Home / Romansa / The Stranger's Lust / 05. Look The Star Bright

Share

05. Look The Star Bright

Author: Sky
last update Last Updated: 2021-08-30 19:38:16

“Hey! Bangun! Tuan Mark telah berada di sini!”

Dion melenguh beberapa detik ke depan, matanya berusaha mengerjap dan melakukan perenggangan tangan yang merasa kebas sebagai bantalan. Sinar mentari yang diam-diam menyusup dari celah tirai yang tidak tertutup sempurna, membiaskan warna jingga kekuningan.

Sudah sore, batin pria muda yang masih memakai kemeja biru laut yang sedikit berantakan, celana kain dan pentofel-nya masih terpasang dengan rapi di tubuhnya.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya, seorang pria bersetelan formal rapi walaupun akan menjelang sunset sebentar lagi. Otaknya menjelajah ke masa lalu tepatnya dua jam yang lalu, seingatnya yang akan datang adalah seorang wanita yang merupakan anak kedua Tuan Grissham.

“Nona Muda Leyna tidak bisa datang. Jadi, saya yang menggantikannya karena kegiatannya di luar belum bisa ditinggal.” kata pria yang Dion rasa berada di umur tiga puluhannya itu. “Saya Mark Helius. Sekretaris Tuan Grissham. Dia juga yang meminta saya ke sini.”

“Saya mendapat laporan kalau Anda berbuat kesalahan saat di sekolah siang tadi. Bisa Anda jelaskan apa yang terjadi menurut Anda?”

Dion bergerak di atas tempatnya untuk duduk lebih serius, kedua tangannya yang bertaut satu sama lain disandarkan pada meja, “Sebuah kesalahpahaman terjadi, Tuan. Tidak ada yang salah di peristiwa ini. Sekarang boleh kah saya pulang? Nenek saya menunggu di rumah untuk obrolan petang.”

Mark tersenyum lebih tepatnya menyeringai, pria yang belum menikah itu pastil ah membuat kaum Hawa menjerit karena ketampanan yang dimiliki walaupun telah memasuki usia matangnya, “Kalau begitu, Anda perlu kami tahan di sini. Pak, minta tolong untuk antarkan dia di bawah tanah ruang dua, ya.”

“Siap, Tuan.”

Kedua pria bertubuh kekar yang setia berdiri di belakang Dion bak bodyguard itu segera menarik pria setinggi 180 sentimeter itu untuk ke sel tahanan sementara. Tapi, bukan itu yang membuat pria berambut blonde fridge ini menatap sekitar dengan blank.

Dia bahkan tidak sadar diboyong menuruni anak tangga menuju lorong gelap yang hanya diterangi obor. Sampai dimasukkan ke dalam sel tahanan kosong, pria bernama lengkap Dion Addison itu masih kosong bak orang terhipnotis. Kedua penjaga memilih mendudukan pria itu di bangku panjang yang dirapatkan pada dinding sedikit berlumut termakan waktu.

His dream ….

Just now he was dreaming until the bodyguard waked him up.

He swears it is a weird dream.

Demi apapun yang dia punya, mimpinya terlihat mengerikan. Dia tidak bermimpi survive dari zombies atau hidup dengan virus yang mewabah satu planet hingga tidak ada yang bisa berkutik atau akan mati dalam jangka waktu dekat.

Tidak juga memimpikan dimarahi oleh kepala sekolah yang memimpin tempat dia mengajar sekarang. Tidak juga dengan mimpi yang biasa menghantuinya setiap malam setelah kejadian tersebut.

Dia … memimpikan mencium seorang gadis.

Itu seperti membawa sebuah pengalaman baru bagi pria itu yang hanya pernah berkencan sekali. Dia tidak tahu apa yang membuatnya memimpikan itu.

Gadis itu terlihat lugu dan menawan di satu waktu yang bersamaan. Bersinar di matanya hingga Dion berani untuk mendekatkan diri pada gadis yang merapikan rambutnya ke samping bergaya side braid, tengah menyangga diri di pembatas melihat kebun bunga di depannya.

Cuaca yang terlihat tak terik, berawan namun tidak menghembuskan angin kencang, membuat suasana terasa menaik saat Dion mengambil telapak tangan gadis tersebut untuk digenggam. Wajahnya yang terlihat muda melihat pria itu dengan binar senang dan Dion melihat kerlap-kerlip bintang.

Berani melangkah lebih jauh, Dion meraih tangan gadis itu satunya dengan kedua pasang mata itu saling mengunci pergerakan satu sama lain. Dion mendekatkan wajahnya, berusaha menepis jantungnya yang berdetak tiga kali lebih kencang dari normalnya.

Saat kedua bibir saling bertemu dengan mata yang masih terbuka, Dion bersumpah ada banyak kembang api diledakkan dari dalam tubuhnya, jantungnya terasa berhenti memompa darah ke seluruh organ tubuh dan waktu juga berhenti.

Dion melihat gadis itu menutup matanya, dia mulai menggerakkan bibirnya setelah ikut memejamkan mata, menikmati sensai menggelitik yang terjadi setiap detik dalam hidupnya. Bibirnya bergerak pelan, takut untuk melukai gadis tersebut seolah dia adalah kaca mudah rapuh.

Lima belas detik kemudian, pagutan lembut yang pernah dia rasakan terlepas, gadis itu tersenyum lemah dengan dada yang berpacu cepat membuat Dion merasa perutnya diterbangi banyak kupu-kupu.

Belum sempat Dion berbicara, suara menginterupsi mereka dari alam sadar. Sedikit banyaknya, dia ingin mengutuk pria yang membangunkannya dari mimpi aneh namun indah. Tetapi disatu sisi, dia bersyukur karena diselamatkan dari situasi canggung.

Dion berbalik dan mengintip dari celah yang dibuat menjadi ventilasi udara, langit sore yang perlahan berubah menjadi malam dan bertemankan bulan dengan bintang sahabatnya. Dia tertidur dengan kepala yang ditenggelamkan dalam lipatan kaki dan tangannya.

Tanpa Dion ketahui, dalam bangunan yang sama, seorang wanita muda melihat bintang malam dari ujung tempat tidurnya yang merapat pada jendela kamar yang sengaja terbuka lebar. Tatapan sendu telah ada sejak satu jam yang lalu setelah jam makan malam, banyak pikiran hingga wanita itu menutup kaca jendela dan menaiki ranjang untuk mengarungi alam mimpi setelah memeluk boneka anjing favoritnya.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status