Diandra mencoba untuk menenangkan dirinya, ia berusaha untuk tidak berpikiran negatif pada Andre. Walaupun sulit ia akan mencoba untuk percaya.
"Aku harus percaya sama Mas Andre, tak mungkin Mas Andre akan melakukan kesalahan yang sama," ucapnya mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Di saat Diandra berusaha untuk mempercayai suaminya. Andre malah melakukan hal yang sebaliknya. Lelaki yang memiliki dua orang anak tersebut sedang berciuman mesra di hotel dengan Selvia. "Maaf Mas, aku ga tahan baru sebentar saja sudah merindukanmu," ucap Selvia saat mereka melepaskan tautan bibir. Andre tersenyum. Ia membelai surai Selvia dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, Sel." Mata Andre dan Selvia saling beradu pandang. Gelora gairah terpancar dari tatapan mereka, saling mengerti hasrat yang ada di dalam hati. Ingin mengulangi lagi hasrat seksual yang tadi malam mereka lakukan. Tanpa banyak bicara Andre langsung menarik tengkuk leher Selvia saling berciuman dan melumat bibir mereka dengan bergairah. Hasrat yang terpendam membuncah menaikkan desiran darah menggelora. Desahan - desahan kenikmatan dibalik kamar hotel terdengar begitu merdu. Hubungan terlarang terjadi lagi tanpa memikirkan perasaan seorang wanita yang akan tersakiti dari perselingkuhan mereka. Wanita cantik dengan senyuman tulus menganggap sahabatnya bagaikan saudara yang tega menusuknya dari belakang. "Aku mencintaimu, Mas," ucap Selvia di dalam pelukkan Andre saat mereka selesai menuntaskan persetubuhan terlarang. "Aku juga mencintamu, Sel," balas Andre membelai tubuh Selvia. "Aku tidak ingin berpisah denganmu, Mas. Aku rela kamu jadikan yang kedua. Aku rela melakukan apapun untukmu, Mas. Menjadi pemuas napsumu, budakmu di atas ranjang aku rela. Asalkan Mas selalu ada bersamaku," ucap Selvia menatap Andre dengan mengiba. Andre memandang wajah cantik dengan mata memohon mengharapkan cintanya. Ia mencintai juga Selvia, tak ingin wanita itu pergi darinya. "Aku akan selalu bersamamu, tak akan pernah meninggalkanmu," ucap Andre sambil membelai buah dada Selvia. Selvia tak dapat menahan desahannya saat Andre menundukkan wajah kembali membelai lidahnya di buah dadanya. Memgulum, mengigit kecil dipujuknya membuatnya terpekik. Rasa sakit dan nikmat datang bersamaan membakar hasrat gairah. Pergumulan panas dan desahan - desahan terulang lagi. Selvia rela berkali - kali melayani napsu Andre asalkan yang hanya memasukinya lagi dan lagi. ———*****——— Hembusan angin membelai rambut lembut menerpa wajah seorang wanita yang berada di dalam dekapan seorang lelaki. Seorang lelaki yang memelukkan erat seolah tak ingin kehilangan wanita tersebut. Andre mendekap tubuh Selvia. Mereka menikmati waktu mereka berjalan - jalan di pinggir pantai. Saling bercanda dan tertawa bersama dengan mesra, hari ini begitu indah bagi mereka. Hari ini seakan menjadi milik mereka yang sedang di mabuk cinta. Perasaan tercurahkan dari ciuman - ciuman kecil membuat orang yang melihat hal itu dapat memahami kalau pasangan tersebut sedang jatuh cinta. "Mas, apa ga ada masalah kamu ga ke kantor?" tanya Selvia. "Tidak akan jadi masalah asalkan ada kamu. Yang akan menjadi masalah untukku kalau kehilangan kamu. Walau hanya sedetikpun aku tak ingin melepaskan kamu, sayang," ucap Andre dengan lembut. Semburat merah jambu terlihat jelas di wajah Selvia. Ia malu - malu mendengar perkataan Andre yang membuatnya mabuk kepayang. Aku merasa sangat dicintai sama Mas Andre. Mas jangan sakiti aku. Selvia berkata dalam batinnya. Waktu semakin senja, Selvia dan Andre semakin tak ingin berpisah. Di dalam pikiran Selvia, kenapa waktu begitu cepat berlalu saat ia bersama Andre. Tak ingin hari ini berlalu begitu saja, tanpa Andre disisinya. "Aku tahu kamu pasti tak ingin hari ini berakhir, 'kan?" tanya Andre yang seakan mengerti perasaan Selvia. Mata Selvia berkaca - kaca menatap Andre. Ia menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Ia tak sanggup seperti ini. "Kamu harus mengerti aku mencintaimu, aku ingin sekali memilikimu, tapi aku mempunyai tanggung jawab, sayang." "Mas... aku tidak menuntut apapun padamu. Aku tidak menginginkan apapun. Cukup hati Mas hanya ada aku, aku sudah sangat bahagia." Andre memeluk Selvia. Ia juga merasakan hal sama seperti wanita yang dicintainya, tapi dalam hubungan mereka ada nama seorang wanita. Istri sahnya, pemiliknya sebenarnya, Diandra. "Aku akan selalu menemuimu. Tiap hari aku akan selalu ada untukmu." "Mas, tapi bagaimana dengan Diandra? Aku takut ia tahu tentang kita." "Jangan ada nama Diandra saat kita bersama sayang. Di hati ini, di pikiran ini hanya ada kamu." "Mas...." Selvia menangis. Andre mengusap air mata yang terjatuh di pipi Selvia. Hatinya sakit saat wanita tersebut menangis. "Aku mencintaimu, tapi kamu harus mengerti statusku." "Iya Mas. Aku mengerti. Asalkan bisa bersama Mas, aku rela Mas." "Kamu ga masalah sayang kalau aku memperlakukanmu seperti ini?" Selvia menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Aku rela Mas. Aku mencintaimu dengan tulus jadi aku tidak menuntut apapun. Asal di hati Mas hanya ada namaku." Selvia menunjuk dada Andre. Andre memegang tangan Selvia yang ada di dadanya. "Percayalah hanya ada kamu di hatiku." Andre mencium bibir Selvia dengan lembut. Sementara itu Diandra sangat marah. Ia tadi ke kantor Andre, tapi suaminya tidak ada di tempat. Bahkan Indri sekretaris Andre tidak mengetahui di mana atasannya. Berkali - kali Diandra menghubungi ponsel Andre, tapi ponsel suaminya dalam keadaan non aktif membuatnya semakin curiga kalau Andre berselingkuh lagi. "Mama, Papa belum pulang ya?" tanya Keira. "Papa lagi sibuk sayang, sebentar lagi pulang," ucap Diandra tersenyum pada putri kecilnya. "Sudahlah Kei. Papa kan lagi sibuk nanti kalau udah ga sibuk juga pulang." Sahut Richie. Diandra tersenyum. Richie yang lebih dewasa memang lebih mengerti berbeda dengan Keira. Keira memang lebih dekat sama Andre. Setelah menidurkan Richie dan Keira, Diandra menunggu suaminya pulang. Ada berbagai macam pertanyaan di dalam benaknya dan perasaan marah. Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan Diandra masih menunggu Andre. Ia mendengar suara mobil Andre masuk ke dalam perkarangan rumah dengan cepat ia membuka pintu dan menatap Andre marah. "Jangan banyak bertanya! Aku lelah seharian harus lembut," ucap Andre ketus. "Ooh lembur! Lembur dengan siapa Mas?" tanya Diandra menahan marahnya. "Di, kamu jangan kekanak - kanakan begitu dong! Aku itu bekerja mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan kita. Jangan berpikir yang aneh - aneh!" bentak Andre dengan emosi. Diandra terkejut Andre membentaknya. "Kamu bilang aku kekanak - kanakan dan berpikir aneh, Mas! Kamu yang itu aneh! Kamu berselingkuh yaa, Mas!" Sahut Diandra dengan emosi juga. "Kamu berbohong bilang di kantor! Aku ke kantormu, Mas, tapi kamu ga ada. Pasti kamu selingkuh, dasar laki - laki bajingan!" cecar Diandra. "Diam! Aku bilang diam! Kamu sudah gila Diandra! Aku tidak berselingkuh," sanggah Andre. "Alah, kamu bilang aku gila. Kamu yang gila, dasar tukang selingkuh!" Andre menatap Diandra dengan marah. Ia melayangkan tangannya akan menampar pipi istrinya, tapi ia menahannya. "Apa? Mau apa, hah! Kamu mau nampar aku. Tampar nih tampar, sekalinya bajingan tetap bajingan!" Andre mengepalkan tangannya dan meninggal Diandra sendirian di ruang tamu. Diandra berteriak memanggil nama Andre, tapi suaminya tak memperdulikan teriakannya. Membuatnya semakin marah. *****Menyembunyikan sesuatu yang dapat membuat hidupmu tidak tenang hanya akan meninggalkan rasa bersalah di dalam hati, kegelisahan, ketakutan, dan terus merasa bersalah. Hal tersebut di rasakan Andre sekarang, sudah tiga hari ia selalu bertengkar dengan Diandra hal tersebut membuat kepalanya pusing. Ia memang berselingkuh, tapi ia berusaha untuk bersikap adil. Ia selalu pulang ke rumah walau sebelumnya mampir ke apartemen sang kekasih. Seperti malam ini, ia dan Selvia makan malam di salah satu restoran. "Sayang, makannya kok ga semangat?" tanya Selvia. "Diandra, marah - marah terus di rumah. Aku males pulang," keluh Andre. Selvia tersenyum. Ia mengerti bagaimana perasaan Andre. "Bicarakanlah baik - baik dengan Diandra. Jangan menyakitinya." "Aku tak tahan kalau harus selalu bertengkar setiap hari. Sudah 3 hari kami bagaik
Musang berbulu domba mungkin itu pribahasa yang pantas untuk Selvia. Di depan Diandra, ia akan berpura - pura baik, lembut, dan sikap bersahabat, namun saat Diandra lengah ia akan bertingkah sebaliknya. Demi menutupi perselingkuhannya dengan Andre, ia akan bermain dengan sempurna. Tak akan membiarkan Diandra sampai tahu tentang kelakuannya. Hari ini Selvia akan ke rumah Diandra, ingin mencurahkan segala perasaannya pada sahabat sekaligus rivalnya. "Sel, kamu kenapa?" tanya Diandra khawatir. "Aku lagi ada masalah, Di," keluh Selvia. "Masalah apa, Sel? Apa tentang mantan suamimu lagi? ato masalah lain?" "Bukan Di. Ius masih sama seperti dulu. Aku jatuh cinta pada pria yang salah." Mata Selvia berkaca - kaca.  
Selvia menatap wajah Andre yang tertidur di sampingnya, ia melihat jam sudah menujukkan pukul 10 malam. "Sayang, bangun," ujar Selvia dengan lembut memanggil Andre. "Kenapa sayang? Mau lagi?" tanya Andre. "Iih, kamu gitu deh, Mas. Ini sudah jam 10 malam, ayo pulang ke rumahmu, Diandra sudah menunggumu, Mas." Mendengar nama Diandra membuat Andre menghela napasnya. Entah mengapa ia jadi tak bersemangat jika harus pulang. Ia merasa lelah harus berhadapan dengan Diandra, wajah dan sikap dingin istrinya membuat ia tak betak di rumah. &n
Pagi ini terasa berbeda bagi Andre, akhirnya ia dan Diandra sudah berbaikkan kembali. Sudah tak ada lagi wajah cemberut dan dingin istrinya. Ia pun bersikap begitu perhatian pada Richie dan Keira bahkan mengantarkan ke sekolah. Setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah, Andre segera kembali ke rumah. Ia akan memberikan cincin berlian untuk Diandra. "Di ini untuk kamu," ujar Andre sambil memberikan kotak cincin. "Apa ini Mas?" tanya Diandra heran. Diandra membuka kotak. Mata berbinar-binar saat tahu isi dalam kotak tersebut sebuah cincin. Andre memeluk Diandra dari belakang. "Maafkan aku yaa sayang," ucap Andre. "Ini bagus banget Mas. Cincin ini kamu belikan untuk aku?" tanya Diandra. "Iya dong. Memang untuk siapa lagi? Sini aku pakaikan." Andre memakaikan cincin di jari ten
Andre kembali ke kantornya dan Diandra pulang bersama dengan anak - anak. Begitu juga dengan Selvia, ia kembali ke apartemennya. Menuggu telepon dari Andre. Tak menunggu waktu yang lama Andre pun menghubunginya. "Hallo Mas." "Maaf yaa sayang tadi ada Diandra jadi kita ga bisa melanjutkan pertemuan kita." "Ga apa-apa Mas yang penting Diandra ga tahu tentang hubungan kita." "Aman sayang." "Tapi Mas, Diandra tahu ga kalau tadi aku?" "Ga sayang." "Iya Mas." "Sayang untuk beberapa hari ini aku belum bisa menemuimu. Aku khawatir Diandra akan semakin curiga." "Iya Mas."
Andre, Diandra, Richie, Keira, dan Selvia sudah tiba di Bali. Mereka akan liburan bersama. Diandra memiliki villa di Seminyak, Bali. Villa yang diberikan oleh orang tua Diandra. "Selamat datang Bu Diandra dan Pak Andre," sapa Pak Made penjaga Villa dan Bu Nimas asisten rumah tangga yang selalu membersihkan villa keluarga Diandra. "Terima kasih Pak Made dan Bu Nimas," ucap Diandra. "Akhirnya bisa ke sini lagi, Ma," ujar Richie dengan semangat. "Iya Nak. Richie dan Keira senang ga bisa liburan?" tanya Diandra. "Seneng banget, Ma," ucap Richie dan Keira bersamaan. &
Diandra mendengar suara desahan dibalik kamar Selvia. Ia menjadi gugup sendiri dengan siapa Selvia sampai mendesah seperti itu? Ingin sekali Diandra mengetuk pintu tapi ia ragu. Andre melihat ada bayangan di bawah pintu. "Sepertinya ada orang," bisik Andre. Selvia melihat ke bawah pintu. "Mas, apa itu Diandra?" bisik Selvia. "Mungkin saja, aku 'kan ga ada di kamarnya," ujar Andre. "Sekarang gimana Mas?" "Sstt, diam lah. Aku akan keluar lewat jendela." Andre memutuskan untuk keluar dari jendela villa. Ia mengendap - endap bagaikan pencuri, melirik ke arah samping kanan dan kiri lalu pergi berlari ke arah depan. &n
Andre kebingungan mencari Selvia ke sana - sini, ia sangat khawatir jika ada terjadi sesuatu pada kekasihnya. "Kalau sampai ada apa - apa Selvi, awas aja kamu, Diandra," ucap Andre dengan kesal. "Aduuh, Sel, kamu di mana sih sayang." Sementara itu yang di cari malah sedang menikmati suasana pantai di pagi hari. Angin berhembus menerpa wajahnya terasa begitu menyejukkan hati. Perasaannya sekarang resah dan gelisah, ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya. Seharusnya ia mengerti kalau Diandra mencurigainya, tapi malah ia sengaja menyalahkan Diandra. "Maaf Di. Maafkan aku yang mencintai suamimu," ujar Selvia sambil menutup matanya. Selvia merentangkan tangannya lalu berteriak, "tolong cintai aku." Tubuh Selvia te