Home / Romansa / The Stranger's Lust / 03. No More Wait

Share

03. No More Wait

Author: Sky
last update Huling Na-update: 2021-08-30 19:32:00

Suara bel yang berdering karena pintu didorong masuk, Hun’s Restaurant sedang sepi di jam setengah sepuluh itu. Leyna masuk ke depan dengan Aubrey setelah Chayton masuk dengan gagah. Seorang sekretaris yang mengikutinya dari Red House berdiri di samping Leyna.

Leyna merangkul lengan kanan sang ibu di belakang dalam diam, berusaha menekan dirinya untuk tidak menerobos dan memaki orang yang lebih tua darinya puluhan tahun itu. Bukan hanya ada sang paman sendiri di sana, ada lima pegawai restoran yang sedang hilir mudik membersihkan meja dan sebagainya, dua orang kasir sedang beroperasi di depan meja di sebelah standee, Leyna yakin masih ada tiga chef yang sedang sibuk menumis sayur atau memanggang daging di belakang.

Tentu saja masih ada store manager berdiri di sana menjalani shift kerjanya, wanita muda itu jelas mengetahui nama sang manajer yang tengah menenangkan sang paman. Leyna lebih suka memanggil ‘Uncle Mark’ kependekan dari Marcus.

“Aku tidak akan pergi sebelum Chayton mengatakan apa yang kumau dengar!” pekik Lancelot di samping meja kasir.

Leyna meringis kecil saat teriakan lantang nan berat itu menggema menganggu ketenangan restoran pagi tersebut. Beruntung hanya ada seorang gadis berpakaian sekolah memesan choco frappe yang telah pergi semenit yang lalu setelah mendapatkan pesanannya.

Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat itu juga jika telah ramai. Masih ada waktu dua jam lagi sebelum jam sibuk dimulai. Sungguh, tidak mungkin jika dia yang membungkukkan badan untuk meminta maaf menganggu ketentraman atas perbuatan pamannya itu.

“Aku di sini. Apa yang kaumau?” tanya Chayton dengan tegas.

Tanpa sadar, Leyna menurunkan rangkulannya dan mengenggam telapak tangan Aubrey, sedikit meremasnya untuk menyalurkan rasa takut.

Aku lebih suka Daddy marah-marah daripada bicara sedingin ini, batin Leyna yang melihat sang ibu yang menatapnya dengan tatapan teduh. Seolah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Aubrey menahan satu pegawai untuk membalikkan tanda buka yang tergantung di pintu dibalik menjadi ‘close’.

“Sudah datang pemimpin Burk’s Falls. Selamat datang, Tuan.” kata Lancelot menyelipkan nada ejekan di dalam. Anak kedua Chayton itu tentu sadar dengan intonasinya, tetapi lagi-lagi dia tidak bisa melakukan apapun.

“Mari bicara di ruanganku, Lancelot.”

Lancelot tertawa menggelegar, lalu matanya melihat Chayton yang menatapnya dengan tajam, “Kita bicara di sini saja, sepupuku. To the point, aku ingin kamu merekrutku menjadi manajer keuangan di sini.”

“Katakan kenapa aku harus mengabulkan keinginanmu.”

“Tentu saja sebagai balas budi atas yang dilakukan oleh Ayahku selama ini. Dia boleh pensiun karena umurnya dan menikmati hari tuanya. Tapi balas budi masih berjalan, sepupuku. Papa memberikan seluruh tenaganya untuk restoran ini selama lima belas tahun. Dengan memberikannya dana pensiun, menurutmu apakah cukup?”

Chayton tersenyum tipis, masih berdiri di tempatnya, kedua tangannya masuk ke dalam kantung celana, “Kurasa aku menjaganya dengan baik. Uncle Malvin terlihat sehat, aku tidak memaksanya untuk lembur saat menutup laporan keuangan setiap bulan, tidak juga menyuruhnya untuk membawa pulang walaupun dia memaksa. Tentang dana pensiun, aku mengalkulasinya dengan teliti sesuai undang-undang, bahkan aku menaikkannya lima persen untuk membalas jasanya.”

“Tidak ada alasanku untuk menerimamu di sini, di saat manajer keuanganku bekerja dengan baik setelah Uncle Malvin pensiun. Jika tetap memaksaku, serahkan surat lamaranmu, mungkin aku akan memposisikanmu menjadi supervisor.”

Lancelot mengemeletukkan giginya, tidak bisa menerima perkataan Chayton yang terasa merendahkannya, “Itu adalah keuangan. Kau bisa mempercayakan orang asing untuk memegang uangmu? Tidak perlu sampai memecatnya, jadikan dia anggotaku.”

“Memangnya Uncle Lancelot bisa dipercaya?”

“Leyna!”

Anak perempuan itu tidak mengubris panggilan sang ibu, melepaskan tautan tangannya dengan wanita yang melahirkannya susah payah 24 tahun yang lalu. Tatapannya yang tajam dan sinis membuat seisi restoran melihatnya dengan terkejut. Ketukan high heels beradu dengan lantai berkeramik restoran berhenti di depan sang ayah.

“Leyna, kembali ke tempatmu!” bentak sang ayah yang diabaikan oleh sang anak sekali lagi.

“Keponakanku yang satu ini sudah besar ternyata, sudah pandai mengajari orang tua.” celetuk Lancelot yang berjalan dan berdiri di depan Leyna dan sedikit menunduk karena perbedaan tinggi badan.

Leyna tersenyum miring, wanita yang dipuji oleh rakyatnya itu terlihat berbeda dengan biasanya, “Orang tua seperti Uncle memang pantas diajarin, bukan?” Leyna semakin menarik sudut bibirnya ke atas saat Lancelot terlihat terkejut dengan perkataannya.

“Daddy sudah memberikan kode keras kepada Uncle, kalau Uncle tidak bisa diterima karena Daddy sedang tidak kekurangan orang. Tapi otak Uncle tampaknya terbuat dari batu hingga sulit menangkap kode tersebut. Kenapa tidak fokus saja dengan pengembangan bakery milik Grandpa Malvin? Dari yang kutangkap, jika Uncle pandai mengatur keuangannya, seharusnya sedang ada cabang baru yang sedang berdiri.”

“Kita berada di Ottawa, Uncle. Kota metropolitan yang besar, pasti ada kawasan yang penuh dengan bisnis seperti Seoul dengan distrik Gangnamnya. Uncle tidak perlu terkejut, aku diam-diam mempelajari bisnis dengan melihat dari kenyataannya dan didukung dengan teori yang kupelajari.”

“Katakan aku kurang ajar, aku tidak mengapa dengan panggilan itu. Jangan lupa! Katakan juga kepada keluarga besar, aku akan menjelaskan situasinya sebenar mungkin dari yang kutahu. Saat itu juga, aku ingin melihat siapa yang dibela dan siapa yang dicerca.”

Leyna berucap dengan tenang dan terlihat tidak mau dibantah oleh siapapun. Chayton dan Aubrey yang berdiri di belakang anaknya itu tertegun, tidak menyangka kalau perkataan anaknya langsung membungkam bibir kerabat mereka yang bermulut lemas.

“Jadi, Uncle akan memilih yang mana? … sekarang keluar dari sini dan tidak menganggu urusan bisnis Daddy atau aku akan mengadu pada Grandpa Malvin?”

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status