“Aku yakin, kamu bisa menahan semua emosi dalam jiwa Gumihomu itu agar tidak menunjukkan emosi tinggi,” ujar Bellona meyakinkannya.
Nevan masih terngiang dengan kata-kata terakhir dari sang kekasihnya. Jiwa Gumiho dalam dirinya begitu terbawa emosi jahat, sedangkan ia berusaha menahan untuk melawan roh jahat tersebut.
Cho Ye Joon mulai membisikkan sesuatu ke dalam batin Nevan, “Bunuh saja mereka! Mereka bahkan pernah meremehkanmu.”
“Jangan ragu-ragu, Bodoh!”
Cho Ye Joon semakin merasuki jiwa lemahnya dari Nevan. Namun, rasa sakit itu menahannya saat Felix memekik ke arah mereka.
“Woi!!” pekik Felix.
“Apa lo?!” ucap salah satu pria songong.
“Aku tidak boleh menyakiti mereka, tidak boleh terjadi,” gumamnya dalam hati untuk melawan Cho Ye Joon.
Rintihan itu bahkan menusuk jantung Nevan seketika. Para Mahasiswa lainnya malah tidak jadi menindas Nevan secara brutal. Malah berpindah menjadi tatapan bingung kepada perubahan Nevan yang tiba-tiba meringis aneh.
“Lho, kenapa Nevan?” tunjuk Bellona cemas.
“Yuk, kita ke sana!” ajak Felix memutuskan.
“Woi, lo jangan pura-pura deh! Elo kan yang udah nyerang bos kita sampai ke rumah sakit?!” cecah dari salah pria.
Ketiga pria itu mendorong tubuh Nevan hingga terpental ke bawah lantai, sedangkan Nevan tak kuasa menahan sakit yang seakan merasuk ke dalam dadanya. Raut Nevan yang tadinya sangat tenang, kini berubah menjadi kepanikan yang tiada tara.
Kedua tangannya memegangi dada yang semakin menusuk, kemudian berpindah mengelus kepala secara tidak sadar. Matanya menyipit menutup seakan pedihnya bukan main. Tidak ada suara-suara yang dapat didengarnya, hanya ada gema yang memantul tidak begitu jelas.
Bellona dan Felix segera meraih tubuh Nevan yang hampir jatuh pingsan itu. Tiba-tiba suasana menjadi riuh hingga berpacu pada keramaian yang berkerumun di satu sisi.
“Nevan, Nevan, kamu kenapa?” jerit Bellona memegang pipinya.
“Nevan, lo nggak apa-apa?” sambung Felix menggoyangkan tubuhnya.
Creng!
Kedua mata Nevan terbuka dengan lebar, ketika suasana menjadi bertubi-tubi dengan berkumpulnya para temannya.
Nevan menunjukkan mata merahnya secara jelas ke hadapannya. Bellona terkejut bukan main, lantas ia memundurkan dirinya perlahan. Felix menutupi tubuh Nevan yang memperlihatkan mata merahnya kepada teman-temannya.
“Hah?!” sergah Bellona.
Bep!
Tubuh Nevan kembali pingsan hingga gemulai di atas pangkuan Bellona.
“Hampir saja!” keluh Bellona mengusap dada.
Semua yang memandang sikap aneh dari wujud Nevan, lalu hanya ketiga gangster yang terpelangah dengan perubahan mata merah menyeramkan. Ketiganya perlahan mundur lalu bergegas pergi menjauh dari Nevan yang pingsan.
Untungnya, di saat itu hanya mereka yang melihat, pasti akan diatasi oleh sosok Gumiho itu sendiri.
Felix mengelus dadanya dan kembali membantu Bellona untuk membawa tubuh Nevan menuju ruang rumah sakit Kampus.
“Hei, kenapa ini??” tanya salah satu Dosen berkepala botal.
Tubuh pendeknya mendekati Felix yang mulai menggendong tubuh Nevan yang sudah tidak berdaya.
“Dia kenapa?” tanya si dosen.
“Dia pingsan, Pak! Tapi, tenang saja! Kami akan merawatnya,” cegah Bellona mengacungkan tangannya.
“Benar dia akan baik-baik saja?” tanya dosen berkepala botak dengan serius.
“Benar, Pak. Dia hanya pingsan karena kelelahan, kami akan mencoba meminta bantuan dokter Jojo,” sahut Felix.
Bellona menarik lengan Felix agar memajukan langkahnya, sedangkan dosen itu menaikkan alisnya seakan curiga dengan apa yang sudah terjadi.
Felix pun dengan segala kekuatannya menggendong tubuh Nevan yang tubuhnya sangat tinggi itu, bahkan setara dengannya. Ia pun berusaha untuk tiba di ruang UKS Kampusnya.
Krek!
Bellona membuka pintu dengan tangkasnya.
“Dokter!” panggil Bellona mengejutkan.
“Wadau!! Duh, kaget Dokter, Nak!” keluh si dokter yang sedang serius memeriksa sesuatu dari dalam ruang.
Felix segera meletakkan tubuh Nevan ke atas tempat tidur tanpa harus menunggu aba-aba dari sang dokter.
“Dia Nevan, bukan?” tanya sang dokter mengintip.
“Benar, Dok!” sahut Bellona membalikkan tubuhnya.
Bellona menyoroti mata sang dokter seakan mengirim cahaya tembakan hipnotis dari dekat. “Dok, aku ingin meminta bantuanmu, please!” lirihnya sambil merunduk. Kedua tangannya penuh dengan gaya permohonan.
Sementara itu, sang dokter hanya memiringkan kepala seakan bingung apa yang sebenarnya terjadi.
“Memangnya dia kenapa? Hanya pingsan kan? Biar aku periksa dulu,” usul sang dokter.
“Please … Dokter Jojo!!” rintih Bellona semakin merunduk.
“Kau ini kenapa?” tanya dokter Jojo curiga.
“Bellona,” cegah Felix menarik tangan Bellona.
Namun, Bellona tak berdaya dan tetap pada posisi pertahanannya.
“Apa ada masalah? Coba ceritakan padaku!” tegas Dokter Jojo.
Bellona mendongakkan wajahnya dengan segaris senyuman lebarnya.
“Apa dokter yakin akan percaya??” lontar Bellona.
“Tentu saja.”
Dua menit kemudian.
“Hah!! Mana mungkin?? Itu tidak masuk akal,” teriak dokter di depan keduanya.
Masih dalam situasi yang sama, Bellona seakan meyakinkan dokter untuk percaya terhadap sesuatu yang dilontarkannya.
“Dia sudah dirasuki oleh makhluk halus di gunung ketika kami tiba perkemahan itu,” ungkap Bellona.
“Lalu, kenapa kalian tidak memberitahu lainnya kalau ia kerasukan?” keluh sang dokter.
“Tidak! Dia memintaku untuk tidak mengatakannya. Kalau kita udah bilang, maka akan mustahil untuk percaya,” sahut Bellona tegas.
“Aiiish, aku hanya berbohong, Dok!” sambung Bellona terkekeh.
“Sudah kuduga! Kalian memang suka bercanda denganku, hahaha,” kekeh sang dokter. Dokter Jojo seorang pria yang dikenal dengan kehangatannya. Di samping itu, dia juga terkenal dengan budi baiknya. Semua Mahasiswa pun terpana akan ketampanan yang dimiliki olehnya.
Bagaimana bisa ada dokter yang sehangat itu? Apalagi setampan dan sehumoris begitu?
Eeerrgh!
Terdengar ringisan yang berasal dari Nevan yang tertidur di atas kasur tersebut. Sambil memegang dadanya, Nevan perlahan beranjak dari posisi tidurnya.
“Hah, dia sudah sadar!” tunjuk dokter.
Bellona dan Felix membalikkan badannya sambil memperhatikan wajah Nevan yang sudah kembali normal.
“Huuuft … syukurlah!” dengus Bellona lega.
“Nevan, apa kau baik-baik saja?” tanya Felix khawatir.
Nevan melirik wajah dari ketiga orang yang ada di hadapannya, keningnya mengerut kecil. Telunjuknya naik ke depan wajah masing-masing, memiringkan wajah dengan raut humorisnya yang sedikit mulai terlihat.
“Felix!!” pekiknya sambil meraih tubuh Felix dengan kuat.
“Akhirnya kita bisa bertemu lagi, aku sangat merindukanmu,” rintihnya menggoyangkan tubuh Felix.
Bellona memiringkan kepalanya dan diikuti oleh dokter Jojo yang menjadi sangat heran. Ketiganya menjadi sangat kebingungan sekaligus terkejut.
***
Nevan kini mulai berjalan dengan seorang diri, ketika Bellona dan Felix kembali menuju kelas terlebih dahulu.
Dirinya yang berjalan sambil memikirkan sesuatu seakan berhenti seketika.
“Ah, tidaaak! Tidak!”
“Jangan, aku mohon jangan!!”
Terdengar teriakan dari dalam lorong ruangan, dengan secepat kilat Nevan berlari dengan kekuatan Gumihonya menuju sumber suara. Dari sudut ruangan, terlihat seorang pemuda hendak menyakiti seorang gadis mencekiknya dengan kuat.
“Hei, berhenti!!”
Nevan pun kembali memajukan langkahnya.
Lima menit kemudian, Nevan keluar bersama seorang gadis yang terus membanggakan diri Nevan karena sudah menyelamatkan hidupnya.
Keduanya berjalan sambil.
“Nevan, ternyata kau itu balik lagi jadi baik, gue bakal bilang ke mereka bahwa elu orang yang dulu lagi, bukan yang kemarin. Terima kasih usah nyelametin gue, ya!” ucap si gadis sebayanya tersenyum dengan lebar.
**
Wajib taruh ke dalam rak setelah baca bagian dari cerita ini, karena apa? Semua butuh proses untuk menjadi cerita yang apik dan tertata rapi. Semua yang saya tulis demi kenyaman si pembaca yang utama. Dibutuhkan suatu dukungan dari penambahan kea rah dan juga review tentang isi dari cerita. Maka dari itu, sangatlah diharapkan untuk menjadi bagian terindah untuk kisah ini.
Follow juga I* @Rossy_stories.
Biar kamu bisa mengetahui segala karya milik Rossystories.
Tak lupa kuucapkan kata terima kasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang diluangkan hanya dari membaca cerita recehku ini. Semoga sehat selalu dan berlimpah rezeki!
#Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak
Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu
Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan
Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K
Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di
Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke