Mungkin takdir memang tidak bisa selalu seperti keinginan kita. Setiap jodoh, maut, karir berbeda - beda tiap orang. Ada yang hidup memiliki segalanya, tapi ada juga yang tak beruntung. Kerja keras dan berdoa salah satu cara untuk merubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Selvia tersenyum tipis melihat cermin. Apakah salah jika ia ingin hidup seperti orang yang memiliki segalanya? Atau ia hanya bisa menatap iri pada orang yang memiliki segalanya. Ia ingin mendapatkan semua yang diinginkannya walau harus dengan cara yang kurang baik. Yang penting baginya bisa mendapatkan semuanya dan tujuannya tercapai. Ia pun menghela napasnya dengan berat, ia memoleskan lipstik berwarna merah di bibirnya, memberikan bedak dan perona pipi di wajahnya, menyemprotkan parfum di lengan dan lehernya. Ia harus bisa berpenampilan menarik agar bisa memikat hati Bobby, rekan kerja Andre. "Aku harus bagaimana ya supaya Bobby itu tertarik sama aku," ujar Selvia menatap wajahnya di depan cermin. "Pasti teman Andre kaya nih, aku harus bisa membuat Bobby mengambil polis asuransi yang paling gede, tapi kalau dia pegang - pegang aku. Aku harus menolak atau bagaimana yaa, aku ga mau di cap murahan, tapi aku butuh uang. Aduuh aku jadi bingung." "Akh, aku lakukan yang terbaik aja deh, dari pada aku pusing sendiri. Pokoknya aku harus dapat uang apapun caranya, aku harus bertahan hidup bagaimanapun cara." Selvia melihat arloji di tangan kirinya, masih ada waktu 1 jam sebelum jam 9. Ia bergegas menuju ke Cental karaoke, jangan sampai ia terlambat. Sesampainya di sana ia merasa ragu, ada perasaan takut menggelayut di dalam benaknya. "Aku harus bisa, aku harus berani," ujar Selvia memberi semangat pada dirinya sendiri. Selvia menghubungi Andre. "Masuk saja di room 9," kata Andre sebelum Selvia sempat berkata apapun. Selvia melihat ponselnya, ia heran apa lelaki itu tahu kalau dirinya sudah berada di Central Karaoke. Dengan langkah percaya diri, ia menuju room 9. Saat ia membuka pintu ada 3 orang pria salah satunya Andre di sana bersama beberapa wanita. Selvia berusaha untuk tersenyum dengan tatapan menggoda pada ketiga pria yang ada di sana. "Kamu pasti Selvia yaa, ayo masuk," ujar Bobby. "Terima kasih," jawab Selvia dengan menarik sudut bibirnya. "Saya, Bobby teman Andre." "Iya Pak Bobby. Maaf saya mengganggu waktunya." "Ga ganggu. Sini dong duduk dekat aku jangan cuma berdiri aja di situ." "I–iya," jawab Selvia tergagap. Bobby menarik Selvia duduk di sampingnya dan memegang tangannya. Selvia merasa takut, tapi ia harus berani. Sudah kepalang tanggung baginya untuk mundur sekarang. "Kamu mau minum apa?" "Orange jus saja Pak Bobby." "Wah minuman anak kecil itu, ayoo minum yang di sini aja," ujar Bobby lalu meletakkan tangannya di paha Selvia. Tangan Bobby berpindah yang tadinya memegang tangannya sekarang berada di pahanya. Membelai secara perlahan di paha mulu Selvia, hal tersebut membuatnya tak nyaman. Ia ke sini bukan untuk diperlakukan dengan tidak semestinya ingin sekali ia menyingkirkan tangan itu, tapi ia menjadi khawatir kalau Bobby tidak mau untuk asuransi. Ia hanya diam mendapatkan perlakuan yang tak senonoh dari Bobby. Andre memperhatikan apa yang terjadi dihadapannya, ia melihat raut wajah Selvia yang tak nyaman. Apalagi Bobby dengan santainya mengelus - elus paha Selvia, membuatnya ingin meledak. "Maaf Pak saya permisi dulu mau ke kamar mandi," ujar Selvia sambil berdiri. Selvia dengan secepat mungkin menuju kamar mandi yang berada di luar room karaoke, saat menuju kamar mandi ia menahan air matanya agar tidak jatuh di pipinya, rasanya sesak di dalam hatinya. "Apakah sesulit ini mencari uang sampai aku harus bersikap murahan seperti itu," ujarnya melihat dirinya sendiri di depan cermin. "Andre hanya diam aja melihat aku diperlakukan seperti itu. Berarti dia memang tidak menyukaiku." Betapa kagetnya Selvia saat ia keluar dari kamar mandi ada Andre berada di sana. Andre mendekatinya dan menyentuh lehernya. "Kamu menikmati apa yang Bobby lakukan padamu," ujar Andre dengan emosi. "Apa yang kamu lakukan! Sakit Andre, kamu mencekikku," ujar Selvia kesakitan. "Apa kamu ingin Bobby menyentuhmu seperti ini." Tangan Andre menyentuh benda kenyal milik Selvia. Andre mendekatkan kepalanya ke leher Selvia menciumnya, tangannya meremas dengan kasar gunung kembar Selvia. "Andre jangan seperti ini sakit." Andre tak memperdulikan perkataan Selvia, ia terus membelai leher wanita itu dengan lidahnya. "Kamu suka diperlakukan kasar Sel." Andre berbisik di telinga Selvia lalu lidahnya menyentuh telinga Selvia. Andre memencengkram rahang Selvia dengan kasar dan melumat bibir Selvia. Selvia sangat terkejut Andre mencium bibirnya lalu ia pun membalas ciuman Andre. Mereka saling berciuman dengan mesra tanpa memperdulikan kalau ada orang yang akan terluka dengan apa yang mereka lakukan. "Aku ingin memilikimu, Sel," ujar Andre dipenuhi gairah. "Aku juga Ndre. Aku ingin menjadi milikmu." Andre melihat Selvia dengan tajam, ia memperhatikan wajah cantik bermata sendu tersebut. "Kita ke hotel." Andre menarik tangan Selvia keluar dari Central Karaoke. Tak membutuhkan waktu yang lama Selvia dan Andre berada di hotel berbintang 5. Selvia melihat Andre dengan tatapan yang diselimuti gairah begitu juga Andre melihat Selvia dengan hasrat ingin memiliki. "Ndre, aku ga enak dengan Diandra," ujar Selvia. "Jangan sebut namanya saat kita bersama," ucap Andre sambil memegang wajah Selvia. Andre melumat bibir Selvia dan Selvia membalas setiap lumatan-lumatan Andre. Tangan Andre menyentuh benda kenyal yang sudah membuncah ingin di rengkupnya. Andre membelai gunung kembar Selvia dengan lidahnya, menghisapnya dengan napsu. Selvia menikmati setiap rangsangan yang diberikan Andre padanya, ia menjambak rambut Andre. Selvia menarik kepala Andre dari gunung kembarnya dan membuka kancing celana Andra. Ia memegang junior Andre memasukkannya ke dalam bibir seksisnya. Andre merasakan kenikmatan saat lidah Selvia bermain di juniornya dengan sangat lincah berbeda dengan Diandra. Selvia sekarang sudah berada di atas Andre, ia memasukkan junior Andre secara perlahan di intinya. Junior Andre sudah masuk dengan sempurna di lembah-lembah surgawi Selvia. Selvia menggoyangkan pinggulnya di atas Andre. Mereka saling mendesar berbagi kenikmatan di dalam kamar hotel yang menjadi saksi bisu perselingkuhan mereka.Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Seorang wanita tidak bisa tidur menunggu pria yang di cintai pulang. Diandra melihat jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya. "Kenapa ponsel Mas Andre ga bisa di hubungi yaa." Diandra sibuk menelepon Andre, tapi tidak ada jawaban. "Aduh Mas, kamu di mana sih. Aku jadi khawatir sendiri." Diandra turun ke bawah menuju ruang tamu, ka berharap suaminya segera kembali. Sambil menunggu sang suami pulang ia melihat ponselnya membaca novel Miss L yang Selena story of my life. "Sialan si Devan itu, kalau aku jadi Selena udah ku kasih racun dia," ujarnya dengan emosi. "Semoga Mas Andre ga kaya si Devan. Kalau sampai kaya gitu awas aja!" Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 2, Diandra makin gelisah suaminya tak kunjung pulang. Ia pun tertid
Diandra mencoba untuk menenangkan dirinya, ia berusaha untuk tidak berpikiran negatif pada Andre. Walaupun sulit ia akan mencoba untuk percaya. "Aku harus percaya sama Mas Andre, tak mungkin Mas Andre akan melakukan kesalahan yang sama," ucapnya mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Di saat Diandra berusaha untuk mempercayai suaminya. Andre malah melakukan hal yang sebaliknya. Lelaki yang memiliki dua orang anak tersebut sedang berciuman mesra di hotel dengan Selvia. "Maaf Mas, aku ga tahan baru sebentar saja sudah merindukanmu," ucap Selvia saat mereka melepaskan tautan bibir. Andre tersenyum. Ia membelai surai Selvia dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, Sel." Mata Andre dan Selvia saling beradu pandang. Gelora gairah ter
Menyembunyikan sesuatu yang dapat membuat hidupmu tidak tenang hanya akan meninggalkan rasa bersalah di dalam hati, kegelisahan, ketakutan, dan terus merasa bersalah. Hal tersebut di rasakan Andre sekarang, sudah tiga hari ia selalu bertengkar dengan Diandra hal tersebut membuat kepalanya pusing. Ia memang berselingkuh, tapi ia berusaha untuk bersikap adil. Ia selalu pulang ke rumah walau sebelumnya mampir ke apartemen sang kekasih. Seperti malam ini, ia dan Selvia makan malam di salah satu restoran. "Sayang, makannya kok ga semangat?" tanya Selvia. "Diandra, marah - marah terus di rumah. Aku males pulang," keluh Andre. Selvia tersenyum. Ia mengerti bagaimana perasaan Andre. "Bicarakanlah baik - baik dengan Diandra. Jangan menyakitinya." "Aku tak tahan kalau harus selalu bertengkar setiap hari. Sudah 3 hari kami bagaik
Musang berbulu domba mungkin itu pribahasa yang pantas untuk Selvia. Di depan Diandra, ia akan berpura - pura baik, lembut, dan sikap bersahabat, namun saat Diandra lengah ia akan bertingkah sebaliknya. Demi menutupi perselingkuhannya dengan Andre, ia akan bermain dengan sempurna. Tak akan membiarkan Diandra sampai tahu tentang kelakuannya. Hari ini Selvia akan ke rumah Diandra, ingin mencurahkan segala perasaannya pada sahabat sekaligus rivalnya. "Sel, kamu kenapa?" tanya Diandra khawatir. "Aku lagi ada masalah, Di," keluh Selvia. "Masalah apa, Sel? Apa tentang mantan suamimu lagi? ato masalah lain?" "Bukan Di. Ius masih sama seperti dulu. Aku jatuh cinta pada pria yang salah." Mata Selvia berkaca - kaca.  
Selvia menatap wajah Andre yang tertidur di sampingnya, ia melihat jam sudah menujukkan pukul 10 malam. "Sayang, bangun," ujar Selvia dengan lembut memanggil Andre. "Kenapa sayang? Mau lagi?" tanya Andre. "Iih, kamu gitu deh, Mas. Ini sudah jam 10 malam, ayo pulang ke rumahmu, Diandra sudah menunggumu, Mas." Mendengar nama Diandra membuat Andre menghela napasnya. Entah mengapa ia jadi tak bersemangat jika harus pulang. Ia merasa lelah harus berhadapan dengan Diandra, wajah dan sikap dingin istrinya membuat ia tak betak di rumah. &n
Pagi ini terasa berbeda bagi Andre, akhirnya ia dan Diandra sudah berbaikkan kembali. Sudah tak ada lagi wajah cemberut dan dingin istrinya. Ia pun bersikap begitu perhatian pada Richie dan Keira bahkan mengantarkan ke sekolah. Setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah, Andre segera kembali ke rumah. Ia akan memberikan cincin berlian untuk Diandra. "Di ini untuk kamu," ujar Andre sambil memberikan kotak cincin. "Apa ini Mas?" tanya Diandra heran. Diandra membuka kotak. Mata berbinar-binar saat tahu isi dalam kotak tersebut sebuah cincin. Andre memeluk Diandra dari belakang. "Maafkan aku yaa sayang," ucap Andre. "Ini bagus banget Mas. Cincin ini kamu belikan untuk aku?" tanya Diandra. "Iya dong. Memang untuk siapa lagi? Sini aku pakaikan." Andre memakaikan cincin di jari ten
Andre kembali ke kantornya dan Diandra pulang bersama dengan anak - anak. Begitu juga dengan Selvia, ia kembali ke apartemennya. Menuggu telepon dari Andre. Tak menunggu waktu yang lama Andre pun menghubunginya. "Hallo Mas." "Maaf yaa sayang tadi ada Diandra jadi kita ga bisa melanjutkan pertemuan kita." "Ga apa-apa Mas yang penting Diandra ga tahu tentang hubungan kita." "Aman sayang." "Tapi Mas, Diandra tahu ga kalau tadi aku?" "Ga sayang." "Iya Mas." "Sayang untuk beberapa hari ini aku belum bisa menemuimu. Aku khawatir Diandra akan semakin curiga." "Iya Mas."
Andre, Diandra, Richie, Keira, dan Selvia sudah tiba di Bali. Mereka akan liburan bersama. Diandra memiliki villa di Seminyak, Bali. Villa yang diberikan oleh orang tua Diandra. "Selamat datang Bu Diandra dan Pak Andre," sapa Pak Made penjaga Villa dan Bu Nimas asisten rumah tangga yang selalu membersihkan villa keluarga Diandra. "Terima kasih Pak Made dan Bu Nimas," ucap Diandra. "Akhirnya bisa ke sini lagi, Ma," ujar Richie dengan semangat. "Iya Nak. Richie dan Keira senang ga bisa liburan?" tanya Diandra. "Seneng banget, Ma," ucap Richie dan Keira bersamaan. &