatkan tugas penting dari kantor kepolisian dia yang biasa mengantar Celine tidak bisa mengantarnya untuk hari ini, dengan berat hati pun Edric mengantar putri kebanggaan keluarga Immanuel satu ini.Di sisi lain, Edric Winston terlihat merenung selama perjalanan menuju kampus sepupunya. Berbeda dengan Celine Blossom yang terus mencerocos entah membahas hal apa. Untuk hari ini, ia terpaksa mengantarkan sepupunya untuk pergi kuliah. Karena biasanya Levin yang mengantarkan Celine, hari ini pria itu sedang mendapatkan tugas yang membuatnya tidak bisa menjemput adiknya. Dengan berat hati Edric mengantarkan putri kebanggaan keluarga Immanuel tersebut.

“Profesor Crystall sangat cantik, baik, dia tidak pernah marah pada siapa pun. Dan anehnya, di antara Profesor yang lain, hanya dia yang paling muda seakan-akan tidak pernah menua. Aku pernah melihat foto remajanya, dan sama sekali tidak ada perbedaan dengan wajahnya yang sekarang,” ungkap Celine.

Edric tetap diam tanpa suara. Untungnya, ia telah terbiasa dengan sifat bawel Celine. Sesekali matanya mengecek lalu lintas yang selalu padat, sampai akhirnya mereka berhenti di depan kampus bernama University Of Coral, London. 

Celine tidak langsung turun, ia tersenyum ketika melihat seorang wanita cantik tengah berjalan tepat di depan mobil Edric yang sedang ia tumpangi.

“Kau tidak turun?” tegur Edric.

“Lihat, itu Profesor Crystall!” seru Celine dengan semangat seraya turun dan menyapa gurunya, “Profesor!”

Sebelah alis Edric terangkat, awalnya ia tidak peduli dengan Celine. Namun, ketika bola matanya tidak sengaja menangkap wajah cantik seorang wanita yang terlihat tidak asing, Edric ikut keluar dari mobilnya.

Crystall tampak membalas senyuman Celine yang masih diam di tempatnya, bahkan wanita itu tampak berjalan dengan anggun mendekati Celine. Sebelum ia hampir terpeleset karena tengah mengenakan higheels yang tinggi.

Edric menyadari adanya pergerakan aneh dari wanita itu, kemudian dengan refleks ia bergerak cepat menghampirinya seraya menarik pinggang wanita itu dan memeluknya dengan erat. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.

Sementara Crystall yang terkejut langsung menahan napasnya, dia juga mengulum bibirnya dengan spontan. Matanya terus memandangi mata pria yang memeluknya dengan sangat erat. Pelukan ini terasa begitu tidak asing juga sangat hangat.

Ketika sepasang bola mata Edric bertemu dengan sepasang bola mata Crystall, sesuatu seperti ombak membawa Edric menuju suatu tempat yang berbeda lewat memori ingatannya. Edric melihat dengan jelas sekitarnya saat ini. Dia seakan berdiri  di atas pasir pantai dengan tatapan mengarah ke seluruh pantai.

Dalam bayangannya dia mendengar suara tawa seorang wanita, dirinya langsung berbalik. Dan benar saja, di belakangnya ada seorang wanita tengah tertawa sambil melukis di atas kanvas yang berada di hadapannya. Anehnya, wanita itu menatap ke arah Edric beberapa kali sambil terus tertawa. Sungguh, semuanya terasa tidak asing, mulai dari tawanya, tatapan bahagianya, bahkan sampai wajah cantik wanita itu yang sangat mirip dengan wanita di pelukannya saat ini.

“Pak Polisi, apakah Anda baik-baik saja?”

Pertanyaan itu membuat Edric lepas kendali, ia mundur beberapa langkah karena terkejut saat melihat wajah Crystall di hadapannya yang sangat mirip dengan wanita tadi dalam ingatannya.

“Profesor, Anda baik-baik saja?” tanya Celine menghampiri mereka.

Crystall mengangguk seraya menatap khawatir Edric, “Bagaimana denganmu?”

Edric yang baru saja sadar menatap tajam pada Crystall, “Jika tidak bisa berjalan dengan baik saat mengenakan sepatu itu, lebih baik tidak usah dikenakan!” Lalu ia berjalan pergi menuju mobil meninggalkan Crystall dan juga Celine. Namun, saat duduk di depan kemudian, dia kembali terbayang wajah wanita cantik itu, kemudian dia menggeleng kuat seraya menancap pedal dan pergi.

“Maafkan dia, Profesor. Sikapnya memang seperti itu, kasar seperti tekstur batu,” ucap Celine.

Crystall yang awalnya terkejut dengan perkataan Edric yang seolah-olah mengkhawatirkan dirinya tersenyum mengerti, “Tidak apa-apa. Tolong sampaikan terima kasihku padanya. Ah, sekarang adalah waktunya kelas seni rupa, ayo.”

***

Di dalam kelas, Crystall terkenal dengan sikap ramahnya saat mengajar. Hal itu membuat setiap Mahasiswa tidak bosan dan dia lebih sering memberikan praktik dibandingkan  materi. 

Seorang pria tengah duduk di bangku urutan ketiga bersama seorang temannya. Mereka tengah tertawa riang, tetapi kemudian terdiam saat Crystall memasuki kelas dan memulai pelajaran.

“Kemarin, kita sudah berhasil melaksanakan pameran yang luar biasa. Berita membahagiakannya, ada lebih dari dua puluh empat lukisan yang terjual, dan donatur galeri bertambah satu orang. Aku sangat senang, karena apresiasi kalian terhadap seni sangat luar biasa besarnya,” ungkap Crystall saat setelah memasuki ruang kelas.

Suara tepuk tangan menggelegar hingga penjuru ruangan bersama senyuman Crystall yang tidak pernah pudar. 

“Selamat kepada Celine dan Noel yang mendapatkan harga tertinggi pada lukisan kalian,” puji Crystall tidak lepas dari senyumannya, ia menatap Celine kemudian Noel dengan tatapan bahagianya, “Hari ini tidak ada materi khusus, aku hanya ingin kalian dapat mengembangkan ide dalam menuangkan segala warna di dalam imajinasi kalian.”

“Permisi Profesor,” Noel mengangkat tangannya seraya bertanya, “Apakah tidak ada hadiah untukku?”

Sorak-sorak ramai mulai terdengar, Noel memang terkenal dengan sikapnya yang selalu berusaha untuk menggoda Crystall. Namun, Crystall selalu menganggapnya sebagai bahan bercanda semata.

“Tidak ada, lagi pula nilai kalian sudah A plus, masih kurang?” heran Crystall.

“Bagaimana dengan bercerita? Kemarin, aku mendengar kau menceritakan sesuatu pada Celine untuk memperluas imajinasinya?” tawar Noel.

“Woah. Kau sengaja? Kau kira aku menyuap Profesor agar mendapat nilai bagus!?” kesal Celine.

Noel bergidik acuh sembari bersandar pada kursinya, “Mungkin saja.”

“Cukup, Celine. Baiklah, aku akan menceritakan sebuah kisah yang menjadi inspirasi bagi lukisan Celine,” sela Crystall seraya mengeluarkan buku dari tasnya kemudian menatap satu per satu muridnya terutama Noel, “Kisah ini mengenai seorang Mermaid dan seorang pria tampan yang menemukannya di gua kerang.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status