Share

04. At The Other Side

“Kau sungguh membawaku? Bukan aku pelakunya!”

“Diam! Aku tidak ingin menyuntikmu dengan bius yang kubawa sekarang di kantongku. Jangan banyak bergerak dan ikuti aku.”

Sepasang mata hitam itu memutar malas, tentu saja dia akan mengikuti pria bertubuh kekar nan tinggi ini. Karena kedua lengannya dikaitkan dan terlihat diseret menuju sebuah bangunan yang terletak cukup dekat dengan kawasan pepohonan.

Siapapun yang tinggal di Burk's Falls pasti tahu bangunan tersebut. Bangunan yang menjadi tempat tinggal pemimpin dan keluarga kecilnya dimana siap dilayani oleh belasan pekerja di sana.

Namun, jika ke sana dengan diseret oleh kedua pria berlengan kekar ini, maka Dion hanya bisa menghembuskan napasnya dengan gusar. Semoga saja ada yang bisa meloloskannya dari sini.

Karena dia masih ditunggu oleh murid-murid manis di hari esok. Dion dipaksa untuk berlutut di sebuah ruangan dimana ada kursi besar tak berpenghuni. Siap tak siap dia harus disidang. Karena sang penuntut telah memberikan akses supaya sang pemimpin yang mengambil keputusan.

"Tuan Grissham tidak ada di sini? Masih memiliki pekerjaan di luar ternyata. Jam empat sore? Baiklah, di mana aku harus membawanya?"

Dion memilih untuk keep in silent, untuk kabur juga tidak bisa. Di luar ruangan ini ada dua pengawal yang menjaganya dengan ketat. Dari pengakuan rakyat, para pengawal Red House memiliki kecepatan lari yang cukup tinggi. Dia tidak punya pilihan, dirinya hanyalah seorang guru matematika yang tidak bisa berlari lebih cepat dari mereka.

"Bawa dia ke ruang rapat. Nona Muda Olivia yang akan bertemu dengannya." kata pengawal yang baru saja selesai berkomunikasi dengan earbuds yang terpasang di telinganya.

Dion tahu siapa yang dimaksud dengan Nona Muda Olivia, sering menemani sang nenek berjemur di jam lima petang membuatnya tahu siapa nama-nama keluarga pemimpin mereka.

Jika Leyna mengawali hari dengan berpakaian halus dan terkesan membuat wanita muda itu bermartabat. Maka Dion akan mengatakan kalau paginya tidak lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Hidupnya terlalu sibuk untuk mengetahui nama yang mungkin keesokan harinya akan dilupakan begitu saja.

Dion lagi-lagi diseret dan didudukkan di salah satu bangku yang terlihat seperti ruang rapat, ada projector yang disangkutkan di loteng ruangan, podium untuk para pembicara dan sepuluh bangku yang disekitar meja berbentuk oval ini. Dion menatap jengah kedua pria yang berdiri di belakangnya.

Well, karena disuruh untuk menunggu kedatangan. Dion rasa untuk sekedar beristirahat sembari menghabiskan waktu tidak ada salahnya, kan? Ruan rapat yang difasilitasi dengan Air Conditioner yang masih menyala itu membuat Dion nyaman dan akhirnya mengarungi alam mimpi.

Masih ada tiga jam lagi untuk bertemu dengan wanita tersebut.

_The Stranger's Lust_

12.45 p.m

Ottawa

"Cheese and ham spagheetti with one large size Mango Blues. Seventy dollars, please."

Leyna berdiri di belakang meja kasir siang itu setelah memakai apron restoran milik ayahnya. Jam sibuk sebentar lagi akan berakhir, sudah dua jam dia berdiri di sini setelah restoran semakin ramai pengunjung.

Bukan hal yang sulit baginya untuk mencatat pesanan. Ayahnya tidak menyetujui Leyna untuk mengantar pesanan dengan balutan tersebut, namun berat hati menyetujui tawaran Leyna di belakang kasir.

Sang ibu hanya menemani suaminya di dalam ruangan. Bukan masalah yang rumit, Leyna sudah terbiasa di sini mengurus restoran daripada di dalam ruangan merasakan ketegangan yang menusuk.

Omong-omong, kejadian tadi pagi tentu saja berakhir dengan dengusan dari pamannya sebelum pria tersebut meninggalkan restoran karena kalah telak dari keponakannya.

"Leyna Olivia."

Panggilan ayahnya yang tegas dan tidak ingin dibantah membuat nyali Leyna yang tadi berkobar marah menjadi menciut. Begitu juga dengan suasana yang semakin menegang, bahkan karyawan yang datang memilih untuk tidak melanjutkan kegiatan mereka dan fokus dengan ketegangan ayah-anak tersebut.

Leyna yang saat itu ketar-ketir hanya diam, membiarkan sang ayah mendekatinya. Kedua matanya terpejam erat menunggu bentakan atau mungkin dia pantas untuk ditampar kali ini.

Wanita itu tersentak saat merasakan tepukan di bahunya. Perlahan matanya terbuka dan melihat Chayton yang mendaratkan tangannya di bahu anak keduanya sembari tersenyum tipis.

"Daddy ...," panggil Leyna dengan lirih. Namun tatapannya belum terlepas dari ayahnya.

"Sikapmu barusan memang terlihat kurang ajar. Namun, Daddy menghargai keputusanmu itu. Tapi tidak ada kedua kalinya Daddy melihat kamu seperti ini, bagaimana pun dia tetaplah Pamanmu, mau sejahat apapun dia. Urusan Pamanmu adalah dengan Daddy."

Leyna ingat saat itu dia hanya bisa mengangguk kepala dengan pelan. Dia tahu dia berbuat salah, tetapi melihat tingkah seenaknya dari Lancelot cukup membuat api di hati anak perempuan itu.

"Terima kasih sudah membantu Daddy bicara dengannya, Leyna."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status