Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Seorang wanita tidak bisa tidur menunggu pria yang di cintai pulang. Diandra melihat jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya.
"Kenapa ponsel Mas Andre ga bisa di hubungi yaa." Diandra sibuk menelepon Andre, tapi tidak ada jawaban. "Aduh Mas, kamu di mana sih. Aku jadi khawatir sendiri." Diandra turun ke bawah menuju ruang tamu, ka berharap suaminya segera kembali. Sambil menunggu sang suami pulang ia melihat ponselnya membaca novel Miss L yang Selena story of my life. "Sialan si Devan itu, kalau aku jadi Selena udah ku kasih racun dia," ujarnya dengan emosi. "Semoga Mas Andre ga kaya si Devan. Kalau sampai kaya gitu awas aja!" Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 2, Diandra makin gelisah suaminya tak kunjung pulang. Ia pun tertidur di sofa ruang tamu menunggu Andre pulang ke rumah. Andre melihat Selvia yang sedang tidur di atas ranjang, ia tak percaya apa yang telah dilakukannya. Ia bercinta dengan Selvia, rasa amarahnya saat wanita itu diam dipegang-pegang Bobby temannya membuatnya tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Andre melihat ponsel ada puluhan panggilan tak terjawab dari Diandra dan ada ratusan chat di aplikasi pesan. "Aku harus segera pulang, Diandra pasti menungguku," ujar Andre lalu segera pergi dari hotel. Selvia mendengar suara pintu kamar hotel tertutup menarik selimutnya. Ia menangis sendirian di dalam kamar hotel, ada perasaan bersalah menggelayut di dalam hatinya. "Maafkan aku Di, maafkan aku," ujarnya lirih. Suara mobil masuk ke dalam perkarangan rumah membuat Diandra terbangun dari tidurnya. Suami yang ia nantikan akhirnya pulang juga. Andre yang tak membawa kunci rumah menekan bel, ia yakin Diandra belum tidur menunggunya. Diandra membuka pintu rumah dan melihat Andre dengan pandangan marah. "Kenapa baru pulang jam segini? Ini sudah jam 2 Mas," ujar Diandra dengan kesal. "Maaf tadi ada makan malam dengan rekan bisnis lalu lanjut menjamu tamu, Di," jawab Andre berbohong. "Kenapa ga memberitahukan aku dulu? Kenapa ga balas chatku? Kenapa ga angkat teleponku!" "Aku sudah mengatakannya padamu kalau aku sibuk dan ponselku low batt." "Biasanya kamu selalu bawa power bank. Baru kali ini kamu seperti ini, Mas." "Sudahlah, Di." "Lalu ke mana Pak Budi kok ga nyetirin kamu, 'kan dia supirmu, Mas." "Sudahlah Di, aku lelah. Besok saja kita bicara lagi." Andre tak berani melihat wajah Diandra, ia menghindari Diandra. Andre meninggalkan Diandra di ruang tamu sendirian. Andre langsung masuk kamarnya dan langsung menuju ke kamar mandi. Dia ingin membersihkan sisa-sisa percintaannya dengan Selvia yang belum sempat ia lakukan saat di kamar hotel. Diandra menghela napasnya, ia sangat kesal. Ia pun masuk ke dalam kamar, ia mencari Andre, tapi menemukan suaminya di dalam kamar. Diandra mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. "Ooh, Mas Andre mandi," ujar Diandra sambil naik ke atas ranjang. Ia berpura-pura tidur tak ingin berbicara dengan suaminya. Andre selesai mandi melihat Diandra sudah tertidur di atas ranjang. Melihat tubuh kecil istrinya ia merasa semakin bersalah. Dulu ia pernah sekali berselingkuh dengan pemandu karaoke, tapi bukan dengan orang yang di kenal Diandra. Hanya perempuan malam yang menjadi selingannya saja saat ia menikmati waktu dengan temannya, Bobby. Diandra merasakan pergerakan di atas ranjang, posisi tubuhnya yang memunggungi Andre membuatnya hanya bisa menerka-nerka Andre sedang apa. Andre memutuskan untuk tidur, ia ingin istirahat tak ingin memikirkan siapapun baik Diandra ataupun Selvia. ***** Keesokan paginya Diandra menjalani pagi seperti biasanya, menyiapkan semua keperluan Andre, keperluan anak-anaknya untuk sekolah, dan sarapan. Semua berjalan normal seperti hari-hari biasanya, tapi ada berbeda. Suara ocehan Richie dan Keira menghiasi sarapan mereka, Andre turun untuk sarapan bersama keluarganya dengan berpakaian rapi seperti hendak pergi ke kantor. Tumben Mas Andra jam segini mau ke kantor. Diandra berkata dalam batinnya. "Selamat pagi anak-anak kesayangan Papa," sapa Andre sambil mencium kening Keira dan Richie. "Selamat pagi Papa," sahut Richie dan Keira bersamaan. "Selamat pagi sayang." Andre hendak mencium kening Diandra, tapi istrinya itu menggerakkan badannya mengambil teh menghindarinya. Melihat penolakan yang dilakukan Diandra membuat Andre menjadi salah tingkah sendiri. Ia mencoba bersikap biasa-biasa saja agar Diandra tidak curiga. Ia tahu Diandra pasti masih marah padanya. "Papa kok udah rapi? Mau ke kantor yaa," ucap Keira yang heran melihat Andre sudah berpakaian rapi tidak seperti biasanya. "Papa mau ke kantor, Nak." "Kan ini masih pagi Pa. Papa ga pernah ke kantor jam 6 pagi." Andre tak bisa menjawab perkataan Keira, tak mungkin ia mengatakan kalau mau menemui Selvia di hotel. Anak pintar, tanya terus Kei mau kemana Papamu itu. Tumben banget masih jam 6 pagi udah mau ke kantor. Diandra berucap lagi di dalam batinnya. "Sudahlah kalian makan dulu, jam 7 udah masuk sekolah," ucap Andre mengalihkan pertanyaan putrinya yang memang lebih kritis. Mereka pun makan pagi seperti biasanya, Diandra memperhatikan interaksi Andre dengan Keira dan Richie. Tak ada yang berbeda dengan hari-hari biasanya, Andre masih seperti dirinya yang dulu. "Papa, mau antar aku dan Kakak sekolah lagi ga?" tanya Keira. "Maaf banget sayang. Papa sebenarnya sangat ingin mengantarkan Kakak dan adek sekolah, tapi Papa masih banyak pekerjaan sayang. Menumpuk setinggi gunung di meja kerja Papa," ujar Andre sambil menggerakan tangan ke atas seperti banyaknya tumpukan berkas-berkas kerjanya. "Yaah Papa," ujar Keira dan Richie bersamaan dengan wajah kecewa. "Richie, Keira jangan seperti itu dong, Nak, nanti Pak Budi yang antar kalian yaa sama Mama." "Memang Pak Budi ga nyetirin kamu, Mas?" tanya Diandra dengan penasaran. Ia terpaksa berbicara dengan Andre walau sebenarnya tak ingin. "Anak-anak dan kamu lebih butuh Pak Budi di bandingkan aku. Sebelum Pak Agus pulang dari kampungnya untuk sementara kamu di antar Pak Budi yaa, Di." Diandra hanya diam saja tak menjawab perkataan Andre. Ia nanti akan bertanya pada Pak Budi ke mana Andre semalam. Diandra tak mengantarkan Andre keluar rumah, ia sengaja berpura-pura ke kamar mandi. Andre pergi dengan mobilnya meninggalkan rumah yang membuatnya tak tenang. Wajah marah dan perkataan Diandra semakin membuatnya tak nyaman. Ia segera menuju hotel tempat Selvia berada. Diandra menanyai di mana keberadaan Andre semalam pada Pak Budi, tapi Pak Budi sendiri tidak mengetahuinya. Pak Budi sudah di suruh pulang duluan sebelum Andre pergi bersama temannya, Bobby. Diandra semakin curiga pada Andre, ia mengenal Bobby. Bobby suka bermain wanita bahkan sudah 3 kali kawin cerai. Ia takut Andre melakukan kesalahan yang sama.Diandra mencoba untuk menenangkan dirinya, ia berusaha untuk tidak berpikiran negatif pada Andre. Walaupun sulit ia akan mencoba untuk percaya. "Aku harus percaya sama Mas Andre, tak mungkin Mas Andre akan melakukan kesalahan yang sama," ucapnya mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Di saat Diandra berusaha untuk mempercayai suaminya. Andre malah melakukan hal yang sebaliknya. Lelaki yang memiliki dua orang anak tersebut sedang berciuman mesra di hotel dengan Selvia. "Maaf Mas, aku ga tahan baru sebentar saja sudah merindukanmu," ucap Selvia saat mereka melepaskan tautan bibir. Andre tersenyum. Ia membelai surai Selvia dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, Sel." Mata Andre dan Selvia saling beradu pandang. Gelora gairah ter
Menyembunyikan sesuatu yang dapat membuat hidupmu tidak tenang hanya akan meninggalkan rasa bersalah di dalam hati, kegelisahan, ketakutan, dan terus merasa bersalah. Hal tersebut di rasakan Andre sekarang, sudah tiga hari ia selalu bertengkar dengan Diandra hal tersebut membuat kepalanya pusing. Ia memang berselingkuh, tapi ia berusaha untuk bersikap adil. Ia selalu pulang ke rumah walau sebelumnya mampir ke apartemen sang kekasih. Seperti malam ini, ia dan Selvia makan malam di salah satu restoran. "Sayang, makannya kok ga semangat?" tanya Selvia. "Diandra, marah - marah terus di rumah. Aku males pulang," keluh Andre. Selvia tersenyum. Ia mengerti bagaimana perasaan Andre. "Bicarakanlah baik - baik dengan Diandra. Jangan menyakitinya." "Aku tak tahan kalau harus selalu bertengkar setiap hari. Sudah 3 hari kami bagaik
Musang berbulu domba mungkin itu pribahasa yang pantas untuk Selvia. Di depan Diandra, ia akan berpura - pura baik, lembut, dan sikap bersahabat, namun saat Diandra lengah ia akan bertingkah sebaliknya. Demi menutupi perselingkuhannya dengan Andre, ia akan bermain dengan sempurna. Tak akan membiarkan Diandra sampai tahu tentang kelakuannya. Hari ini Selvia akan ke rumah Diandra, ingin mencurahkan segala perasaannya pada sahabat sekaligus rivalnya. "Sel, kamu kenapa?" tanya Diandra khawatir. "Aku lagi ada masalah, Di," keluh Selvia. "Masalah apa, Sel? Apa tentang mantan suamimu lagi? ato masalah lain?" "Bukan Di. Ius masih sama seperti dulu. Aku jatuh cinta pada pria yang salah." Mata Selvia berkaca - kaca.  
Selvia menatap wajah Andre yang tertidur di sampingnya, ia melihat jam sudah menujukkan pukul 10 malam. "Sayang, bangun," ujar Selvia dengan lembut memanggil Andre. "Kenapa sayang? Mau lagi?" tanya Andre. "Iih, kamu gitu deh, Mas. Ini sudah jam 10 malam, ayo pulang ke rumahmu, Diandra sudah menunggumu, Mas." Mendengar nama Diandra membuat Andre menghela napasnya. Entah mengapa ia jadi tak bersemangat jika harus pulang. Ia merasa lelah harus berhadapan dengan Diandra, wajah dan sikap dingin istrinya membuat ia tak betak di rumah. &n
Pagi ini terasa berbeda bagi Andre, akhirnya ia dan Diandra sudah berbaikkan kembali. Sudah tak ada lagi wajah cemberut dan dingin istrinya. Ia pun bersikap begitu perhatian pada Richie dan Keira bahkan mengantarkan ke sekolah. Setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah, Andre segera kembali ke rumah. Ia akan memberikan cincin berlian untuk Diandra. "Di ini untuk kamu," ujar Andre sambil memberikan kotak cincin. "Apa ini Mas?" tanya Diandra heran. Diandra membuka kotak. Mata berbinar-binar saat tahu isi dalam kotak tersebut sebuah cincin. Andre memeluk Diandra dari belakang. "Maafkan aku yaa sayang," ucap Andre. "Ini bagus banget Mas. Cincin ini kamu belikan untuk aku?" tanya Diandra. "Iya dong. Memang untuk siapa lagi? Sini aku pakaikan." Andre memakaikan cincin di jari ten
Andre kembali ke kantornya dan Diandra pulang bersama dengan anak - anak. Begitu juga dengan Selvia, ia kembali ke apartemennya. Menuggu telepon dari Andre. Tak menunggu waktu yang lama Andre pun menghubunginya. "Hallo Mas." "Maaf yaa sayang tadi ada Diandra jadi kita ga bisa melanjutkan pertemuan kita." "Ga apa-apa Mas yang penting Diandra ga tahu tentang hubungan kita." "Aman sayang." "Tapi Mas, Diandra tahu ga kalau tadi aku?" "Ga sayang." "Iya Mas." "Sayang untuk beberapa hari ini aku belum bisa menemuimu. Aku khawatir Diandra akan semakin curiga." "Iya Mas."
Andre, Diandra, Richie, Keira, dan Selvia sudah tiba di Bali. Mereka akan liburan bersama. Diandra memiliki villa di Seminyak, Bali. Villa yang diberikan oleh orang tua Diandra. "Selamat datang Bu Diandra dan Pak Andre," sapa Pak Made penjaga Villa dan Bu Nimas asisten rumah tangga yang selalu membersihkan villa keluarga Diandra. "Terima kasih Pak Made dan Bu Nimas," ucap Diandra. "Akhirnya bisa ke sini lagi, Ma," ujar Richie dengan semangat. "Iya Nak. Richie dan Keira senang ga bisa liburan?" tanya Diandra. "Seneng banget, Ma," ucap Richie dan Keira bersamaan. &
Diandra mendengar suara desahan dibalik kamar Selvia. Ia menjadi gugup sendiri dengan siapa Selvia sampai mendesah seperti itu? Ingin sekali Diandra mengetuk pintu tapi ia ragu. Andre melihat ada bayangan di bawah pintu. "Sepertinya ada orang," bisik Andre. Selvia melihat ke bawah pintu. "Mas, apa itu Diandra?" bisik Selvia. "Mungkin saja, aku 'kan ga ada di kamarnya," ujar Andre. "Sekarang gimana Mas?" "Sstt, diam lah. Aku akan keluar lewat jendela." Andre memutuskan untuk keluar dari jendela villa. Ia mengendap - endap bagaikan pencuri, melirik ke arah samping kanan dan kiri lalu pergi berlari ke arah depan. &n