Aliando tidak berkedip menatap wajah cantik Viera saat menunggu jawaban dari wanita tersebut. Tidak hanya itu saja, ia sibuk bergumam di dalam hati untuk mengungkapkan kekesalannya saat melihat wanita itu sangat lama berpikir untuk mengambil keputusan, padahal itu sangat menguntungkan menurut versinya.
“Baru kali ini aku harus bersabar di hadapan seorang wanita, padahal biasanya para wanita yang selalu bersabar menghadapiku karena sangat tergila-gila padaku. Berbeda dengan wanita langka ini. Sabar Aliando, ini demi harga diriku agar tidak Rafli dan para temanmu tidak mengejekmu.”
“Bagaimana, Viera?”
Viera yang tadinya masih merasa ragu untuk menerima tawaran dari pria di depannya, hanya bisa menghitung antara orang orang tua atau harga dirinya yang sangat ia banggakan.
“Orang tua ... harga diri ... orang tua ... harga diri ... orang tua ....”
Viera yang menghitung sampai lima dan berhenti pada k
Karena merasa sangat malu, Viera berniat untuk segera pergi setelah Rafli keluar dari ruangan kerja Aliando. Apalagi dia tidak ingin lama-lama berduaan dengan pria yang diketahuinya adalah raja wanita tersebut. Buru-buru ia merapikan bajunya yang sedikit kusut saat duduk."Aku harus segara pergi untuk bersiap untuk bekerja besok, Tuan." Dengan sangat kikuk Viera membungkuk hormat untuk mengucapkan terima kasih telah diberikan kesempatan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Namun, raut wajah penuh kekecewaan terpancar dari wajahnya begitu mendengar perintah dari Aliando."Aku sudah memesan makanan untukmu, jadi makanlah terlebih dahulu sebelum kamu pergi. Sebentar, apa yang dikatakan Rafli tadi benar? Kamu belum makan dari tadi pagi?" Aliando menatap menelisik wajah sosok wanita yang memang baru disadarinya terlihat sangat pucat.Karena tidak mendapatkan jawaban saat Viera hanya diam saja dan tidak mau menjaw
Viera sudah berjalan keluar dari perusahaan yang akan menjadi tempatnya mengais rezeki di Jakarta. Sebuah harapan baru untuknya dan ia menganggap besok adalah lembaran baru untuknya dalam merajut masa depan. Selain untuk menjadi seorang anak yang berbakti pada kedua orang tua, harapannya adalah bisa menabung untuk masa depan. Dengan wajah yang berbinar, ia berjalan menyusuri trotoar sekitar area perusahaan besar yang saat ini menjadi harapan terbesarnya. Untuk sesaat ia menghentikan langkahnya dan menatap tingginya bangunan perusahaan lantai sepuluh tersebut.“Hari ini adalah hari keberuntungan bagiku, karena bisa bertemu dengan pimpinan playboy itu. Hanya dengan berpura-pura menjadi kekasih di depan sepupunya, aku yang tadinya hanya seorang pengangguran, kini akan menjadi seperti seorang wanita karir lainnya. Mengenakan seragam kantor yang licin, rapi dan seharian duduk di depan komputer pada ruangan ber-AC. Aaah ... rasanya pasti akan sangat menyenangkan. Membayangkan
Aliando yang hanya terkekeh melihat wajah penuh kekesalan dari Viera, sama sekali tidak memperdulikannya. Karena saat ini, ia hanya mengedarkan pandangannya ke arah dalam, yaitu ruangan kos yang menjadi tempat tinggal wanita incarannya tersebut dan merasa sesak melihat ruangan sepetak yang mungkin hanya sebesar kamar mandinya."Astaga, kamu nggak sesak tinggal di sini?" Aliando beralih menatap ke arah wajah cantik Viera yang masih mengerucutkan bibir dan berwajah masam.Tanpa memperdulikan pertanyaan bernada ejekan dari Aliando, Viera berniat untuk menutup pintu setelah masuk ke dalam kamar. Karena ia tidak ingin capek mengomel, tetapi tidak ditanggapi oleh pria tersebut."Saya mengantuk, tolong Anda pergi dari sini. Oh ya, saya tidak jadi bekerja di perusahaan besok. Jadi, perjanjian yang tadi batal."Viera yang tadinya akan menutup pintu, tidak bisa melakukannya saat Aliando memasukkan kaki di anta
Setelah Viera selesai mengganti pakaiannya, ia berjalan keluar dari ruang ganti dan sudah disambut oleh dua wanita yang saat ini berdiri di hadapannya.“Anda bisa ikut saya, Nona. Saya dan teman saya yang akan merias Anda dengan cepat Karena tuan Aliando sudah menunggu di luar.” Wanita dengan kulit putih berusia 35 tahunan itu sudah mengarahkan tangannya ke arah kanan, di mana ruang yang akan digunakan untuk merias wanita tersebut.Viera yang kini mengerti telah dikerjai oleh Aliando dengan memilih kabur meninggalkannya, merasa sangat dongkol hatinya. “Awas saja nanti. Jika dia macam-macam di hadapan para sahabatnya, aku akan mempermalukannya saat berada di restoran.”Selesai mengumpat sambil berpura-pura menyunggingkan senyuman, Viera yang seperti kerbau dicucuk hidungnya, berjalan mengikuti dua wanita yang menurutnya sangat cantik dan elegan. Bukan seperti penampilannya yang kampungan beberapa saat yang lalu. Karena hanya memak
Viera menelan salivanya saat posisinya berada pada jarak sangat intim dengan pria yang saat ini hanya beberapa centi. Bahkan jantungnya berdegup kencang saat Aliando menatap dengan tatapan tajam, tak lupa senyuman menyeringai terbit dari bibirnya.“Tolong menjauh dari saya, Tuan Aliando! Harusnya Anda melampiaskan kemarahan pada wanita itu. Kenapa malah saya yang tidak tahu apa-apa menjadi pelampiasan kemarahan, Anda?” seru Viera dengan gugup karena untuk pertama kalinya ia berada pada posisi sangat intim dengan seorang pria.Sementara itu, Aliando yang masih tersenyum smirk merasa semakin senang saat melihat wajah penuh ketakutan tersebut. Akhirnya ia memilih untuk semakin mendekatkan wajahnya pada Viera yang refleks langsung menghindarinya dengan memalingkan wajah.“Tahukah kamu wanita manis, bahwa saat seorang pria marah, akan melampiaskan amarahnya kepada orang-orang di sekitarnya. Tidak perduli apakah orang yang berada di sekitarn
Aliando merasa kesal dan murka saat perbuatan tulusnya malah dianggap sebuah sandiwara semata dan membuatnya tidak bisa menahan amaraH. Dengan secepat kilat ia sudah mengungkung Viera dengan cara menahan tulang rusuknya sehingga mengikis jarak di antara mereka, bahkan kini tubuhnya sudah menghimpit tubuh Viera. Tidak hanya itu saja, Aliando sudah mendekati wajah yang terlihat sangat terkejut tersebut.Dengan posisi wajah saling bersentuhan, yaitu pada tulang hidung menempel, Aliando sebenarnya hendak meraup habis bibir kenyal berwarna merah jambu yang sangat menggodanya. Akan tetapi penolakan Viera, membuatnya tidak ingin menjadi seorang bajingan yang memaksa wanita.“Aku tadi sama sekali tidak bersandiwara, Viera!”Viera yang merasa sangat kebingungan saat tubuhnya sudah dikuasai oleh Aliando dengan posisi sangat intim, tentu saja membuatnya berusaha untuk melepaskan diri. Apalagi saat ini, jantungnya berdegup sangat kencang saat wajahnya saling men
Viera yang saat ini tengah mengunyah makanannya, hanya menatap tangan dengan buku-buku kuat yang menggantung di udara tersebut dengan tidak berniat untuk mengulurkan tangannya. "Lebih baik Anda menurunkan tangan, karena berteman tidak perlu harus berjabat tangan terlebih dahulu."Raut wajah sangat kecewa dari Aliando terlihat sangat jelas. Mau tidak mau dia terpaksa menurunkan tangannya yang dari tadi menggantung di udara. "Sepertinya kamu benar-benar merasa jijik padaku, Viera. Apakah kamu menganggap seorang playboy sepertiku tidak layak untuk berjabat tangan dengan wanita se-suci seperti dirimu?"Kalimat terakhir yang terdengar seperti tengah menyindirnya, refleks langsung membuat Viera tersedak makanan yang dikunyahnya. Bahkan wajahnya sudah memerah saat merasakan panas di tenggorokan akibat mie goreng yang pedas tersebut. Awalnya, dia berniat bangkit dari kursi untuk mengambil air minum karena tadi terburu-buru keluar dan lup
Pagi-pagi sekali Viera sudah bangun karena merasa sangat bersemangat di hari pertamanya bekerja. Sebenarnya dia semalam tidur larut karena sibuk memikirkan telfon dari Aliando yang mengatakan akan menjemputnya. Di hari pertama bekerja, dia tidak ingin terlibat skandal dengan bos perusahaan yang malah akan membuatnya merasa tidak nyaman saat bekerja. Apalagi jika harus berurusan dengan kaum hawa yang suka bergosip dan mungkin akan merugikan dirinya dengan menganggapnya wanita murahan.Akhirnya dia memilih untuk menghindar dan fokus bekerja demi bisa membantu membayar utang-utang keluarganya di kampung. Karena itulah dia menyalakan alarm pada ponsel dan berniat untuk naik ojek online ke perusahaan.Pukul tujuh pagi, Viera sudah berjalan keluar dari tempat kos karena ingin membeli sarapan dan makan di kantor saja demi menghindari Aliando yang mungkin sudah dalam perjalanan ke tempat kosnya. Banyaknya pedagang kaki lima yang sudah berderet menaw