Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?"
"Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"
Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.
Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melihat tariannya, senang sekaligus hatinya penuh dengan cinta.
Lyxia yang sekarang, bukan, tapi Demona, lalu tersenyum licik melihat Rae yang mulai menangisi kepergian Lyxia, dan mulai berkata, "Kau tidak perlu bersedih, aku, Demona, sudah kembali. Kau bisa menyegel diriku lagi, Rae. Namun, hahaha! Dengan apa? Kau punya kekuatan sekuat nenekmu, Ramona? Tentu tidak! Kau hanya salah satu keturunannya yang bodoh, hahahaha!"
Kemudian, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuh cantik Lyxia dan mengubahnya menjadi seekor burung gagak hitam besar dengan sayap yang juga besar dan panjang, membuat penyihir-penyihir yang berada di sekitarnya ketakutan, kali ini mereka berlarian berusaha melindungi dirinya masing-masing.
Yvoxy lalu mengayunkan tangan kanannya dan seberkas cahaya putih muncul dari telapak tangan kanannya tersebut. Ia lalu melemparkan cahaya putih tersebut ke arah Demona, namun, Demona berhasil menepisnya.
"Kau sadar diri, penyihir bodoh! Kau pikir kekuatan para penyihir putih akan bisa menandingiku?" seru Demona.
Lalu ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke atas langit, membuat seluruh langit gelap gulita. Yvoxy hanya bisa mengepalkan telapak tangan kanannya, dan perasaannya sungguh sangat kesal dan sedih atas kematian Lyxia, anak didik tersayangnya.
Yvoxy lalu bergumam, "Demona sialan! Beraninya dia mengambil tubuh Lyxia!"
Rae hanya bisa menatap Yvoxy yang sedang kesal. Ia juga bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Yvoxy, namun, ia memberanikan diri untuk berkata, "Yvoxy, kita tidak bisa melupakan satu penyihir lagi yang akan menjadi korban selanjutnya!"
Yvoxy langsung bertanya kepada Rae, "apa? Siapa?"
Rae langsung menjawab, "Ayah Lyxia, Yvoxy. Demona sudah membunuh ibunya dan sekarang pasti mengincar ayahnya, karena yang dibutuhkan Demona adalah sebuah hati, sebuah jiwa dan raga yang mau merelakan dirinya sendiri untuk menjadi korban ilmu sihir hitamnya!"
Yvoxy langsung tersadar bahwa Lyxia masih mempunyai seorang ayah. Mereka berdua langsung berlari menuju rumah Lyxia padahal, mereka bisa menggunakan pintu sihir, namun entah mengapa mereka tidak berpikir untuk menggunakannya.
Sesampainya di depan rumah Lyxia, Yvoxy dengan cepat membuka pintu rumah itu, yang terlihat terbuka sedikit, namun, yang ia temukan hanyalah jasad seseorang yang ia kenal, sudah terbujur kaku di hadapannya.
Rae yang tadinya tertinggal di belakang, dengan cepat ia berlari dan tiba di belakang Yvoxy. Ia langsung mengarahkan matanya ke dalam rumah itu dan melihat seorang penyihir yang sudah terbujur kaku di atas lantai, yakni jasad ayah Lyxia.
Rae langsung menutup mulut dengan kedua tangannya, dan mulai menangis, tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Tubuh kaku ayah Lyxia tiba-tiba berubah menjadi debu halus berwarna hitam, lalu menghilang begitu saja.
Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae, dan melihat Rae yang mulai menangis.
Yvoxy kemudian menepuk-nepuk punggung Rae, lalu berkata, "Bukan salah dirimu. Bukan juga salah Ramona. Kita semua tahu bahwa seratus tahun lalu, seluruh penyihir di dunia ini adalah sama tingkatan dan kelasnya, yang membedakan adalah apakah dia penyihir hitam atau penyihir putih. Perkumpulan penyihir hitam yang dipimpin Demona memang membuat dunia penyihir ini kacau balau karena ia selalu membunuh manusia bahkan penyihir lainnya hanya demi memberi makan kekuatan sihir hitamnya."
"Aku, dan seluruh penyihir-penyihir di dalam dunia ini, sangat berterima kasih atas seratus tahun yang damai, karena hanya Ramona, nenekmu, penyihir putih yang sudah merelakan dirinya sendiri untuk menyegel Demona dengan seluruh kepingan-kepingan hati miliknya. Bukan hal mudah, bahkan sampai akhir hayatnya, Ramona tidak bisa merasakan perasaan atau emosi apapun karena kehilangan seluruh kepingan-kepingan hatinya. Rae, aku rasa kau tidak perlu bersedih begini. Ramona adalah penyihir putih yang hebat, namun, karena kecerobohan Lyxia, aku rasa dunia penyihir akan kembali lagi ke masa-masa kelamnya dulu."
Rae mengangguk, namun, kesedihan tampak jelas di wajahnya.
Ia hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata kepada Yvoxy, "Lyxia adalah anak didik kelasku yang paling pintar dan cantik. Seluruh tarian yang ia bawakan, seolah-olah ia mengerti perasaan-perasaan seluruh peran yang ia bawakan. Ia seperti manusia yang mempunyai begitu banyak emosi dan perasaan, dan aku, aku sangat sedih, hatiku sangat sakit melihat tarian terakhirnya barusan, sama sekali bukan Lyxia! Ia tidak mungkin menari dengan gerakan yang mengerikan seperti itu! Tariannya menakutkan, seluruh gerakannya, benar-benar seperti burung gagak hitam yang sedang menunggu mangsanya!"
Setelah itu, Rae menangis dengan keras. Yvoxy lalu mendekatkan dirinya kepada Rae dan sekali lagi, ia menepuk-nepuk punggung Rae hanya untuk menenangkannya.
Mulai hari itu, seluruh penyihir yang tinggal di dalam dunia penyihir, mulai menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, bahwa Demona sudah bangkit dan akan membuat kekacauan kembali.
Setelah kabar itu tersebar, penyihir-penyihir tua yang sudah senior, mulai berkumpul di dalam sebuah gedung yang dulunya adalah gedung pertemuan para penyihir putih seratus tahun lalu yang sudah tidak digunakan hingga hari ini akhirnya tiba.
Gedung Axell, nama bangunan tersebut. Seratus tahun lalu, hanya bangunan ini saja yang tidak bisa disentuh oleh Demona ataupun pengikutnya, karena para penyihir putih selalu berkumpul setiap hari di sini, dan mereka juga membuat sebuah benteng pelindung magis yang melindungi sekeliling gedung tersebut, dan benteng pelindung magis itu akan selalu ditambahkan mantra-mantra sihir agar lebih kuat, oleh para penyihir putih, setiap harinya.
Gedung ini memang sudah lama tidak digunakan lagi sejak Ramona berhasil menyegel Demona dan mengubahnya menjadi sebuah batu kristal hitam, dan juga mengurungnya di dalam sebuah kotak kecil, yang ia segel dengan menggunakan kepingan-kepingan dari hatinya, sehingga ia kehilangan seluruh perasaan yang ia punya.
Sepanjang sisa usianya setelah kejadian itu, Ramona hidup tanpa bisa merasakan emosi-emosi atau perasaan seperti cinta, benci, kecewa, dan perasaan lainnya layaknya orang normal. Ia lalu meninggal di usia sembilan puluh tahun karena sakit yang dideritanya.
Para penyihir senior yang disegani penyihir-penyihir lainnya, kini sudah berkumpul semua di dalam Gedung Axell. Yvoxy terlihat paling akhir masuk ke dalam gedung tersebut, sambil menggandeng Rae, memaksanya ikut masuk juga ke dalam Gedung Axell walaupun Rae tidak mau.
Ketika mereka berdua sudah berada di dalam gedung dan menutup pintunya, seluruh mata penyihir-penyihir senior itu langsung mengarah ke arah mereka berdua. Rae langsung mengeluarkan keringat dingin, karena menurutnya, tatapan-tatapan itu membuatnya ketakutan.
"Apa yang akan mereka lakukan kepadaku? Mengurungku? Memenjarakanku? Hanya karena aku memberikan pelajaran tentang tari balet? Astaga! Para penyihir tua itu menyebalkan sekali! Mereka terlalu kolot!" gumam Rae dalam hati, dengan wajah yang dipenuhi rasa ketakutan dan kegusaran.
Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan it
Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap ya
Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah ban
Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hany
Mereka berdua, Yvoxy dan Rae, berjalan agak cepat ke arah yang ditunjuk oleh wanita tua tadi, sambil melihat-lihat rumah-rumah warga di sekelilingnya.Namun, setelah menyusuri jalan untuk beberapa lama, mereka berdua mulai kebingungan karena belum juga menemukan rumah pria muda tersebut. Karena dilarang menggunakan sihir di dalam dunia manusia, mereka berdua hanya bisa mencari-cari rumah pria muda itu tanpa memakai kekuatan sihir.Setelah mencari-cari untuk sekian lama, Yvoxy dan Rae mulai kelelahan. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat sebentar, kemudian tanpa sengaja, mereka melihat sebuah bangku kosong yang terletak di seberang jalan.Mereka kemudian memutuskan untuk menyeberang jalan dan lalu duduk di atas bangku itu.Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae yang sedang duduk di sampingnya dan menatap Rae dengan ekspresi kesal, lalu berkata, "Aku rasa wanita tua itu hanya membual saja, mengarang cerita demi menakut-nakuti anak muda seperti dirimu!"Rae lalu menolehkan kepa
Waktu kembali berjalan mundur ketika Rae kembali menggunakan kekuatan sihirnya. Waktu berjalan lebih mundur daripada sebelumnya, dan seluruh kejadian di dalam rumah tersebut mulai perlahan muncul di sekeliling Yvoxy dan Rae.Tiba-tiba saja waktu berhenti tepat ketika di mana Lyxia sedang bermesraan dengan pria muda tersebut, lalu, semuanya menjadi jelas. Lyxia mencintai pria muda tersebut, seorang manusia. Yvoxy sangat terkejut ketika ia sendiri dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan Lyxia dan pria muda tersebut tengah dimabuk asmara berdua, semalam penuh.Dalam hati Yvoxy, tidak mungkin ada seorang penyihir yang berani melanggar peraturan untuk tidak mencintai manusia, apalagi sampai berhubungan badan dengan manusia!Yvoxy sangat terkejut dengan apa yang sudah ia lihat, bahkan, terlihat juga waktu ketika Lyxia menyaksikan bahwa pria muda itu ternyata sedang bersama wanita lain ketika Lyxia tidak ada.Kecemburuan terlihat jelas di mata Lyxia, dan tubuh Lyxia tiba-tiba dikelilingi
Lyxia tidak berhenti menari. Ia terus melanjutkan gerakan-gerakan tarian Giselle sambil memerankan Giselle itu sendiri, kemudian ia menjawab guru tarinya itu, "Guru, aku mencintai pria manusia itu, Mikhel namanya. Aku tidak tahu bahwa ia sudah memiliki tunangan. Terpuruk, hatiku sakit, masih ingin mencari kebenarannya. Guru, apakah Mikhel mencintaiku juga, ataukah aku adalah Giselle dalam kehidupan ini?"Rae masih menari bersama Lyxia, mendengar pertanyaan itu dan langsung berkata, "Lyxia. Mencintai itu tidak salah. Kau tidak bisa menyalahkan cinta. Perasaan itu tidak pernah salah. Yang salah adalah orang itu, tidak bisa menjaga hatimu. Ia tidak pantas untukmu, yang mempunyai hati polos dan seputih salju. Lyxia, menarilah The Swan Lake bersamaku."Sambil masih menari sebagai Giselle, Lyxia langsung membalas Rae, "Tidak, guru. Aku adalah Giselle, bukan Odette. Odette tidak bisa melakukan pas de deux bersama pangerannya, karena Odile mencurinya. Hanya Odile yang berhasil melakukan pas d
Ruangan itu sangat kecil. Letaknya memang di bawah tanah rumah Yvoxy, dan memang, hampir semua penyihir senior, mempunyai ruang bawah tanah rahasia di dalam rumahnya, biasanya memang dibangun untuk menyimpan benda-benda berharga.Yvoxy lalu melepaskan tangan Rae, kemudian membuka sebuah lemari berwarna coklat, yang terlihat kotor sekali, bahkan diperkirakan usianya sudah sangat tua, jika dibandingkan, Yvoxy sendiri berusia seratus enam belas tahun.Setelah membuka lemari tua yang kotor itu, Yvoxy kemudian mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah darah, kemudian memberikannya kepada Rae, lalu berbisik pelan, "Jika Lyxia memang ingin memperbaiki situasi ini, karena dia sendiri adalah penyebab satu-satunya kebangkitan Demona, berikan ini padanya jika kau bertemu Lyxia lagi dalam mimpimu di kemudian hari."Rae lalu memandang kotak kecil berwarna merah darah itu dengan sangat teliti tanpa membukanya sama sekali.Kemudian ia menatap Yvoxy dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kebingung