Share

05. Look The Star Bright

“Hey! Bangun! Tuan Mark telah berada di sini!”

Dion melenguh beberapa detik ke depan, matanya berusaha mengerjap dan melakukan perenggangan tangan yang merasa kebas sebagai bantalan. Sinar mentari yang diam-diam menyusup dari celah tirai yang tidak tertutup sempurna, membiaskan warna jingga kekuningan.

Sudah sore, batin pria muda yang masih memakai kemeja biru laut yang sedikit berantakan, celana kain dan pentofel-nya masih terpasang dengan rapi di tubuhnya.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya, seorang pria bersetelan formal rapi walaupun akan menjelang sunset sebentar lagi. Otaknya menjelajah ke masa lalu tepatnya dua jam yang lalu, seingatnya yang akan datang adalah seorang wanita yang merupakan anak kedua Tuan Grissham.

“Nona Muda Leyna tidak bisa datang. Jadi, saya yang menggantikannya karena kegiatannya di luar belum bisa ditinggal.” kata pria yang Dion rasa berada di umur tiga puluhannya itu. “Saya Mark Helius. Sekretaris Tuan Grissham. Dia juga yang meminta saya ke sini.”

“Saya mendapat laporan kalau Anda berbuat kesalahan saat di sekolah siang tadi. Bisa Anda jelaskan apa yang terjadi menurut Anda?”

Dion bergerak di atas tempatnya untuk duduk lebih serius, kedua tangannya yang bertaut satu sama lain disandarkan pada meja, “Sebuah kesalahpahaman terjadi, Tuan. Tidak ada yang salah di peristiwa ini. Sekarang boleh kah saya pulang? Nenek saya menunggu di rumah untuk obrolan petang.”

Mark tersenyum lebih tepatnya menyeringai, pria yang belum menikah itu pastil ah membuat kaum Hawa menjerit karena ketampanan yang dimiliki walaupun telah memasuki usia matangnya, “Kalau begitu, Anda perlu kami tahan di sini. Pak, minta tolong untuk antarkan dia di bawah tanah ruang dua, ya.”

“Siap, Tuan.”

Kedua pria bertubuh kekar yang setia berdiri di belakang Dion bak bodyguard itu segera menarik pria setinggi 180 sentimeter itu untuk ke sel tahanan sementara. Tapi, bukan itu yang membuat pria berambut blonde fridge ini menatap sekitar dengan blank.

Dia bahkan tidak sadar diboyong menuruni anak tangga menuju lorong gelap yang hanya diterangi obor. Sampai dimasukkan ke dalam sel tahanan kosong, pria bernama lengkap Dion Addison itu masih kosong bak orang terhipnotis. Kedua penjaga memilih mendudukan pria itu di bangku panjang yang dirapatkan pada dinding sedikit berlumut termakan waktu.

His dream ….

Just now he was dreaming until the bodyguard waked him up.

He swears it is a weird dream.

Demi apapun yang dia punya, mimpinya terlihat mengerikan. Dia tidak bermimpi survive dari zombies atau hidup dengan virus yang mewabah satu planet hingga tidak ada yang bisa berkutik atau akan mati dalam jangka waktu dekat.

Tidak juga memimpikan dimarahi oleh kepala sekolah yang memimpin tempat dia mengajar sekarang. Tidak juga dengan mimpi yang biasa menghantuinya setiap malam setelah kejadian tersebut.

Dia … memimpikan mencium seorang gadis.

Itu seperti membawa sebuah pengalaman baru bagi pria itu yang hanya pernah berkencan sekali. Dia tidak tahu apa yang membuatnya memimpikan itu.

Gadis itu terlihat lugu dan menawan di satu waktu yang bersamaan. Bersinar di matanya hingga Dion berani untuk mendekatkan diri pada gadis yang merapikan rambutnya ke samping bergaya side braid, tengah menyangga diri di pembatas melihat kebun bunga di depannya.

Cuaca yang terlihat tak terik, berawan namun tidak menghembuskan angin kencang, membuat suasana terasa menaik saat Dion mengambil telapak tangan gadis tersebut untuk digenggam. Wajahnya yang terlihat muda melihat pria itu dengan binar senang dan Dion melihat kerlap-kerlip bintang.

Berani melangkah lebih jauh, Dion meraih tangan gadis itu satunya dengan kedua pasang mata itu saling mengunci pergerakan satu sama lain. Dion mendekatkan wajahnya, berusaha menepis jantungnya yang berdetak tiga kali lebih kencang dari normalnya.

Saat kedua bibir saling bertemu dengan mata yang masih terbuka, Dion bersumpah ada banyak kembang api diledakkan dari dalam tubuhnya, jantungnya terasa berhenti memompa darah ke seluruh organ tubuh dan waktu juga berhenti.

Dion melihat gadis itu menutup matanya, dia mulai menggerakkan bibirnya setelah ikut memejamkan mata, menikmati sensai menggelitik yang terjadi setiap detik dalam hidupnya. Bibirnya bergerak pelan, takut untuk melukai gadis tersebut seolah dia adalah kaca mudah rapuh.

Lima belas detik kemudian, pagutan lembut yang pernah dia rasakan terlepas, gadis itu tersenyum lemah dengan dada yang berpacu cepat membuat Dion merasa perutnya diterbangi banyak kupu-kupu.

Belum sempat Dion berbicara, suara menginterupsi mereka dari alam sadar. Sedikit banyaknya, dia ingin mengutuk pria yang membangunkannya dari mimpi aneh namun indah. Tetapi disatu sisi, dia bersyukur karena diselamatkan dari situasi canggung.

Dion berbalik dan mengintip dari celah yang dibuat menjadi ventilasi udara, langit sore yang perlahan berubah menjadi malam dan bertemankan bulan dengan bintang sahabatnya. Dia tertidur dengan kepala yang ditenggelamkan dalam lipatan kaki dan tangannya.

Tanpa Dion ketahui, dalam bangunan yang sama, seorang wanita muda melihat bintang malam dari ujung tempat tidurnya yang merapat pada jendela kamar yang sengaja terbuka lebar. Tatapan sendu telah ada sejak satu jam yang lalu setelah jam makan malam, banyak pikiran hingga wanita itu menutup kaca jendela dan menaiki ranjang untuk mengarungi alam mimpi setelah memeluk boneka anjing favoritnya.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status