Beranda / Romansa / The Stranger's Lust / 11. One Step Closer

Share

11. One Step Closer

Penulis: Sky
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-19 11:23:59

Dion menyeruput teh melati yang disuguhkan lima menit yang lalu oleh Leyna, entah apa yang membuat Chayton Grissham meletakkan banyak kantung teh melati, bubuk kopi serta setoples gula putih di ruangan tersebut. Begitu juga dengan Leyna yang menjatuhkan pilihan pada air putih. Karena, dia merasa bibirnya kering.

"Seperti yang tadi aku katakan, aku seorang guru matematika sekola dasar sekaligus wali kelas enam. Burk's Falls Primary School, di situ tempat aku bekerja," kata Dion yang memulai pembicaraan terhenti sepuluh menit bagi Leyna menyeduh teh di pojok. Leyna mengangguk mengenal lokasi sekolah tersebut. "Seharusnya, hari ini aku punya tiga shift mengajar dan memeriksa tugas mereka. Tapi, sepertinya kepala sekolah tidak akan cepat mencabut tuntutan."

"Aku dikenal dengan pria berstandar tinggi. Alasannya karena aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun dan tidak terlihat pernah mengencani seumur hidup. Aku tahu itu karena sengaja memancing guru lain yang mudah membocorkan informasi." sambung Dion lagi. Matanya menatap lurus ke arah cairan bening kecoklatan di tangannya. "Jadi, kau tidak perlu banyak bicara atau bersosialisasi dengan mereka. Cukup melewati hari, jawab pertanyaan dengan singkat."

"Bagaimana dengan selepas jam mengajar?" tanya Leyna, walaupun dia tahu menjalani kehidupan normal seorang Dion Addison tidak akan secepat itu.

Dion menerawang dan tersenyum lemah, menyentuh hati jiwa gadis tersebut untuk kembali menormalisasikan semuanya, "Jam mengajar dimulai jam delapan, biasanya aku sampai tiga puluh menit lebih cepat untuk mempersiapkan materi. Aku bangun jam lima pagi, bersiap-siap untuk jogging selama tiga puluh menit, menyiram kebun, membersihkan rumah, dan memasak sarapan sebelum mandi di tujuh kurang lima belas menit."

"Are you live alone?"

Dion menggeleng kepalanya, membuat surai rambut panjang sedikit menutupi wajah, "Berdua dengan Nenek. Granny Greisy, kau mengenalnya?"

"Of course. Aku sering bicara dengannya saat dia keluar dan duduk di teras rumah. Number 125 is your house?" Leyna segera berucap dengan binar semangat di matanya. Dion terikut tersenyum saat mendengar intonasi mengebu itu.

Dion berdehem sebagai jawaban, "Granny termasuk nenek pada umumnya. Karena aku selalu hidup dengannya. Jadi, jangan membentaknya kalau dia menceramahimu. Pastikan juga untuk pulang tepat waktu, Granny selalu suka berjemur di jam lima sore di luar, temani dia. Walaupun belum mandi, tidak apa-apa. Dia hanya suka duduk di teras sambil mengobrol."

"Untuk makanannya, aku biasanya menyatukan makananku sehingga aku tidak masak dua kali. Granny tidak begitu suka yang terlalu lembek tapi tidak terlalu keras juga, sesekali sajikan yang dimasak dengan cara kukus. Untuk sarapan biasanya aku hidangkan oatmeal untuknya, untukku kutambahkan beberapa buah-buahan. Jangan lupa, untuk memberikan jus buah setiap malam atau hanya buah yang dipotong juga."

"Sepertinya, kau sangat menyayangi Granny." sela Leyna setelah menandaskan minumannya dan meletakkan cangkir kosong di atas meja rapat.

Dion terdiam, menganalisa kejadian yang terjadi sebelumnya dan menyadari sesuatu,"Oh! Sorry, aku hanya ingin memastikan kalau Granny bisa kuserahkan padamu. Karena, tidak mungkin aku bisa menemaninya setiap hari dalam kondisi seperti ini."

Leyna mengibaskan tangannya, "It's okay. Aku tidak pernah menjaga seorang nenek sebelumnya. Dia sudah pergi saat aku masih berusia lima tahun. Senang melihatmu bisa dekat dengan Granny di zaman seperti ini."

"Hanya Granny yang kupunya. Dia yang menjagaku sejak kecil." balas Dion dengan lemah tetapi masih bisa didengar dengan baik oleh lawan bicaranya.

"Now your turn."

Leyna menghembuskan napasnya, lalu menerawang, "Kurasa kau tahu aku punya dua saudara. Aku berada ditengah, Andrian sedang sibuk sekolah kedokteran di Ottawa. Adik perempuanku Quinza masih sekolah. Keseharianku biasanya hanya bangun pagi di jam setengah tujuh, mandi, bersiap-siap, sarapan bersama di jam tujuh, dan mengantar Quinza ke sekolah. Lalu menemani Daddy dan Mommy melakukan urusannya."

"Termasuk Burk's Falls, aku juga kerap campur tangan mengurusinya dengan Daddy. Daddy termasuk punya banyak koneksi, pemimpin wilayah lain juga Daddy tahu dan tak jarang punya kerjasama dengan mereka. Burk's Falls Primary School adalah hasil kerjasama dengan Casselman."

Dion mengangguk lalu menyela dengan suaranya, "Berarti kalau ada pesta atau acara seperti itu, kau selalu hadir?"

"Most of time. Aku selalu menyempatkan diri juga untuk keliling Burk's Falls, bisa dibilang aku lebih suka terjun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi. Aku tidak tahu Granny mengetahui ini atau tidak, but I'm ballerina. That's the reason sometimes I don't go to the party."

"You ... are ballerina?" ulang Dion dengan tergagap. Dia mulai memiliki pemikiran yang buruk untuk situasi ke depannya.

Leyna mengangguk, "Ini lagi sibuknya, karena akan ada classical opera dan ballerina juga ikut berpartisipasi. Kau mau tidak mau harus ikut latihan. Aku tahu kau guru matematika. Tapi, kurasa untuk mengenal nada do re mi fa sol la si do, pastilah tidak buruk."

"Ya, memang tidak buruk. Tapi, aku tidak punya fleksibilitas tubuh yang tinggi sebagai balerina." ucap Dion sambil menggaruk lehernya yang mendadak terasa gatal.

"Aku tahu. Jam kegiatan balerina dimulai pukul dua dan biasanya selesai pukul empat. Tetapi, karena akan ada acara maka diundur sampai jam lima. Biasanya hanya tiga kali sehari karena aku tidak perlu sesering itu lagi datang. Tetapi, ini menjadi lima kali sehari untuk menyempurnakan gerakan."

Leyna kembali berucap setelah melihat wajah tegang terpahat dengan baik di depannya, "Aku memintamu merekam latihanmu selama tiga jam itu. Tidak apa-apa, Mommy ataupun Daddy tidak pernah menungguku latihan, mereka punya banyak urusan. Jadi, kau cukup membuat alasan logis kepada pengajarnya."

"Selain itu? Maksudku, selain kau mengikuti Tuan Grissham seharian, memiliki kegiatan balet dan menyapa penduduk, apa ada lagi?"

Leyna menggeleng pelan yang membawa kelegaan untuk Dion, "Aku tidak begitu suka belajar dan masih tidak punya tujuan hidup. Maka dari itu, aku tidak bekerja. Setelah lulus, aku diminta untuk bekerja. Tetapi, tidak ada yang cocok. Daddy memutuskan untuk membiarkan aku mengikutinya untuk menambah pengalaman hidup."

Dion mengangguk paham, "Kalau begitu, besok aku harus ke studio tari kan? Bisa ajarkan aku teknik dasar?"

Leyna mengangguk, berharap walaupun dia di raga pria bisa mengajari lawan bicaranya semulus seorang gadis balerina. "Sepatunya ada di kamar. Berwarna cream dengan talinya juga. Izin kepada mereka saja, tidak apa-apa."

Dion mengangguk dan keluar dari ruangan, tetapi belum dia meraih pintu, dia mengeluarkan suara.

"Oh! I forgot to say, setiap minggu, aku selalu mengajaknya ke Little Doe Lake. Dia paling suka diajak ke sana. Ajak dia pergi di waktu pagi hari, dia suka piknik if you curious. Really like children a lot than you think." 

"I know, Dion."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status