Share

11. One Step Closer

Dion menyeruput teh melati yang disuguhkan lima menit yang lalu oleh Leyna, entah apa yang membuat Chayton Grissham meletakkan banyak kantung teh melati, bubuk kopi serta setoples gula putih di ruangan tersebut. Begitu juga dengan Leyna yang menjatuhkan pilihan pada air putih. Karena, dia merasa bibirnya kering.

"Seperti yang tadi aku katakan, aku seorang guru matematika sekola dasar sekaligus wali kelas enam. Burk's Falls Primary School, di situ tempat aku bekerja," kata Dion yang memulai pembicaraan terhenti sepuluh menit bagi Leyna menyeduh teh di pojok. Leyna mengangguk mengenal lokasi sekolah tersebut. "Seharusnya, hari ini aku punya tiga shift mengajar dan memeriksa tugas mereka. Tapi, sepertinya kepala sekolah tidak akan cepat mencabut tuntutan."

"Aku dikenal dengan pria berstandar tinggi. Alasannya karena aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun dan tidak terlihat pernah mengencani seumur hidup. Aku tahu itu karena sengaja memancing guru lain yang mudah membocorkan informasi." sambung Dion lagi. Matanya menatap lurus ke arah cairan bening kecoklatan di tangannya. "Jadi, kau tidak perlu banyak bicara atau bersosialisasi dengan mereka. Cukup melewati hari, jawab pertanyaan dengan singkat."

"Bagaimana dengan selepas jam mengajar?" tanya Leyna, walaupun dia tahu menjalani kehidupan normal seorang Dion Addison tidak akan secepat itu.

Dion menerawang dan tersenyum lemah, menyentuh hati jiwa gadis tersebut untuk kembali menormalisasikan semuanya, "Jam mengajar dimulai jam delapan, biasanya aku sampai tiga puluh menit lebih cepat untuk mempersiapkan materi. Aku bangun jam lima pagi, bersiap-siap untuk jogging selama tiga puluh menit, menyiram kebun, membersihkan rumah, dan memasak sarapan sebelum mandi di tujuh kurang lima belas menit."

"Are you live alone?"

Dion menggeleng kepalanya, membuat surai rambut panjang sedikit menutupi wajah, "Berdua dengan Nenek. Granny Greisy, kau mengenalnya?"

"Of course. Aku sering bicara dengannya saat dia keluar dan duduk di teras rumah. Number 125 is your house?" Leyna segera berucap dengan binar semangat di matanya. Dion terikut tersenyum saat mendengar intonasi mengebu itu.

Dion berdehem sebagai jawaban, "Granny termasuk nenek pada umumnya. Karena aku selalu hidup dengannya. Jadi, jangan membentaknya kalau dia menceramahimu. Pastikan juga untuk pulang tepat waktu, Granny selalu suka berjemur di jam lima sore di luar, temani dia. Walaupun belum mandi, tidak apa-apa. Dia hanya suka duduk di teras sambil mengobrol."

"Untuk makanannya, aku biasanya menyatukan makananku sehingga aku tidak masak dua kali. Granny tidak begitu suka yang terlalu lembek tapi tidak terlalu keras juga, sesekali sajikan yang dimasak dengan cara kukus. Untuk sarapan biasanya aku hidangkan oatmeal untuknya, untukku kutambahkan beberapa buah-buahan. Jangan lupa, untuk memberikan jus buah setiap malam atau hanya buah yang dipotong juga."

"Sepertinya, kau sangat menyayangi Granny." sela Leyna setelah menandaskan minumannya dan meletakkan cangkir kosong di atas meja rapat.

Dion terdiam, menganalisa kejadian yang terjadi sebelumnya dan menyadari sesuatu,"Oh! Sorry, aku hanya ingin memastikan kalau Granny bisa kuserahkan padamu. Karena, tidak mungkin aku bisa menemaninya setiap hari dalam kondisi seperti ini."

Leyna mengibaskan tangannya, "It's okay. Aku tidak pernah menjaga seorang nenek sebelumnya. Dia sudah pergi saat aku masih berusia lima tahun. Senang melihatmu bisa dekat dengan Granny di zaman seperti ini."

"Hanya Granny yang kupunya. Dia yang menjagaku sejak kecil." balas Dion dengan lemah tetapi masih bisa didengar dengan baik oleh lawan bicaranya.

"Now your turn."

Leyna menghembuskan napasnya, lalu menerawang, "Kurasa kau tahu aku punya dua saudara. Aku berada ditengah, Andrian sedang sibuk sekolah kedokteran di Ottawa. Adik perempuanku Quinza masih sekolah. Keseharianku biasanya hanya bangun pagi di jam setengah tujuh, mandi, bersiap-siap, sarapan bersama di jam tujuh, dan mengantar Quinza ke sekolah. Lalu menemani Daddy dan Mommy melakukan urusannya."

"Termasuk Burk's Falls, aku juga kerap campur tangan mengurusinya dengan Daddy. Daddy termasuk punya banyak koneksi, pemimpin wilayah lain juga Daddy tahu dan tak jarang punya kerjasama dengan mereka. Burk's Falls Primary School adalah hasil kerjasama dengan Casselman."

Dion mengangguk lalu menyela dengan suaranya, "Berarti kalau ada pesta atau acara seperti itu, kau selalu hadir?"

"Most of time. Aku selalu menyempatkan diri juga untuk keliling Burk's Falls, bisa dibilang aku lebih suka terjun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi. Aku tidak tahu Granny mengetahui ini atau tidak, but I'm ballerina. That's the reason sometimes I don't go to the party."

"You ... are ballerina?" ulang Dion dengan tergagap. Dia mulai memiliki pemikiran yang buruk untuk situasi ke depannya.

Leyna mengangguk, "Ini lagi sibuknya, karena akan ada classical opera dan ballerina juga ikut berpartisipasi. Kau mau tidak mau harus ikut latihan. Aku tahu kau guru matematika. Tapi, kurasa untuk mengenal nada do re mi fa sol la si do, pastilah tidak buruk."

"Ya, memang tidak buruk. Tapi, aku tidak punya fleksibilitas tubuh yang tinggi sebagai balerina." ucap Dion sambil menggaruk lehernya yang mendadak terasa gatal.

"Aku tahu. Jam kegiatan balerina dimulai pukul dua dan biasanya selesai pukul empat. Tetapi, karena akan ada acara maka diundur sampai jam lima. Biasanya hanya tiga kali sehari karena aku tidak perlu sesering itu lagi datang. Tetapi, ini menjadi lima kali sehari untuk menyempurnakan gerakan."

Leyna kembali berucap setelah melihat wajah tegang terpahat dengan baik di depannya, "Aku memintamu merekam latihanmu selama tiga jam itu. Tidak apa-apa, Mommy ataupun Daddy tidak pernah menungguku latihan, mereka punya banyak urusan. Jadi, kau cukup membuat alasan logis kepada pengajarnya."

"Selain itu? Maksudku, selain kau mengikuti Tuan Grissham seharian, memiliki kegiatan balet dan menyapa penduduk, apa ada lagi?"

Leyna menggeleng pelan yang membawa kelegaan untuk Dion, "Aku tidak begitu suka belajar dan masih tidak punya tujuan hidup. Maka dari itu, aku tidak bekerja. Setelah lulus, aku diminta untuk bekerja. Tetapi, tidak ada yang cocok. Daddy memutuskan untuk membiarkan aku mengikutinya untuk menambah pengalaman hidup."

Dion mengangguk paham, "Kalau begitu, besok aku harus ke studio tari kan? Bisa ajarkan aku teknik dasar?"

Leyna mengangguk, berharap walaupun dia di raga pria bisa mengajari lawan bicaranya semulus seorang gadis balerina. "Sepatunya ada di kamar. Berwarna cream dengan talinya juga. Izin kepada mereka saja, tidak apa-apa."

Dion mengangguk dan keluar dari ruangan, tetapi belum dia meraih pintu, dia mengeluarkan suara.

"Oh! I forgot to say, setiap minggu, aku selalu mengajaknya ke Little Doe Lake. Dia paling suka diajak ke sana. Ajak dia pergi di waktu pagi hari, dia suka piknik if you curious. Really like children a lot than you think." 

"I know, Dion."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status