Share

36. Being Free

Author: Sky
last update Last Updated: 2021-11-10 21:14:17

Suara ketukan pintu terdengar tiga kali sebelum kembali senyap dan digantikan oleh suara dari dalam kamar yang merupakan sang pemilik ruang, "Masuk."

"Leyna, can I sleep here?"

Seorang wanita yang sudah setengah berbaring di tempatnya tersenyum, memindahkan tubuhnya ke sisi kanan, "Of course. Have a bad sleep?"

"Kinda," jawab seorang gadis yang baru remaja dengan sebelah tangan yang membawa plushie ubur-ubur dan botol minum di sebelah tangannya yang lain. Dia langsung mengambil tempat di atas kasur Leyna dan memposisikan posisi ternyaman.

Kamar yang terang samar karena sudah memasuki jam tidur. Leyna ikut menyamankan posisinya dan menghadap sang pengganggu kesendiriannya.

“Leyna,” bisik Quinza selaku orang yang telah berada di sampingnya dengan mata yang setengah terpejam memeluk plushie ubur-uburnya. Terdengar dehaman dari pemilik kamar untuk memintanya melanjutkan kalimat.

“Apa kau belakangan ini mendapatkan hal baik?” tanyanya yang membuka penuh netra untuk beradu tatap dengan kakak perempuannya.

Wanita muda itu lantas tersenyum setelah mendapatkan balasan yang terbaik, “Menurutmu begitu?”

Quinza mengangguk lalu memejamkan matanya saat merasakan elusan hangat dari anak kedua pemimpin Burk’s Falls. Kemudian, membuka matanya lagi setelah elusan itu tidak lagi terasa di atas kepalanya. “Leyna memang selalu berekspresi dengan baik menggunakan wajah. Belakangan ini, Leyna tersenyum kepada semua orang. Lalu, kemarin aku … melihat ponsel Leyna ada sebuah pesan dari Dion Addison. Dia penduduk Daddy, kan?” tanya anak perempuan bungsu dengan mata yang berbinar penasaran.

Kalau saja, lampu kamar masih menyala. Mungkin Leyna bisa melihatnya dengan jelas.

“Aku tahu Leyna memang akrab dengan penduduk di sini. Siapapun yang tinggal di Burk’s Falls pastilah pernah disapa olehmu sekali tetapi, sangat aneh mengetahui Leyna menyimpan nomor warga di mana kau tidak melakukan hal itu.”

Dan, Leyna Olivia tidak bisa membalas apapun untuk tiga menit ke depan.

Tidak menyangka kalau adiknya menangkap rahasiannya walaupun masih di awal. Kehabisan kata-kata dan satu sisi takut salah bicara adalah faktor ruangan tersebut berubah menjadi hening dan sunyi. Hanya terdengar suara jangkrik dari luar jendela dan balkon kamar.

“Leyna yakin … Leyna tidak menyembunyikan apa-apa?”

Sekali lagi, mungkin kalau bukan lampu temaram, Leyna sudah bisa melihat seringai tipis nan jahil terbingkai di wajah si bungsu sekarang.

“Dia … dia adalah guru yang diberikan tanggung jawab untuk berhubungan denganku pasal sekolah. Kemarin itu kami sedang membahas untuk memberikan study tour kepada siswa.”

Sekarang, wanita yang menyandang belakang nama Olivia sedang berdoa dalam hati. Berharap kalau adiknya percaya dengan alasannya yang sebenarnya masih masuk akal.

“Ke Doe Lake? Aku sempat melihat pesannya, dia berbicara tentang indahnya pemandangan di air tersebut.”

“Ya. Kami membahas tentang itu. Selain itu, kami juga sedang memikirkan kesempatan untuk study tour keluar kota.”

Diam-diam, Leyna menghembuskan napasnya lega saat melihat Quinza tidak lagi banyak bertanya tentang Dion dan memilih untuk mengeratkan pelukannya pada plushie lalu memejamkan matanya.

“Good night, Leyna. Have a sweet dream.”

Putri dewasa Chayton itu tersenyum tipis, ikut memejamkan matanya dengan posisi saling berhadapan dengan kedua tangan yang saling melipat di depan dadanya, mengikuti adiknya untuk mengarungi alam mimpi.

“Good night, Quinza. Have a sweet dream.”

_The Stranger’s Lust_

Keesokan harinya,

Burk’s Falls, Kanada

“Good morning, Mommy, Daddy.”

Sebuah seruan semangat muncul dari jarak satu meter dengan meja makan. Meletakkan tasnya di samping kursinya lalu duduk di samping sang ibu yang sedang menikmati teh paginya.

“Good morning, Quinza. Did you have a good sleep yesterday?” Balas sang istri dari kepala keluarga yang meletakkan cangkirnya ke atas meja.

Quinza mengangguk pelan walaupun tidak bisa menyembunyikan senyumnya pagi hari itu, anak gadis itu mengambil dua potong roti yang dihidangkan di atas meja makan, diikuti dengan toples berisi peanut butter dan strawberry jam sebagai olesan untuk sarapan.

“Di mana Leyna?” Sang kepala keluarga bersuara setelah menyimpan tabletnya di samping meja.

“Di sini, Daddy. Maaf terlambat, aku tidak menemukan jepitan rambutku,” ujar suara yang datang dengan tergesa-gesa duduk di seberang Aubrey, istri dari sang kepala keluarga sekaligus ibu dari dua anak di depannya.

Wanita di usia paruhnya mengangguk paham, meminta sebuah susu vanilla hangat kepada asisten rumah, “Apa kamu telah menemukannya, sayang?”

“Sudah. Ternyata ada di sling bag-ku. Mungkin karena kemarin terlalu gerah. Aku menyimpannya di sana dan lupa mengeluarkannya kembali.” Jawab Leyna yang mengambil dua helai roti gandum serta toples berisi chocolate butter di sampingnya.

“Baguslah. Mommy kira telah hilang. Kita bisa membelinya lagi nanti.”

Leyna hanya mengumbar senyumnya, sebelah tangannya aktif mengoles selai kecoklatan itu di atas permukaan olahan gandum itu.

“Daddy rasa Quinza sudah mendengarnya, Brandon tidak akan datang ke sekolah selama seminggu. Daddy dan Leyna sudah membahasnya dengan pihak sekolah kemarin pagi,” kata Chayton setelah menghabiskan satu porsi oatmeal-nya dan menyisakan setengah cairan kopi pahit di cangkir.

“Iya. Leyna kemarin memberitahuku saat arah pulang, Dad.”

“Ternyata dia sudah sering mengikuti siswi di sekolah. Teman perempuan di kelasnya sering mendapatkan perlakuan tidak enak darinya. Dia sedang menjalani masa hukuman sekarang. Tapi, belum menjadi hukuman tetap untuknya. Pihak sekolah sedang membahas hukumannya, orang tuanya akan datang hari ini.”

Quinza menghentikan acara makannya, roti lapis yang telah berbekas gigitan itu masih dalam genggaman tangannya, “Berarti Daddy dan Leyna akan ke sekolah lagi hari ini?”

“Hanya Daddy. Leyna perlu mengurus restoran. Pertemuannya dilaksanakan dari jam sebelas, restoran akan sangat ramai saat itu. Kalau waktunya tepat, Daddy akan menunggumu untuk pulang bersama,” jelas Chayton yang melihat bungsunya dengan nanar.

Namun, setidaknya dia masih merasa bersyukur melihat Quinza yang begitu tegar menghadapi masalahnya sendirian selama ini. Putri kecilnya menahan diri untuk tetap masuk ke dalam sekolah yang jelas-jelas membuatnya ketakutan di beberapa waktu setiap hari.

Putri kesayangannya telah besar dan dewasa.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status