Sean sudah selesai dengan urusan pembongkaran kafe di sekitar lokasi kolong barbie. Sean memerintahkan anak buahnya untuk segera meruntuhkaan semua bangunan itu jangan sampai ada yang tersisa. Sean kembali lagi ke mobilnya dan menghadap atasannya. Setelah ini, Sean akan cuti selama seminggu untuk urusan pribadinya.Sean masuk ke dalam mobil, tak ada Pinka di jok sebelahnya. Lalu Sean menengok ke belakang dan Pinka ada disana. Tubuhnya sudah tertutup selimut dan hanya menampilkan wajahnya saja yang masih tertutup kain sorban yang di jadikan sebagain penutup kepala Pinka. Manis sekali gadis itu, terlihat sangat neynyak sekali tidurmya. Sean tak berani membangunkannya dan memilih melanjutkan aktiviatsnya bertemu sang atasan untuk laporan terakhir.Setelah sampai di kantor polisi, Sean memarkirkan mobilnya di parkiran khusus. Mematikan mesin mobilnya dan membuka sedikit kaca mobil dibagian penumpang untuk sirkulasi udara agar Pinka tak kekurangan oksigen.Sean membuka pintu mobilnya dan
Kyai itu mendengarkan penjelasan panjang lebar Sean mengapa ia bersikeras ingin menikahi Pinka."Baiklah. Saya paham dengan masalah kamu. Jadi, mau kapan kalian menikah? Pagi ini juga?" tanya Kyai itu pada Sean."Ya ... Lebih cepat lebih baik. Biar saya tidak merasa berdosa karena telah menyentuh gadis itu tanpa senagja," ucap Sean mantap."Panggil calon pengantin perempuannya kemari. Ada yang ingin saya tanyakan juga," ucap Kyai itu menitah Sean untuk memanggil Pinka.Sean menoleh ke arah Pinka yang masih menggunakan mukena putih lalu memanggil gadis itu denagn suara lembut."Pinka!! Sini!!" panggil Sean pada Pinka.Pinka mengangkat wajahnya dan emnatap ke arah Sean lalu mengangguk kecil saat Sean melambaikan tangannya untuk datang menghampiri lelaki gagah itu. Tanpa banyak pertanyaan, Pinka langsung berdiri dan menghampiri Sean dan duduk tepat di samping Sean."Ada apa Kak?" tanya Pinka sopan sekali."Ini Pak Kyai yang akan menikahkan kita pagi ini. Kakak sudah menceritakan semua ya
Setelah pengucapan ijab kabul Sean pada Kyai tersebut, Pinka pun di hadirkan di dalam masjid oleh istri Kyai.Sean menatap Pinka yang terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya putih tulang dengan kain batik panjang. Rambutnya yang tertutup hijab dan kepalanya di hiasi ronce melati sederhana."Cantik sekali kamu Pinka," ucap Sean di dalam hati begitu memuji Pinka.Pinka terus berjalan hingga ke tengah masjid dan duduk tepat di samping Sean. Hari ini benar -benar menjadi hari bahagia bagi Pinka. Walaupun Pinka belum tahu setelah ini kehidupannya akan seperti apa? Setidaknya Pinka bisa menjauhi kehidupan malam yang pernah menenggelamkan dirinya dalam baluran dosa berat.Pinka sudah duduk bersimpuh di samping Sean dengan di bantu oleh istri Kyai merapikan pakaiannya. Kini keduanya duduk saling berhadapan dan Pinka langsung menarik tangan kanan Sean dan mencium punggung tangan Sean dengan sikap hormat untuk meminta ridho karena dirinya telah SAH menjadi istri Sean.Sean tersenyum bahagi
Pinka hanya bisa terdiam dan menunduk. Sakit sekali rasanya dada ini. Baru saja, hatinya berbunga -bunga karena pernikahan mendadak yang membuat Pinka bahagia, dan menganggap Sean adalah sosok lelaki idaman yang sangat bertanggung jawab karena memiliki pondasi agama yang baik dan sangat kuat. Tapi, kenyataannya saat Pinka sedang bahagia terbang di atas awan, kata -kata Sean seolah berubah menjadi awan hitam yang meneggulungkan ombak angin dan membuat Pinka terjatuh seketika.Kedua mata Pinka basah, air matanya sesak berada di kelopak matanya. Pinka menhan air mata itu jangan sampai jatuh hanya dengan satu kedipan mata saja. Jangan sampai Sean merasa bangga melihat kesedihan dan kekecewaan Pinka saat ini."Kenapa diam?" tanya Sean melirik ke arah Pinka yang terus menunduk. Wajah cantiknya tertutup oleh rambut panjangnya yang berwarna hitam legam. Sean terus mereamt jari jemari Pinka. Sean sudah tak ragu untuk menyentuh Pinka, karena memang keduanya sudah menjadi pasangan yang halal.Pi
Sepanjang perjalanan, Pinka diam terbungkam. Kepalanya penuh pertanyaan dan segala overthinkingnya. Tidak ada yang bisa di salahkan dalam perjalanan takdirnya. Sean dan Zahra sudah saling mengenal lebih dulu di bandingkan dirinya, walaupun akhirnya Sean memutuskan untuk menikahi Pinka karena suatu alasan yang masuk akal."Kenapa diam saja? Kamu lapar? Kita makan dulu?" tanya Sean lembut sambil memegang tangan Pinka dan mnegusap punggung tangan Pinka denagn ibu jarinya. Satu tangan Sean fokus memegang setir mobil dan kedua matanya sesekali melirik ke arah Pinka.Entah pesona apa yang di berikan Pinka, hingga Sean begitu luluh pada gadis purel tersebut. Mungkin kalau di bandingkan Zahra tidak beda jauh. Zahra pun sama cantiknya.Tangan kiri Pinka menumpuk di atas tangan Sean dan tersenyum manis ke arah suaminya dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar milik Sean. Pinka nampak sangat manja sekali menggelayut miring. Sean pun juga nampak senang tanpa ada rasa keberatan sama sekali. Tang
Bukankah hal yang sangat wajar sekali jika Sean dan Pinka melakukan hubungan intim malam ini. Keduanya telah SAH menikah di hadapan Kyai dan telah menjadi pasanagn suami istri yang halal. Jika Sean berkeinginan meniduri Pinka dan meminta haknya sebagai suami, itu adalah hal yang sangat normal dan alami di pinta oleh seoarng lelaki yang mencintai seorang wanita. Sean ingin meraih puncak asmara dengan cara menikmati tubuh Pinka yang selalu ada dalam pikirannya sejak kemarin. Tubuh indah, semampai dengan lekukan tubuh bagai gitar spanyol. Pinka benar -benar cantik dan sangat sexy.Sean yang dingin dan cuek berubah menjadi lelali yang hangat dan begitu penyayang. Diamati tubuh Pinka yang indah dari atas tubuh Pinka dan Pinka pun berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya."Kenapa di tutupi? Bukankah ini sudah menjadi milikku?" tanya Sean menatap Pinka penuh damba sambil memindahkan tangan Pinka untuk tidak menutupi dadanya yang indah dan mulus itu. Sean benar -benar di buat kagum
Malam ini terasa sangat panjang dan begitu lama. Sean dan Pinka masih berpelukan mesra di atas ranjang dengan tubuh yang masih polos tertutup selimut tebal untuk menghindari rasa dingin. Pinka yang terlihat sudah tidak kaku dan malah terlihat semakin manja masih memeluk tubuh Sean yang kekar, begitu juga dengan Sean yang memeluk tubuh mungil Pinka sambil sesekali mengusap lembut punggung dan bahu sampai ke lengan mulus Pinka. Tubuh Pinka benar -benar halus seperti kulit bayi, gairahnya punn begitu sensasional membuat Sean terus ingin bermain -main lagi dnegan tongkat billiardnya."Mau makan? Kita belum makan sejak tadi, nanti kamu sakit," tanya Sean lembut.Pinka mengangguk setuju dan Sean melepaskan pelukan itu lalu memakai pakaiannya kembali. Pinka hanya menutup tubuhnya dengan piyama handuk yang ada di hotel itu lalu keduanya duduk berhadapan di sebuah meja kecil yang sudah banyak sekali makanan dan mulai mendingin."Pilihlah makanan yang kamu suka. Karena aku juga belum tahu, apa
Sean mengusap lembut bahu Ibu dan berbisik pelan tepat di telinga Ibunya, "Dia gadis yang baik dan yatim piatu." Pinka hanya berdiri dan berusaha sopan pada Ibu Sean. Pinka menarik tangan Ibu itu dan mencium punggung tangan yang mulai terlihat keriput. Biar bagaimana pun juga, Ibu Sean adalah Ibu mertuanya dan telah menajdi Ibu Pinka walau Sean belum mengakui Pinka secara publik.Sentuhan Pinka ternyata membuat aliran darah Ibu Sean merasakan sesuatu yang aneh. Sikap Pinka yang terlihat tulus dan ikhlas mengubah cara pandang Ibu Sean terhadap Pinka. Senyumnya tiba -tiba melebar dan merangkul Pinka seperti anak kandungnya sendiri."Maafkan Ibu jika Ibu sedikit ketus. Ibu cemas sejak tadi, karena hari ini pernikahan putra semata wayang Ibu dengan gadis yang sholeha," ucap Ibu Sean dengan kedua mata berbinar senang.Berbeda dengan Pinka yang merasakan dadanya di tusuk -tusuk dengan ribuan jarum yang tajam. Sakit sekali namun tidak berdarah. Sean melirik ke arah Pinka dan menatapnya send